Share

Kesabaran Rania

Author: Uni Tari
last update Last Updated: 2025-01-30 22:36:46

Rania berdecak kesal, ia kemudian menelpon kembali Aldi tapi tidak di angkat. Namun, saat wanita itu ingin berbalik, ia melihat Aldi baru turun dari mobil bersama dengan seorang perempuan.

Melihat itu Rania diam-diam memperhatikan perempuan yang bersama dengan Aldi. Mungkinkah itu adalah kekasihnya?

"Aku gak bisa nungguin sampai kamu pulang," kata Rania, saat Aldi sudah berada di hadapannya.

"Ayo!" Pria itu menarik lembut tangan sang istri menuju ruangannya.

Sedangkan para pekerja di sana saling berbisik, mereka tidak tau jika Rania adalah istri dari Sang CEO, karena Aldi dan Rania menikah sama sekali tidak dirayakan.

Begitu juga dengan Siska, sang sekretaris Aldi pun tak tau jika bosnya itu telah menikah. Tapi yang ia tau, dia sangat mencintai Aldi, yang sudah tiga tahun menemaninya bekerja.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tak ingin lama-lama, wanita itu langsung menodong Aldi dengan pertanyaan saat mereka sudah masuk ruangan.

Sedangkan Aldi bersikap santai, ia meminta sang istri untuk duduk lebih dulu, ia juga mengambilkan segelas air mineral untuk istrinya minum.

"Andika sebenarnya bukan satu tahun ia sakit-sakitan, tapi sudah dua tahun. Satu tahun sebelumnya ia diam-diam periksa diri ke rumah sakit tanpa sepengetahuan siapa pun. Tapi pada saat itu, kebetulan aku ingin mengambil laporan adikku, ternyata dia di rumah sakit yang sama. Kami berbincang, sampai pada akhirnya aku tau bahwa dia sering bulak-balik rumah sakit untuk memeriksa jantungnya yang bermasalah. Sebenarnya toko yang Andika dirikan sudah lama ia jadikan jaminan ke bank, ia juga sudah satu setengah tahun itu tidak bekerja."

"Tidak bekerja, lalu selama ini aku dihidupi oleh uang yang Mas Andika ambil dari Bank?"

Aldi menggeleng. "Bukan, Ran. Itu uang yang aku berikan padanya. Uang bulananmu, dan semuanya. Nisa juga tau ini sejak lama, makanya aku tadi meminta dia untuk datang ke toko karena kamu juga akan datang ke sana."

"Kenapa kamu gak bilang, Mas. Aku bisa melanjutkan semuanya, kenapa kalian tega sembunyikan ini semua dari aku!"

"Maaf. Tapi Andika yang meminta ini semua. Aku juga bukan tak mau membiayai rumah sakitnya, tapi ia yang menolak, Ran. Sudah aku bujuk agar hutang di Bank ku batu untuk melunasi, tapi seperti yang kamu tau, Andika bersikeras tidak ingin merepotkan orang lain. Sekarang toko itu sudah di sita, kemungkinan besar tidak akan kembali lagi padamu, Ran."

Rania menangis histeris, betapa berat sekali perjuangan sang suami untuk menghidupi dirinya dan sang anak.

Aldi yang melihat itu ikut sedih, ia menggesernya tubuhnya lebih dekat pada Rania, kemudian merangkul wanita itu lembut, membuat Rania semakin kencang menangis sambil meremas dada Aldi karena merasa menjadi istri yang tidak berguna.

"Pak Aldi laporannya—" Siska terkejut saat masuk dan melihat Aldi dengan Rania tengah berpelukan. Ia langsung meminta maaf saat Aldi menatapnya dan meminta dia untuk keluar. Saat pintu sudah di tutup, perempuan itu mengepalkan tangan dengan rahang yang mengeras. Ia cemburu.

***

"Terus sekarang gimana, dari mana aku bisa menghidupi Azka kalau toko itu sudah tutup."

Aldi mengusap tangan wanita itu lembut, sampai Rania menatapnya dengan mata yang sembab.

"Kamu lupa kalau aku ini adalah ayahnya juga. Amanah Andika bukan hanya meminta untuk menikahimu saja, tapi semua tanggung jawabnya dulu, sekarang menjadi tanggung jawabku."

Rania mengalihkan pandangan, ia sedikit bergeser agar lebih jauh dari Aldi. "Tapi aku tidak mau terlalu membebani kamu, Mas. Apalagi kamu hanya...."

"Ayah sambung?"

Rania mengangguk pelan.

"Begini, deh. Kebetulan di kantor ini ada lowongan, bagaimana kalau kamu jadi sekretaris bos. Gajinya lumayan, dan kamu bisa memberikan apa yang kamu inginkan pada Azka."

"Sekretaris?" tanya Rania.

Aldi mengangguk, ia mengambil berkas yang ada di mejanya. Kemudian memberikan itu pada sang istri.

"Besok jam sepuluh wawancara dengan bosnya langsung, aku yakin kamu pasti diterima."

"Tapi...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Pertamaku yang Kedua   SELESAI

    "Meskipun belum semua, tapi aku ingat kalau kamu mencintaiku selama tujuh tahun, Mas!" ujar Ayumi... yang ternyata dia memanglah Rania. "Tuhan... Semoga ini bukan mimpi, semoga ini bukan mimpi." "Ini nyata, Mas. Kita bertemu lagi setelah tiga tahun lamanya aku di sini hidup tanpa siapa pun!" "Maafkan aku, maaf... aku terlambat datang jemput kamu." Rania menggeleng, baginya ini sudah menjadi takdir dan ujian. Apakah mereka bisa melewati ujian ini, atau mereka menyerah tanpa saling tahu satu sama lain. Dan sekarang, di tengah kebun teh yang hijau, Tuhan melihat mereka bisa melewati ujian yang diberikan. Mereka kembali bersama dalam keadaan sehat dan tidak kurang satu pun. "Jangan pergi lagi, Rania... aku mencintaimu." "Aku janji, Mas. Akan terus ada di sisi kamu. Selamanya...." * Rania menatap kebun hijau di dekat jendela kamar Aldi, air matanya mengalir deras saat mengetahui jika sang anak sudah pergi meninggalkan dirinya saat dia tidak ada di sampingnya. "Maaf karena aku

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kembali

    Mentari pagi sangat cerah memasuki kamar Aldi, di sana Ayumi masih tertidur saat kemarin malam merasakan sakit kepala. Matanya mulai terbuka, orang pertama yang ia lihat adalah Aldi yang tengah berkutik dengan laptopnya. "Sudah tujuh tahun." "Tujuh tahun, Rania aku mencintaimu...." Suara dan bayangan itu kembali datang. Ayumi memegangi kepalanya dan berdesis. Membuat Aldi berbalik menatapnya dan langsung menghampiri. "Kamu udah bangun?" tanyanya, dengan wajah yang panik. "Apa masih sakit?" Perempuan itu menggeleng pelan. "Mau sarapan apa?" Ayumi tak menjawab, ia malah menatap Aldi tanpa berkedip. Hatinya campur aduk, antara percaya atau tidak bahwa dia adalah istri seorang pria yang sedang berada di hadapannya itu. "Bisa kamu tunjukan momen-momen bersama istrimu?" Aldi yang merasa bingung karena dia meminta itu pun, berdiri dan mengambil laptopnya. Ia kembali duduk di samping Ayumi. Pria itu menjelaskan saat Rania pertama kali kerja di kantornya, saat dia di kerjain

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Pahlawan

    Sudah dua hari, Aldi masih setia menunggu kabar dari Ai, setiap malam yang ia bayangkan hanyalah Rania, dan masih sangat berharap bahwa perempuan itu memanglah istrinya. Malam sedingin ini, Aldi hanya diam berdiri di balkon, melihat kebun teh dengan suara jangkrik yang menemaninya. Ia bosan, ingin pergi tapi ke mana. Kemudian pria itu baru teringat bahwa ia ingin seuatu tempat. Bergegas dia menyambar jaket karena dingin, lalu pergi. Sebuah sungai kecil tapi suara air yang mengalir membuatnya merasa tenang. Tidak jauh dari saung, pria itu memutuskan untuk jalan kaki saja. Namun, saat diperjalanan dia melihat ada yang sedang ribut. Suara perempuan itu membuat Aldi bergegas lari menghampiri. "Hutangnya mana! Kita mah gak butuh tangisan kamu!" "Bayar sekarang atau kita bakar rumah kalian!" "Jangan... jangan, Pak. Tolong kasih saya waktu lagi." "Ahhhh lamaa!" "Woyy!" Aldi datang dan meninju wajah orang-orang itu saat mereka sudah melayangkan tangan ingin memukul Ayumi, dengan n

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Marah

    Aldi yang terkejut langsung menghampiri perempuan itu takut jika sampai dia salah paham lagi. Tapi lagi-lagi Ayumi memberikan bogeman, ia menendang Aldi sampai tersungkur ke lantai. "Dasar mesum! Kamu pikir aku perempuan apaan, hah!" teriak Ayumi nyaring, sampai semua pegawai termasuk Teh Ai datang menghampiri mereka. Melihat Teh Ai datang, Ayumi langsung turun dari ranjang dan memeluknya dengan penuh ketakutan. "Tolong, Teh... dia mau perikosa aku!" ujar Ayumi dengan tubuh yang gemetar. Teh Ai melihat kancing baju anak buahnya itu terbuka. Kemudian ia menatap Aldi yang sedang berusaha berdiri. "Sumpah, saya gak ada maksud buat begitu," jawab Aldi membela. "Terus apa maksud kamu buka-buka kancing baju saya! Udah salah masih aja mengelak, jangan karena kamu punya banyak uang jadi bisa seenaknya pada orang miskin sepertiku. Ingat, biarpun miskin tapi aku masih punya harga diri!" teriak Ayumi. Aldi diam dengan mata menatap Ayumi, dia merasa sangat bersalah karena membuat pe

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Kegundahan Hati

    Ayumi memeluk sang nenek erat sembari menangis. Dia masih bingung, siapa dia sebenarnya dan kenapa bisa ada di sana? Kenapa dia bisa hilang ingatan tiga tahun lalu itu. Apakah dia sudah menikah atau masih lajang? Setiap malam Ayumi memikirkan hal itu. Apakah keluarganya masih utuh, apakah dia mempunyai kekasih? Dia benar-benar tidak mengingat sedikitpun kenangan dulu. Perempuan itu pamit pada sang nenek. Ia kembali ke saung dengan wajah yang ceria, setidaknya sekarang dia tidak terlalu memikirkan dari mana mendapatkan uang. Sejak kemarin dia sudah frustasi, jika keluar dari kerjaan, ke mana lagi dia akan mencari uang. "Yumi, tolong siapkan air hangat untuk kamar 08, ya." Perempuan itu sontak menatap sang bos. Tangannya saling bertautan karena takut. Bagaimana jika dia melakukan hal yang kemarin lagi? Bisakah dia menolak? Tapi... apa mungkin bosnya itu akan memberikan kesempatan dua kali? "Ba-Baik... Teh." Dengan cepat ia berjalan menuju kamar Adli, di depan pintu Ayum

  • Malam Pertamaku yang Kedua   Hilang Ingatan

    Setelah sekian kali mengetuk, akhirnya ada yang nyaut juga. "Siapa—" Raut wajahnya berubah saat melihatku. Dengan cepat ia menutup pintu, tapi tanganku lebih cepat untuk menahannya. "Mau apa Bapak ke sini?" "Saya mau bertemu dengan kamu." "Atas dasar apa? Saya tidak mau bertemu dengan Bapak. Pulanglah!" "Tunggu. Saya minta maaf perihal yang tadi. Maaf jika saya lancang, demi apa pun, saya tidak bermaksud untuk melakukan itu." Sembari menatapku dengan kemarahan yang mulai mereda, dia kemudian membukakan pintu dan mengizinkanku untuk masuk. Lantai kayu yang sudah bolong-bolong begitu juga dengan dinding anyaman bambu. Kenapa dia tinggal di rumah seperti ini, apakah tidak ada yang lebih layak dari ini? "Duduklah." Dia sibuk mengambilkan air kemudian menaruhnya di hadapanku. "Maaf di sini tidak ada kursi," ujarnya, kemudian duduk berhadapan denganku. "Kamu tinggal sendiri?" "Tidak. Saya tinggal dengan Nenek saya, tapi dia sudah renta. Jadi tidak bisa ke mana-mana." "Oh..

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status