/ Romansa / Malam Pertama dengan Dosenku / Ada Apa dengan Rayyan

공유

Ada Apa dengan Rayyan

작가: Nia Kannia
last update 최신 업데이트: 2025-05-16 23:56:54

“Jadi, kapan Papa bisa gendong cucu?”

Suara berikutnya adalah Rayyan yanglangsung tersedak teh lemon hangat yang baru saja diteguknya. Alya yang berada tepat di belakangnya buru-buru menepuk-nepuk punggung sang putra.

“Pelan-pelan, Ray!” seru Alya, setengah cemas setengah menahan tawa.

Rayyan berdehem beberapa kali sebelum berhasil merespons, “Papa nih, Ma. Pertanyaannya random m banget," keluh Rayyan sedikit kesal dan sambil sesekali memegang leher. "Baru juga mulai, udah berasa diteror aja”

Kaivan cengengesan karena berhasil membuat putra sulungnya itu salah tingkah. Dia kemudian menaikkan alis, seolah tak merasa bersalah. “Ooo... udah mulai? Alhamdulillah.”

Ia menoleh ke arah Lysandra yang baru muncul dari dapur, membawa sepiring nasi goreng porsi jumbo lengkap dengan toping telur ceplok dan irisan mentimun. Ia lalu meletakkan di depan pasangan paruh baya itu. Lysandra sudah hafal kebiasaan kedua mertuanya yang selalu makan sepiring berdua.

Akan tetapi, karena godaan papa mertua,
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Amarah

    "Apa? Nikah?“ Kaivan menoleh seketika saat suara familier itu terdengar. "Apa ini, Kai?" tanya pria paruh baya tersebut. Sementara Aira menoleh pada Kaivan. Melemparkan tatapan curiga. "Om yang undang dia ke sini?" tanya Aira penuh dengan nada curiga. Kaivan menggeleng pelan. Ia seperti kehabisan kata. Bahannya seakan lenyap untuk menjawab pertanyaan. “Kenapa? Apa salah?" Kini Aira menjawab. "Bukannya aku bisa nikah sama siapa aja tanpa Anda walikan, aku kan cuma anak haram." "Aira! Jaga ucapanmu!“ sentak Azzam refleks. "Apa barusan kamu mau bilang kalau ibumu wanita yang gak bener, Aira? Kamu putri saya dan Amara yang sah secara agama. Hanya saja saya yang salah sudah melalaikan tanggungjawab saya. Bahkan saya gak tahu kalau kamu ada dan terlahir, karena–" "Cukup!" potong Aira cepat dan tegas. "Aku gak mau dengar apa lagi. Alasan apa pun, Anda sudah menelantarkan kami. Anda membuang saya bahkan sebelum terlahir? Lantas, sekarang minta dimaafkan?" Aira menghela napas dalam. Te

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Satu Syarat

    Kaivan masih duduk membungkuk di lantai. Napasnya tertahan setelah mengatakan kalimat yang begitu panjang. Tangan yang semula ingin menenangkan, kini justru terkulai di sisi tubuhnya. Ia tahu, kata-kata tak lagi punya kekuatan apa pun di depan luka Aira. Luka seperti apa? Hanya Aira yang tahu.Aira mengangguk. Ia kembali menghela napas dalam. Tanpa menatap, ia berkata, "Om boleh pergi." Suara itu pelan tetapi cukup tegas. Aira kini berdiri. Dia seperti baru saja berhasil membangun kekuatan.“Aira.” Lirih Kaivan memanggil, seperti bisikan dari tempat yang jauh. “Kamu bisa maafin saya, 'kan?“ Ia ikut berdiri.Aira menggeleng, kemudian menoleh pelan. Matanya menatap seperti api padam—tidak lagi menyala, tetapi masih cukup panas untuk membakar habis harapan siapa pun yang berani mendekat."Meski aku gak bisa membenci Om Kai, tapi aku gak akan pernah bisa maafin orang yang udah bun uh ibuku." Aira berkata pelan. "Sayangnya orang itu adalah Om."Kaivan menunduk, dadanya naik turun tak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Sekaranglah Waktunya

    Aira tersentak. Ia menatap Kaivan lekat-lekat, matanya melebar. Tangannya yang masih menggenggam dompet tua itu bergetar halus.Kaivan menghela napas dalam. “Saya gak sengaja a, Aira. Tolong maafkan saya, seumur hidup saya dikejar ras bersalah hingga hari ini. Demi Allah, Aira, itu murni kecelakaan. Ibumu tiba-tiba menyeberang, dan saya ... saya terlalu lambat menginjak rem. Kejadiannya begitu cepat.”Aira menatap lekat pada Kaivan. "Jadi, semua yang Om lakukan untukku selama ini karena rasa bersalah?" tanya Aira pelan.Kaivan diam. Kalimat itu membuat tengokannya terasa tersangkut duri. Menelan ludah saja terasa sulit. Ia memutuskan untuk tidak menjawab. Baik dengan ucapan atau pun isyarat. Pikirannya masih sibuk memindai kata yang tepat."Aku benar, 'kan, Om?"Kaivan menunduk sesaat, kemudian menjawab dengan hati-hati. "Lebih tepatnya karena amanah ibumu," jelasnya pelan, "ya, saya melakukan itu karena menjaga amanah, setelah saya menemukan kamu dan yakin kamu adalah Sahara, sebisa

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Pengakuan

    "Enggak, Aira. Saya harus katakan agar kamu gak terus-terusan salah paham seperti ini." "Enggak, Om. Saya gak mungkin salah paham dengan perasaan sendiri." Kaivan menghentikan napas dalam, lalu mendorlong tubuh Aira sedikit lebih kuat lagi. Wanita itu akhirnya mengalah. "Tugas saya sudah hampir selesai. Mungkin kamu sudah tahu fakta tentang dirimu sendiri, asal usulmu. Azzam sudah mengatakan faktanya, kan?" Aira menggeleng. "Enggak, saya gak percaya,“ sangkal Aira seraya menggeleng. "Fakta itu benar, Aira. Kamu memang anak kandung Azzam. Saya yang Membuktikan sendiri lewat tes DNA." Aira mendongak, menatap tak percaya pada pria paruh baya di hadapannya. "Aku lebih baik gak tahu itu, Om," ucapnya lirih dan penuh rasa kecewa. "Kenapa? Menjadi putri Azzam Fathurahman adalah sesuatu yang membanggakan, kan?" Kaivan bertanya. Aira menggeleng. "Aku lebih bangga saat Om selalu ada untukku dan Rava selama ini," ucapnya kemudian lirih. "Saya punya keluarga, Aira. Dan, kita gak

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Jangan Katakan, Om!

    Alya seperti dihadapkan pada pilihan yang sulit. Ia masih belum bisa memastikan, apakah kejujurannya akan berujung baik atau justru malah berakibat fatal. Wanita paruh baya itu bergeming sesaat. Seperti menimbang sesuatu. Hingga Azan maghrib berkumandang dan mengurai kegamangannya. "Mungkin bukan sekarang, Aira. Atau suatu hari kamu akan tahu sendiri." Dia kemudian membuka pintu mobil dan memberi kode pada sopir untuk jalan. Sementara itu, di rumah Kaivan mondar-mandir karena istrinya tak juga ada tanda-tanda pulang. Tamara sudah ia berikan pada pengasuhnya untuk ditidurkan. Hingga selesai menunaikan salat maghrib, Kaivan mendengar samar suara seru mobil. Namun, bukan Alya yang muncul, melainkan Azzam. Kaivan menatap heran pada Azzam yang tampak kusut. "Apa yang terjadi?" tanya Kaivan tanpa basa-basi. "Anak gua mana? Kita perlu bicara sekarang." Azzam berucap lesu. Kaivan mengerutkan dahi. Teringat bagaimana kacaunya Lysandra tadi. "Kenapa? Lysandra kenapa?" tanya Kaivan lag

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Alya VS Aira

    Sebelum Aira memutar tubuh untuk berjalan keluar, Alya sudah penuh dulu berjalan menghampiri dirinya. "Saya tahu kamu datang ke sini karena ingin menemui suami saya, 'kan?" ucap Alya begitu sampai di depan Aira. Mereka kini berdiri di dekat pintu masuk. Aira menunduk lalu menggeleng. "Maaf, Tante. Sepertinya saya salah tempat. Saya permisi." "Tunggu, Aira. Kenapa buru-buru?" Alya bersuara lagi membuat Aira kembali mengurung langkah. Aira bergeming. Dalam hatinya, ada sesal. Kenapa ia datang tanpa berpikir panjang? Apa yang sebenarnya ia harapkan? Bahwa Kaivan masih mau bertemu setelah perasaan rumit yang ia lontarkan tempo hari? Dalam satu tahun terakhir ini, Kaivan tak pernah absen rutin minimal seminggu satu kali untuk mengunjunginya di apartemen kecil yang Kaivan sewakan untuknya. Selama setahun terakhir, Kaivan tak pernah absen. Minimal seminggu sekali ia datang. Sekadar mengajak Rava bermain, atau hanya menanyakan kabar. Terkadang tiba-tiba datang membawakan makana

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status