Home / Rumah Tangga / Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu! / 08. Sekretaris Baru Untuk CEO Baru!

Share

08. Sekretaris Baru Untuk CEO Baru!

Author: Chani yoh
last update Huling Na-update: 2023-11-19 03:00:24

Darline tak bisa berkata-kata lagi saat menghadapi Willson yang malah menyecar dan menuduhnya telah melakukan sesuatu yang tidak benar. Bahkan dia dituduh sengaja menjebak dan memfitnah Willson.

Jika bukan karena Darline takut kebersamaannya dengan Paman Hayden terungkap, Darline tidak akan berdiam diri saat dicecar seperti itu.

Biar bagaimana pun sebagian dirinya merasa bersalah, tapi juga sebagian lainnya merasa Willson jauh lebih salah daripadanya. Darline hanya tidak bisa menekan Willson untuk mengakui kesalahannya.

Dalam tangis dan rasa perih yang mengukungnya itu, Darline mendengar deru mesin mobil Willson meraung pergi meninggalkan pekarangan rumah.

Tidak ada rasa yang merayap di hatinya. Darline hanya merasakan kekosongan.

                ***

“Aku butuh pekerjaan nih, Fen. Ada nggak ya yang bisa menerima karyawan sepertiku ini, yang sudah lama vakum bekerja. Sudah 2,5 tahun aku vakum, Fen.”

Dalam gelisahnya tadi, Darline pun mengajak Fenny, salah satu teman dekatnya saat kuliah untuk makan siang bersama. Beruntung, Fenny kali ini bersedia.

Namun sebelum pergi, Darline sempat menyamarkan luka di bibirnya dengan foundation yang cukup tebal sehingga luka itu tak terlihat.

Tanpa membuang waktu, Darline pun mengutarakan maksudnya mengajak Fenny bertemu.

Darline merasa dia tidak bisa terus begini. Hidup mengharapkan uang belanja dari Willson yang kapan saja bisa mencampakkannya, sangatlah riskan. Terlebih lagi dua tahun terakhir cinta Willson padanya seakan sudah terkikis begitu cepat.

Jika dia tidak juga bekerja, uang tabungannya sebentar lagi kosong. Dan dia juga akan semakin diremehkan ibu mertuanya.

“Kamu dulu bekerja sebagai apa, Lin?”

“Dulu aku customer service di sebuah perusahaan provider simcard ponsel, Fen.”

“Berapa lama?”

“Dua tahun.”

Fenny tampak mengangguk-angguk.

“Hmm. Di kantorku ada sih lowongan. Lagi butuh banget juga. Tapi sebagai sekretaris. Kamu bersedia?”

“Apa bisa? Aku mau saja, Fen, kalau memang bisa.”

Darline langsung berbinar-binar kedua matanya.

Apalagi saat Fenny mengangguk lagi. “Kebetulan aku wakil kepala HRD. Dan besok CEO baru dari Singapura sudah aktif bekerja. Aku bisa merekomendasikanmu ke Ibu Kepala HRD. Tapi, ini masih masa percobaan karena kamu nggak lewat jalur tes dan interview, tapi lewat jalur kenalan. Masa percobaannya tiga bulan dan selama itu gajimu masih UMR.”

“Wah, begitu saja aku sudah makasih banget, Fen. Ini berkah buatku. Tapi apa nggak apa-apa aku masuk lewat jalur kenalan?”

“Nggak apa-apa. Karena ini posisi sekretaris. Malah kita lebih suka kalau yang mengisinya memang sudah kita kenal. Karena posisi ini berhubungan langsung dengan Pak Boss. Lebih baik diberikan pada kenalan agar lebih bertanggung jawab.

Oh, tapi kalau bisa sore ini kamu serahkan CV dan data diri kamu ke kantor ya? Aku tunggu paling lambat jam 17.00.”

Darline menyanggupi dan dia pun bergegas pulang kembali ke rumahnya.

Ketika pulang, Darline baru menyadari bahwa rumah dalam keadaan sepi sejak Willson pergi dengan mobilnya.

‘Mungkinkah Ibu dan Lissa ikut bepergian tadi dengan Willson?’ hati kecil Darline bertanya. Tapi lalu hati kecilnya pun menjawabnya sendiri. ‘Tak perlu mempedulikan itu semua. Sekarang yang terpenting adalah mengurus semua berkas yang dibutuhkan untuk pekerjaan besok.’

Darline gegas menuju kamar dan mengumpulkan semua data yang dibutuhkannya lalu dia kembali lagi ke kantor tempat Fenny bekerja.

Di sana dia bertemu dengan kepala HRD, diinterview secara langsung, dan akhirnya pekerjaan itu pun didapatkan Darline.

“Besok kamu bisa mulai bekerja. Pakaian kantormu harus blazer. Bawahnya boleh rok bahan kain, boleh juga celana panjang kain. Rambut harus diikat yang rapi. Digelung atau dicepol gitu pokoknya rapi. Make up adalah keharusan dan tidak boleh terlalu berlebihan.”

“Baik, Bu,” sahut Darline menjawab Bu Alma yang menjadi atasannya secara tidak langsung.

Ketika pulang ke rumah, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

Darline mendapati rumah masih kosong dan sepi seperti sepanjang hari ini.

Itu berarti, Willson belum pulang, begitu pun Bu Mira dan Lissa.

Lagi-lagi, Darline tak ambil pusing. Dia pun gegas mengeluarkan lagi pakaian kerjanya yang lama untuk bisa dipakainya lagi besok. Setelah mencobanya dan ternyata pakaian itu masih pas di badannya, Darline lalu makan malam dan beranjak untuk tidur cepat.

Darline sudah tak peduli lagi saat Willson dan keluarganya masih juga belum pulang ketika jarum jam sudah menunjuk pukul 10 malam. Dia sudah berlayar di alam mimpi demi mempersiapkan tubuhnya untuk pekerjaan barunya besok.

Willson dan Bu Mira tidak boleh lagi meremehkannya.

Esok paginya, alarm Darline berbunyi di pukul 05.00 WIB. Wanita itu bangun dan bersiap kerja, mulai dari mandi, membuat sarapan, lalu berganti pakaian, dan bermake-up.

Tak lupa, Darline membubuhi foundation yang sewarna dengan warna kulitnya di bagian luka bibirnya akibat terkena lemparan remote Willson. Luka itu sudah mengering, tapi jadi melebar karena dia tutupi dengan foundation terus menerus.

Namun, Darline tak ambil pusing. Bukan luka kulit yang membuatnya sakit, tapi luka hati.

Selesai semua itu, Darline baru menyadari bahwa dia masih seorang diri di rumah ini. Willson serta ibu mertua dan adik iparnya itu masih belum kembali. Darline terheran-heran.

Kenapa mereka semua bisa tidak pulang semalam? Jika tak pulang, tidur di mana mereka semalam?’

Darline lalu melihat ponselnya. Tidak ada pesan maupun panggilan tak terjawab dari Willson sama sekali.

Apakah dirinya memang tak sepenting itu bagi Willson hingga ketika pria itu beserta keluarganya tidak kembali ke rumah ini, Darline tak dirasa perlu untuk dihubungi?

‘Sudah, Darline! Tidak perlu membuang waktu dan tenaga memikirkan mereka semua! Fokus bekerja saja, mumpung ada kesempatan kedua untukmu merintis karier kembali,’ bisik hati kecilnya Darline.

Karena itu jugalah, Darline pun tidak memikirkan semua keanehan dalam rumah ini lebih berlarut lagi. Dia lebih baik cepat menuju kantor agar jangan sampai telat di hari pertama bekerja.

Sementara itu ...

Di kantor 3L’s Empires Motor Co. Ltd, Hayden Lewis tiba tiga puluh menit lebih awal dari jam kantornya.

Hari ini adalah hari pertamanya resmi menjabat sebagai CEO baru di 3L’s Empires Motor, sebuah anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dari perusahaan induk, yang bernama sama, yang berlokasi di Singapura.

Sekalipun ayah Hayden adalah pemegang saham terbesar 3L’s Empires Motor, Hayden memiliki ketertarikan yang besar untuk membuktikan kemampuannya membesarkan anak perusahaan mereka.

Karena itulah, dia menerima jabatan CEO demi bisa terjun langsung membesarkan 3L’s Empires Motor.

“Selamat pagi, Pak!”

“Selamat pagi, Pak!”

Sapaan demi sapaan didapatnya dari staff yang memang terbiasa tiba setengah jam sebelum jam kantor dimulai.

Hayden mengangguk saat mendapati sapaan itu tapi dia tidak tersenyum sama sekali. Raut wajahnya teramat serius, diikuti dengan tatapan mata yang tajam dan menyorot tegas penuh wibawa.

Langkah kakinya yang panjang terus tarayun tanpa ragu menuju ruangan yang terlihat paling mewah di antara ruangan lainnya. Bahkan ukiran di pintu ganda ruangannya dibuat sangat spesial, mengikuti selera elit, namun jantan dan liar Hayden.

Tak lama setelah Hayden memasuki ruang CEO-nya, Bu Alma, Kepala HRD mengetuk pintu.

“Masuk!” seru suara bariton Hayden penuh wibawa.

Bu Alma membuka pintu dan menyapa Hayden.

“Pagi, Pak Hayden. Saya Bu Alma, kepala HRD, seperti yang pernah diperkenalkan pada Bapak saat meeting internal seminggu lalu. Masih inget nggak ya, Pak?”

Hayden terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk. “Tentu masih ingat.”

“Oh, baik kalau begitu, Pak Hayden,” sahut Bu Alma lagi dengan senyum lebar di wajahnya.

Dia lalu menunjuk ke pintu dan berkata lagi, “Di luar ada sekretaris Anda, saya panggilkan dan perkenalkan sekarang, ya, Pak?”

Hayden mengangguk lagi lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, sebagai pertanda bahwa dia menunggu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lidia Lidia
ceritanya sih bagus.. kasihan siceweknya, kenapa nggak minta cerai saja... masih penasaran sama alur ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - We Are Family

    Di hari H, mereka serombongan melakukan perjalanan udara dan saat tiba di bandara Soekarno Hatta, Hayden dan Darline menjemput bersama.Perut Darline sudah terlihat buncit meski tubuhnya masih langsing seperti dulu.Melihat Heaven yang terlebih dahulu keluar dari exit door, Hayden melambaikan tangannya.Heaven memimpin rombongan menghampiri Hayden.Satu demi satu mereka berpelukan.Hanya saat tiba giliran Darline, Oma Jenny merasa canggung, tapi akhirnya dia memeluk lebih dulu.“Maafkan Mom yang dulu sempat menuduh kamu mandul, Sayang. Maafkan ya.” Oma Jenny berbisik di telinga Darline.Tentu saja dia malu jika Hayden mendengar permintaan maafnya.Ketika pelukan mereka terurai, Darline tersenyum pada ibu suaminya itu. “Nggak pa-pa, Mom. Itu juga kesalahan kami, lupa memberitahu Mom tentang kehamilan ini.”Mendengar itu, Hayden langsung menimbrung, “Iya, Mom. Aku yang lupa. Terlalu banyak pekerjaan.”“Ya, ya, sekarang istrimu sudah mengandung, kau harus kurangi kerjamu, jaga dia baik-b

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Penyesalan Hailley & Oma

    Hailley pulang dengan hati hancur. Sehabis dari apartemen baru mommy-nya, dia nongkrong di dermaga dengan ditemani Mike.Driver dimintanya menjemput di sore hari dengan alasan dia memiliki pelajaran tambahan.Jadi, Hailley nongkrong hingga sore, ditemani Mike. Meski begitu, gadis itu tidak banyak curhat pada Mike.Mereka hanya duduk diam, merenung sendiri-sendiri. Angin kencang menerpa wajah Hailley membuat gadis itu kembali teringat kata-kata ibunya sebelum dia disuruh pulang sesegera mungkin.“Hailley, dengarkan Mommy. Mommy terpaksa melakukan ini semua! Mommy tidak punya uang lagi. Untuk kembali pada daddy-mu itu tidak mungkin. Kita sudah berakhir lama sekali. Itupun juga karena mommy yang salah sudah meninggalkan daddy-mu.Lalu ada pria ini, yang melamar mommy. Dia bisa menunjang hidup mommy. Hanya saja, dia hanya bersedia menerima seorang istri, tidak dengan anak-anaknya. Jadi, karena inilah, Mommy terpaksa memintamu tinggal bersama Daddy-mu.”“Ck! Sudah kuduga! Mommy tega! Kau m

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mencari Mommy

    Hailley semakin sakit hati.Kenapa ibunya menikah tapi tidak memberitahunya?Dan benarkah perkiraan oma-nya tadi?“Tidak! Aku harus mencaritahu!”Hailley menekan nomor Mike dan menghubunginya.Suara di ujung sana menjawab, “Hei, kenapa telpon malam-malam begini? Hpku perlu dicas.”“Aku hanya ingin menanyakan alamat apartemen tempat ibumu bekerja. Bisa berikan padaku?”“Maksudmu, tempat tinggal baru ibumu?”“Iya.”Hailley teramat sesak rasanya ektika menjawab pertanyaan Mike. Dia sendiri tak pernah menyangka akan menanyakan alamat ibunya pada orang lain.Di sisi lain, hati kecil Hailley masih tak percaya.Setelah Mike mengirimkannya alamat, Hailley memaksa diri untuk tidur, meski itu sulit sekali. Di benaknya sudah terukir rencananya untuk esok hari. ***Hailley memang berangkat ke sekolah dengan mobil dari Opa. Tiba di sekolah, dia turun dan menunggu di gerbang dalam, sampai mobil pergi, Hailley pun keluar lagi.Tapi tepukan di bahunya membuatnya terkejut. Saat dia men

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Dia Benar Ashley

    Sudah berminggu-minggu berlalu dengan Hailley dibawa pulang Oma ke Singapura.Sekalipun terasa melegakan karena tidak ada lagi tekanan dari gadis itu, tetap saja rumah yang sempat dihuni 3 orang, lalu berkurang satu, terasa sepi.Sedikit banyak Darline juga merindukan Hailley. Andai Hailley tidak bermasalah, dia pasti dengan senang hati menjadi ibu sambungnya.“Hei, perutmu seperti tidak bulat.”Suara Hayden tiba-tiba membuyarkan lamunan Darline ketika malam itu mereka menonton TV bersama sambil berpelukan.“Eh, iya ya, Mas. Terasa seperti kram. Oh, ini baby nya lagi bergerak kali. Kayak ada yang mendorong dari dalam.”Hayden gegas bangun untuk melihat apa yang terjadi.Di bagian bawah perut Darline terlihat sesuatu yang kecil tercetak di permukaan perut.Benar kata Darline, baby sepertinya sedang mendorong dari dalam. “Sepertinya dia pegal, jadi sekarang sedang stretching,” canda Hayden sambil memeragakan stretching ala baby yang di bayangkannya sendiri. Darline sampai tertawa dibuat

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Kehidupan Bak Puteri Raja

    “Halo, Mom, ada apa yang terjadi?” Hayden tidak merasa perlu berbasa basi lagi. Dia langsung menunjukkan bahwa dia sudah mengetahui semuanya. “Oh, berarti kamu sudah tahu bahwa Mom membawa Hailley ke Singapura?” “Iya, Darline baru saja menelpon.” “Oh, bagus kalau begitu. Mom mengambil keputusan ini karena istri kamu itu tidak terlihat keinginannya untuk mengurus cucuku. Dia seringkali menindas Hailley!” “Menindas bagaimana, Mom? Setahuku justru Darline sudah sangat bersabar dalam menghadapi Hailley. Sikap Hailley sering kasar. Bukan saja pada Darline, tapi pada siapa saja. Tapi Darline dengan sabar mendidiknya. Dia memang tidak mengabulkan semua keingingan Hailley, tapi aku tahu Darline melakukan semua itu untuk kebaikan Hailley.” “Omong kosong, Hayden! Itu sih hanya akal-akalannya saja agar kau tidak mengira dia menindas Hailley. Mana mungkin dia bisa seperti itu karena Hailley kan bukan darah dagingnya. Maka dari itu, mom membawa Hailley pulang ke Singapura. Mom tidak rela ji

  • Malam Tak Terlupakan Bersama Pamanmu!   DNJ - Mengadu ke Oma

    Brak!!!Hailley bangkit dari duduknya dengan mendorong kursi sekuat tenaga.Gadis itu tak jadi makan dan kembali ke kamarnya.Tiba di kamar, Hailley mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Hayden.[Daddy, aku nggak mau tinggal sama-sama istrimu lagi! Dia keterlaluan! Dia sering mengejekku! Dia itu nggak pantas jadi istri daddy. Lebih nggak pantas lagi jadi penggantinya mommy!Aku benci dia! Kalau daddy benaran sayang padaku, kalau daddy benaran ingin menjadi ayah yang baik untukku, daddy harus meninggalkannya! Aku nggak mau tinggal di sini lagi, selama dia masih di sini!!!]Setelah mengirim pesan, Hailley terduduk dengan wajah cemberut. Kedua matanya basah akan air mata dengan pinggiran matanya menjadi merah.Dia benar-benar marah dan membenci Darline.Diliriknya lagi ponsel di tangan. Kenapa daddy nggak balas-balas, sih?Hailley semakin kesal.Tepat saat dia melempar ponsel itu, balasan dari ayahnya masuk.[Maafkan istriku kalau dia sering mengejekmu. Tapi aku yakin Darline hanya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status