Share

6

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-06-20 11:05:51

Wisnu menatap bahu bergetar itu dengan mata nanar, dia bukanlah laki- laki yang jahat, namun amanah almarhum ibunya membuat semuanya menjadi sulit.

Dia memaafkan wanita itu, tak berniat melaporkannya atau menjebloskannya ke dalam penjara, rasa tanggung jawab yang diperlihatkan wanita itu sudah cukup baginya.

Ke mana pernikahan ini akan dibawa, tempat Raras bukan di sini. Mereka bagaikan bumi dan langit yang tidak mungkin bersatu. Wisnu begitu hafal dengan wajah Raras, wajah yang sering dia saksikan di televisi atau pun media cetak.

Gadis itu masih menangis, mengusap lengannya sendiri, melipat tungkai panjangnya mencari kehangatan. Wisnu harus sedikit membuka suaranya, wanita itu bisa terserang demam jika dibiarkan terlalu lama tidur di atas lantai semen.

"Ras," panggilnya membahana, suara berat yang begitu jantan.

Raras menghentikan tangisnya, apa benar yang dia dengar? Beberapa hari saling mengenal baru kali ini Wisnu memanggilnya tanpa beban. Apakah suara tangisnya sangat mengganggu? Wisnu harus memahami bahwa dia terpaksa harus menginap di rumah lelaki itu, demi menghindari kecurigaan orang kampung.

Raras berbalik, mengatupkan rahangnya, mata cantik itu membengkak beserta hidung yang memerah. Kondisinya tidak terlihat baik, dia masih memakai kebaya berlengan pendek yang digunakannya untuk akad nikah tadi.

Wisnu mencoba menggeser badannya, menahan rasa sakit yang teramat sangat di kedua kakinya, begitu berat perjuangan untuk memindahkan kakinya sendiri.

"Tidurlah di sini! kau bisa sakit jika bertahan di sana," ucap Wisnu, tak ada nada ketus di sana, tawaran itu terdengar tulus di telinga Raras.

Raras bangun, beringsut perlahan ke sisi yang sudah disediakan Wisnu, merebahkan tubuhnya di samping pria itu. Ini benar-benar hangat, rasa menggigil langsung hilang digantikan rasa mengantuk yang tak bisa ditahan lagi, hitungan detik Raras langsung tertidur.

Wisnu melirik gadis cantik itu, lalu menarik nafasnya. Gadis itu terlalu sempurna untuk menjadi istrinya, kulit halus mulus yang terawat sangat tidak cocok tidur di atas kasur tipis yang hanya dilengkapi selimut lusuh.

Rumah reot ini, tidak memiliki ranjang atau pun selimut yang tebal, sementara suhu di malam hari sangat dingin, apalagi gadis itu sudah terbiasa hidup di kota dengan suhu yang panas, pasti dia akan merasa tak nyaman.

Wisnu tau, wanita ini sangat baik, bahkan dia melakukan sesuatu melebihi dari apa yang seharusnya. Kenapa dia harus mengorbankan diri sejauh ini, bahkan Wisnu tidak berharap Raras harus menunaikan amanah ibunya, tapi gadis itu memaksakan diri.

Wisnu kembali melirik wajah cantik itu, dia seperti bidadari yang diturunkan kebumi, mata besar berbulu lentik, hidung mancung dipadukan dengan bibir merah padat dan kecil, dibingkai oleh wajah ovalnya yang putih seperti pualam. Tubuhnya sempurna, tinggi dan padat serta berlekuk indah, dia memiliki otot yang kuat dibalut kulit putih bersih.

Wisnu memejamkan matanya, pernikahan ini hanya hitungan bulan, tak sewajarnya hatinya dibuka untuk sesuatu yang tidak akan didapatkannya dikemudian hari, dia laki-laki yang tak pernah terjamah cinta, dua puluh tujuh tahun hidupnya hanya dihabiskan untuk bekerja mencari sesuap nasi.

Dulunya dia cukup pintar, tapi terpaksa putus sekolah dibangku SMP saat ayahnya meninggal setelah sakit yang dideritanya selama bertahun tahun.

Hidup Wisnu tidak mudah, dia miskin, tak ada perempuan mana pun yang menawarkan diri untuk menjadi pendampingnya bahkan di usianya yang cukup untuk menikah.

Wisnu tak percaya dengan hidupnya, kehilangan ibu diganti dengan mendapatkan istri.

Wisnu tidak berani mengambil resiko untuk mengagumi Raras lebih jauh, dia tau betul ke mana muara pernikahan ini berakhir. Ucapan ayah Raras masih terngiang di kepalanya.

"Kau kenal siapa kami?"

Wisnu mengangguk lemah.

"Aku tidak mengerti kenapa anak bodoh itu meminta sesuatu yang konyol dan tidak masuk akal, yang jelas, kau harus ingat siapa dirimu! jangan berpikir tentang sesuatu yang tak mungkin kau dapatkan, aku akan membayarmu...."

Laki-laki tua itu menyodorkan amplop tebal di depan Wisnu.

Wisnu menolak dan menyerahkan lagi amplop itu kepada ayah Raras.

"Maaf, ambil lagi uang Anda, Pak! saya tidak membutuhkannya."

Ayah Raras memandang tajam, berdehem, kemudian mengambil amplop itu kembali.

"Aaya harus memperingatkanmu, pernikahan kalian hanya berlangsung sampai kau sembuh, setelah itu aku sendiri yang akan memisahkan kalian, Raras sudah punya calon yang kami persiapkan, yang pantas untuk bersanding dengannya."

Wisnu menarik nafas, tentu saja dia akan mengingat semua peringatan itu, dia tidak pernah bermimpi terlalu tinggi, dia tak pernah mengharapkan sesuatu yang tak mungkin digapainya, seharusnya ayah Raras tidak perlu repot repot mengingatkannya.

Wisnu agak kaget saat Raras merapatkan diri padanya, memeluknya untuk mencari kehangatan, hatinya berdebar halus, bagaimanapun... ini sentuhan paling intim yang pernah dialaminya dengan seorang perempuan.

Wisnu tersenyum sekilas, wanita yang wajahnya wara-wiri di televisi sekarang tengah berada di pelukannya, semua itu cukup membuatnya tersanjung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Rokhani
ngga seru, nggak bisa melanjutkan
goodnovel comment avatar
Lathifa Ira81
poin nya jgn mahal2 thor.. jd bisa baca terus tanpa kendali poin mahal ...
goodnovel comment avatar
Kusnadi kusnandar Kusnandar
cukup bagus ceritanya ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   89

    Tidak ada yang berbeda ketika Wisnu berada di rumah. Dia suka memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan, walaupun Raras berusaha membujuknya, pria itu tetap tak terpengaruh sama sekali."Rumah ini sudah terlihat berbeda dari terakhir kita meninggalkannya, bukan?" kata Raras, Raras berusaha bercakap-cakap, tetapi pria itu hanya diam saja."Kau masih ingat ketika kau lumpuh dulu? aku menggendongmu kesana kemari, alangkah indahnya masa itu, tidak terasa sudah bertahun-tahun berlalu, dan sekarang kita kembali di sini, tetapi suasananya sudah berbeda, tidak ada lagi tawamu seperti itu." Suara Raras serak.Raras menghela napasnya, sebenarnya, ia sudah lelah juga membujuk Wisnu. Akan tetapi, pria itu tetap teguh dengan pendiriannya, tidak terpengaruh sama sekali, ia tetap menjawab apa yang dikatakan Raras, tapi tidak seperti biasa, hanya perkataan 'iya' dan 'tidak' saja."Aku masih ingat bagaimana senyum lebarmu menyambutku ketika aku datang, dan untuk pertama kalinya, seumur hidupku,

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   88

    Felicia tidak berdaya menolak kuasa Andrew. Pria itu memaksanya, dengan cara yang kasar, memerintahkan Felicia mengikutinya.Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, mereka memutuskan untuk istirahat di sebuah kafe. Sebuah kafe dengan tema alam yang bisa membuat pikiran mereka sedikit dingin, setelah perdebatan panjang selama beberapa saat.Felicia hanya perlu memasang taktik, untuk sementara ini, dia hanya perlu pura-pura patuh mengikuti Andrew. Dia hanya perlu cara licik, karena Andrew si pengawal dingin, bisa melukainya."Puas?" kata Felicia kemudian kepada Andrew."Untuk alasan apa?" tanya Andrew dengan senyum dingin."Kau berhasil menekanku, sehingga aku akhirnya takluk dan menuruti semua kemauanmu.""Sudahlah, Felicia. Kita ini adalah orang yang sama, kamu mencintai uang dan aku pun sama, aku tau ... kau menikah dengan suamimu karena uang, dan aku bekerja dengannya juga karena uang, jadi ... tidak ada yang lebih baik di antara kita, bukan?" Andrew menyantap santai steaknya."

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   87

    Hujan tidak berhenti mengguyur desa sejak tadi malam, bahkan udara dingin ini tidak mematahkan semangat Wisnu untuk bangun jam 03.00 Subuh menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yang taat. Dia mendirikan dua rakaat salat tahajud yang tidak pernah absen dilakukannya. Dia adalah pria yang dibesarkan dengan agama yang kuat. Akan tetapi, sejauh ini, sebuah ujian sebagai suami, dia belum mampu membuat Raras untuk istiqomah dalam menjalankan ibadahnya. Wanita itu bahkan belum bisa menutup auratnya secara sempurna. Dia dulu pernah sempat memakai hijab, lalu kembali berhenti memakainya, alasannya karena merasa tidak nyaman. Entah untuk alasan apa, yang jelas ... Wisnu tidak pernah memaksakan. Yang penting, Raras bisa menunaikan kewajiban salat lima waktu. Memang benar, pengalaman agama Raras begitu minim, dia dibesarkan di lingkungan keluarga yang moderat dan tidak begitu mementingkan persoalan agama, aqidah serta ibadah, akan tetapi Wisnu berusaha membimbingnya.Seusai salat tahaju

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   86

    Walau keadaan terasa berbeda saat ini, Wisnu memutuskan untuk duduk di beranda rumahnya. Mengamati Aryo yang sibuk melayani pembeli.Adiknya itu tumbuh menjadi anak yang tampan, pemuda baik hati dan pengganti Wisnu di rumah itu. Dua adik Wisnu pun sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik. Begitu cepat waktu berlalu, membuat Wisnu merasa terharu. Andaikan ibunya masih hidup, tentu dia akan bangga memiliki anak-anak yang begitu pintar, cerdas, tampan dan cantik seperti mereka.Wisnu kemudian berusaha menghabiskan air mineral yang ada di tangannya. Sudah tiga hari dia berada di sini, dan sama sekali dia belum berniat untuk menghubungi Raras. Dia sengaja mematikan ponselnya, bahkan beberapa kali Raras menelepon ke ponsel adiknya, Wisnu melarang untuk mengangkatnya, entah kenapa ... dia hanya butuh sendiri. Ketika mengingat tuduhan Raras, hatinya benar-benar sakit.Setelah pelanggan cukup sepi, Aryo kemudian mendekati Wisnu, pria yang tingginya sudah menyamai Wisnu itu, menatap sang kakak d

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   85

    Katakanlah Felicia adalah jalang yang sesungguhnya. Wanita itu bahkan tidak butuh waktu lama untuk ditaklukkan oleh Andrew. Dalam beberapa menit saja, dia mengerang dan memohon kepada pria itu.Mungkin Andrew adalah pria yang bisa memperlakukan dia seperti apa yang dia butuhkan. Dia begitu lihai dalam memanjakan setiap inci kulitnya, semua itu membuat Felicia mengakui, bahwa Andrew adalah pria terbaik yang pernah menemaninya."Sialan kau, Andrew!" Felicia memakai pria itu, di tangah napasnya yang tersengal. Sedangkan Andrew memamerkan senyum iblisnya.Felicia menyumpahi dirinya yang begitu bodoh, seakan tidak lagi memiliki harga diri di depan pria itu. Dengan mudahnya Andrew menghancurkan semua keangkuhannya, bahkan dengan status sebagai atasan itu, sama sekali tidak membuat Andrew segan padanya.Setelah pertempuran semalaman itu, paginya Felicia dihantam oleh kesadaran, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat ini, adalah hal gila yang selalu terulang. Ditambah kenyataan, dia tengah

  • Malam Pertama dengan Suami Lumpuh   84

    Putus asa, sedih serta merasa tertekan, itu yang dirasakan oleh wanita cantik berambut lurus bernama Raras. Tidak terhitung sudah berapa jam dia berkeliling di pulau kecil itu. Dia mendatangi tempat-tempat yang mungkin bisa jadi akan didatangi oleh Wisnu. Akan tetapi suaminya itu sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.Raras kemudian mematikan motornya. Jam 01.00 dini hari, sewajarnya tidak pantas wanita sendirian di malam hari dengan suasana yang teramat sepi di tepi pantai.Wanita itu kemudian membuka jaket kulitnya. Menanggalkan helm. Tak lupa sepatu sportnya. Kakinya yang jenjang, menapak pasir basah. Mata wanita itu terlihat basah, dengan semua keputus-asaannya, dia tak tau, apa yang harus dilakukannya."Kenapa ponselmu mati?"Raras menyugar rambutnya yang berantakan. Dia lebih memilih, bertengkar hebat asalkan dia bisa melihat suaminya walaupun tak menegurnya sama sekali.Ketika Wisnu lebih memilih untuk diam saja, maka itu adalah sebuah wujud kemarahan yang tidak bisa dib

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status