Beranda / Romansa / Malam Pertama Sang Istri Kontrak / Bab 2 – Sentuhan Pertama

Share

Bab 2 – Sentuhan Pertama

Penulis: Ferin Agf
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-25 05:22:22

Aku duduk di tepi ranjang, jari-jariku saling meremas erat hingga pucat. Gaun pengantin yang masih melekat di tubuhku terasa semakin berat, membuatku sulit bernapas. Ranjang besar dengan kelambu putih dan seprai sutra mahal itu seharusnya menjadi simbol kebahagiaan seorang pengantin baru. Namun bagiku, ranjang ini tak ubahnya ranjang eksekusi.

Suasana kamar hening, hanya suara detak jam yang terdengar. Lampu gantung kristal memancarkan cahaya keemasan, menyorot ruangan megah yang dipenuhi bunga mawar putih. Aroma manis bunga itu menusuk hidungku, menambah sesak di dada.

Pintu berderit terbuka. Aku menoleh refleks. Di sanalah dia—pria yang kini menjadi suamiku, meski hanya di atas kertas. Jas hitamnya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih yang rapi, dengan lengan digulung hingga siku. Rambut hitamnya sedikit berantakan, namun justru menambah kesan maskulin. Wajahnya… terlalu tampan untuk manusia biasa, tapi dinginnya membuatku merinding.

Tatapan matanya jatuh padaku. Bukan tatapan lembut, melainkan tatapan tajam seolah aku benda yang baru saja ia beli.

“Masih juga dengan gaun itu?” suaranya rendah, dalam, tapi menusuk. Ia menutup pintu perlahan lalu melangkah masuk. “Bukankah seorang istri seharusnya tahu apa yang harus dilakukan di malam pertamanya?”

Aku menggigit bibir, menunduk. “A-aku…” suaraku bergetar.

Dia mendengus pelan, senyum sinis muncul di wajahnya. “Tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu?”

Langkah sepatunya bergema di lantai marmer, mendekatiku dengan mantap. Dalam beberapa detik, tubuhnya sudah berdiri di depanku. Nafasku tercekat, aku ingin mundur, tapi punggungku sudah menempel pada tiang ranjang.

Tangannya terulur, mencengkeram daguku kasar. Wajahku terangkat, terpaksa menatap matanya yang kelam. Matanya tajam, menusuk, seolah bisa menelanjangi seluruh isi hatiku.

“Mata yang ketakutan…” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan. “Apakah kau takut padaku?”

Aku ingin menjawab, tapi lidahku kelu. Suaraku hilang entah ke mana.

Dia tersenyum samar, lalu berdiri lebih dekat. Tubuhku terkunci di antara tiang ranjang dan tubuh tingginya. Satu tangannya masih mencengkeram daguku, sementara tangan lainnya tiba-tiba meraih pinggangku, menarikku hingga berdiri.

Tubuhku terhuyung, hampir jatuh, tapi aku terperangkap dalam dekapannya. Nafasnya terasa hangat di wajahku, aroma parfumnya begitu kuat, campuran wangi kayu dan maskulin. Aku bisa merasakan detak jantungku sendiri, kacau dan tak terkendali.

“Mulai malam ini, kau adalah istriku,” katanya datar. “Tapi jangan pernah bermimpi aku akan mencintaimu. Ini hanya kontrak. Kau di sini untuk memenuhi kewajibanmu, bukan untuk mengusik hatiku.”

Kata-katanya bagai belati yang menusuk dada. Hatiku mencelos, tapi tubuhku justru semakin bergetar.

“Aku…” aku mencoba bicara, tapi suaraku nyaris tak terdengar. “Aku tidak pernah menginginkan ini…”

Dia mendekatkan wajahnya hingga bibirnya hanya sejengkal dari telingaku. Suaranya berat, nyaris seperti desisan. “Kau pikir aku menginginkannya? Jangan bermimpi terlalu jauh.”

Aku terdiam, mataku panas, air mata hampir jatuh. Tapi aku menahannya mati-matian.

Tangannya turun dari daguku, menyusuri leher hingga berhenti di bahuku. Sentuhan ringan itu saja cukup membuat tubuhku merinding. Aku mencoba menepis, tapi ia justru menggenggam lebih erat.

“Aku tak suka istri yang berisik,” katanya dingin. “Jadi malam ini, diamlah. Ikuti keinginanku.”

Aku menutup mata rapat-rapat, tubuhku gemetar hebat. Setetes air mata akhirnya jatuh, mengalir di pipi.

Malam pertama ini bukanlah kisah cinta. Ini hanyalah awal dari sebuah permainan berbahaya—pernikahan tanpa cinta, yang bisa saja menghancurkan diriku perlahan.

---

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Pertama Sang Istri Kontrak   Bab 93 – Pintu yang Digedor

    Benturan pintu terdengar lagi, lebih keras dari sebelumnya, kayu bergetar, baut hampir copot. Suara teriakan pria-pria bertopeng di luar bercampur dengan gemuruh ribuan massa yang berusaha menghalangi. Di udara, ketegangan menebal seperti kabut; semua orang tahu benteng terakhir ini akan jebol kapan saja. Aisyah berdiri tegak di tengah ruangan, tubuhnya gemetar namun matanya menyala, tidak ada lagi ruang untuk ragu. Ia tahu bukti sudah keluar, kebenaran sudah menyebar, tapi tubuhnya tetap menjadi sasaran utama. Reyhan berdiri di sampingnya, pistol kecil di tangan, wajahnya penuh keringat dingin, sementara para relawan lain menggenggam benda seadanya—tongkat, kursi, bahkan botol kosong—semua siap jadi senjata darurat.“Kalau mereka berhasil masuk, jangan biarkan Aisyah disentuh!” teriak Reyhan keras. Beberapa relawan langsung membuat barikade kecil di depan pintu. Suara benturan terdengar lagi, pintu makin retak, serpihan kayu beterbangan. Di luar, massa berteriak histeris,

  • Malam Pertama Sang Istri Kontrak   Bab 92 – Gelombang Terakhir

    Hujan deras masih mengguyur Jakarta sepanjang malam, tapi semangat massa tidak surut. Di jalan utama, ribuan lilin menyala meski air berusaha memadamkan, tangan-tangan yang menggenggamnya bergetar tapi tidak melepas. Lagu perjuangan terus terdengar, nyanyian bercampur dengan isak tangis, seolah kota berubah jadi lautan harapan yang tak bisa dipadamkan. Kamera-kamera media internasional merekam setiap detik, menyiarkan langsung ke seluruh dunia, dan headline besar terpampang: “Perempuan yang Mengguncang Negeri”.Di markas, suasana penuh ketegangan. Layar-layar besar menampilkan berbagai sudut kota, grafik dukungan publik meningkat tajam, tapi laporan ancaman juga masuk tanpa henti. Reyhan menatap peta yang penuh dengan tanda merah, suaranya tegas tapi berat. “Aisyah, musuh tidak lagi bermain dengan fitnah. Mereka menyiapkan langkah terakhir, serangan langsung. Kita dapat laporan ada tim bayaran yang sudah menyusup ke kota. Mereka tidak main-main, targetnya jelas: kau.”

  • Malam Pertama Sang Istri Kontrak   Bab 91 – Bayangan Balasan

    Malam setelah wawancara internasional itu, Jakarta tidak tidur. Jalanan penuh dengan konvoi demonstran yang membawa spanduk berisi wajah Aisyah, beberapa menyalakan lilin di depan gedung-gedung pemerintahan, suara mereka bergema, “Bebaskan Arga! Tangkap penjahat sesungguhnya!” Media sosial meledak, tagar tentang Aisyah menempati puncak trending dunia, berita utama di seluruh stasiun televisi internasional membahas keberaniannya. Tetapi di balik semua sorak dukungan itu, bahaya semakin nyata, karena musuh tidak tinggal diam.Di markas, suasana lebih sibuk daripada biasanya. Relawan begadang, sebagian masih menyalin rekaman wawancara untuk disebarkan, sebagian lagi menyiapkan laporan tambahan. Reyhan berdiri di depan papan strategi, menandai dengan spidol merah lokasi-lokasi di kota yang berpotensi rawan serangan balasan. “Aisyah, setelah tadi malam, mereka tidak akan tinggal diam. Kita harus bersiap, karena mulai saat ini kita bukan hanya simbol perlawanan, tapi target utama

  • Malam Pertama Sang Istri Kontrak   Bab 90 – Api yang Membesar

    Pagi itu Jakarta tidak lagi sama. Dari layar televisi di ruang-ruang rapat hingga siaran radio di kendaraan umum, nama Aisyah terus disebut, laporan investigasi yang ia keluarkan semalam menjadi pusat perhatian nasional maupun internasional. Media asing memuat wajahnya di halaman depan, menyebutnya sebagai “Simbol Perlawanan Baru”, sementara media lokal terbelah antara yang mendukung dan yang mencoba menjelekkan namanya. Namun satu hal pasti: seluruh negeri kini bicara tentang Aisyah.Di markas kecil itu, suasana tidak kalah sibuk. Telepon berdering tanpa henti, laptop-laptop terbuka menampilkan siaran langsung dari berbagai media, dan para relawan tampak bekerja tanpa istirahat. Beberapa menyiapkan dokumen, beberapa lagi membalas pesan dari media luar negeri. Di papan besar, grafik dukungan publik menunjukkan lonjakan tajam. Angka yang semalam hanya ribuan kini sudah jutaan.Reyhan masuk ke ruangan dengan wajah serius, membawa setumpuk laporan. “Aisyah, kita dapat

  • Malam Pertama Sang Istri Kontrak   Bab 89 – Bayangan yang Menyergap

    Langit pagi tampak cerah, namun bagi Aisyah dan timnya, suasana justru semakin mencekam. Dukungan publik memang semakin menggunung, tetapi ancaman pun berlipat ganda. Telepon Reyhan berdering tanpa henti, laporan baru berdatangan tiap menit: saksi yang dibuntuti, relawan yang diteror, hingga kantor media independen yang mendadak diserang hacker.Aisyah menatap papan strategi dengan penuh konsentrasi. Ia tahu musuh sedang kalang kabut, tapi justru karena itulah serangan mereka semakin berbahaya. “Kita harus lebih dulu bergerak,” ucapnya tegas, suaranya menusuk ruangan yang penuh kelelahan. “Hari ini, kita keluarkan laporan investigasi tahap pertama. Semua bukti finansial yang kita kumpulkan, semua jaringan gelap mereka. Kita sebarkan ke media internasional.”Tim sempat terdiam, sadar bahwa langkah itu akan menjadi pukulan paling telak. Reyhan menoleh, wajahnya serius. “Kalau ini kita lakukan, Aisyah, mereka tidak akan tinggal diam. Mereka bisa menyerangmu secara fis

  • Malam Pertama Sang Istri Kontrak   Bab 88 – Pertaruhan yang Membara

    Hari itu udara Jakarta terasa berat, seolah langit menahan hujan yang tak kunjung jatuh. Di ruang kerjanya yang penuh dengan berkas, papan strategi, dan layar laptop yang menampilkan berita terbaru, Aisyah duduk dengan wajah tegang namun tatapannya tetap lurus. Pidatonya kemarin menjadi headline utama di berbagai negara, tetapi bersamaan dengan itu, serangan balasan datang tanpa henti. Fitnah baru muncul setiap jam, akun bot menyerang setiap unggahannya, bahkan ada email anonim yang mengancam akan membuka "rahasia" pribadinya. Reyhan menghampiri dengan wajah muram, menaruh setumpuk kertas di meja. “Ini dokumen terbaru, Aisyah. Mereka menyebarkan laporan palsu tentang rekening pribadimu. Nominalnya fantastis, seolah-olah ada aliran dana asing.” Aisyah menatap kertas itu sebentar, lalu tersenyum miring. “Semakin besar kebohongan, semakin mudah untuk dipecahkan. Siapkan tim audit independen, minta mereka publikasikan laporan keuangan bersihku. Biarkan dunia tahu siapa yang sebenarnya m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status