Share

Malam Terakhir di Singgasana
Malam Terakhir di Singgasana
Author: Viona

Bab 1

Author: Viona
Pada musim dingin ke-5 Era Harmoni Agung di bawah Dinasti Daya Raya.

Saat malam tiba, Istana Langit Emas tampak terang benderang dan dipenuhi dengan aroma wewangian.

Lyra Serena berdiri di depan tempat tidur Kaisar sedang mengajari para dayang istana yang baru mengenai cara merapikan ranjang untuk Kaisar.

Dia telah melakukan pekerjaan ini sebagai dayang istana selama lima tahun, setiap gerakan yang dia lakukan terlihat terampil dan anggun, mengalir seperti air. Sepertinya walaupun dilakukan dengan mata tertutup, dia tetap tidak akan membuat kesalahan.

Namun, dia telah mencapai usia untuk meninggalkan istana dan akan kembali ke keluarganya dalam tiga hari, jadi dia harus mengajari para dayang baru itu sebelum pergi.

Para dayang istana itu terpesona oleh kemampuannya. Salah satu dari mereka sampai berkata dengan kagum, "Padahal Dayang Lyra sangat cantik, kinerjanya juga sangat bagus. Sayang sekali, kamu harus pergi dari sini."

"Jangan asal bicara." Dayang lain buru-buru berkata, "Keluar dari istana adalah hal yang baik. Dunia di luar istana itu sangat luas. Kamu bisa menikah dengan pria impianmu dan menjalani kehidupan yang baik, itu jauh lebih nyaman daripada di istana."

"Iya, benar. Dayang Lyra akhirnya berhasil keluar dari sini. Kita harus beri selamat padanya."

Beberapa dayang lain memberi selamat kepada Lyra dan berkata jika dia akan menikah dengan lelaki impiannya di masa depan, jangan lupa untuk mengirim kabar agar semua orang bisa ikut merasa senang.

Lelaki impian?

Seorang lelaki gagah dengan pakaian berwarna terang menunggang seekor kuda melintas di matanya, dan senyum langka pun muncul di wajahnya yang biasanya tampak dingin.

Namun sebelum senyum itu bisa mengembang, dia melihat sekilas jubah kuning terang dari sudut matanya.

Jantungnya berdebar kencang dan dengan cepat menghilangkan senyum itu. Dia berlutut di depan ranjang.

Beberapa dayang istana sontak merasa ketakutan dan berlutut berjajar di lantai.

"Keluar!"

Kaisar Alvaren Sora berdiri tegak dengan tangan terkait di belakang, dengan mengenakan jubah naga. Aura wibawa Sang Kaisar memenuhi seluruh istana dengan tekanan yang menyesakkan.

Beberapa dayang istana menahan napas dan mundur perlahan dengan tubuh gemetar.

Lyra tetap berlutut tanpa bergerak.

Dia tahu bahwa perintah itu tidak termasuk untuk dirinya.

Karena dia belum dipermalukan oleh Kaisar.

Mempermalukannya setiap malam adalah rutinitas penting bagi Kaisar sebelum tidur.

Hanya ketika dia sudah cukup dipermalukan, Kaisar baru bisa tidur dengan nyenyak.

Dia berlutut di lantai, kepalanya tertunduk, dan diam menunggu.

Kaisar Alvaren melangkah mendekat hingga berdiri tepat di depannya dan menatapnya. Sosoknya yang tinggi menghalangi seluruh cahaya, membentuk bayangan besar yang menyelimuti tubuhnya.

Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba membungkuk dan mencengkeram dagunya, memaksanya untuk mendongakkan wajah dan menatapnya.

"Kamu sudah mau keluar istana?"

Lima kata sederhana itu terdengar dingin dan kejam, sedingin hati Kaisar.

Dagu Lyra terasa sakit karena cincin giok yang keras dan dingin di ibu jarinya. Dia lalu berkedip sebagai jawaban.

"Kamu pasti sangat mendambakan hari ini, ‘kan?" Kaisar bertanya lagi.

Lyra menatap ke arahnya, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Kaisar yang tidak mendapat jawaban pun memperkuat genggamannya.

"Bicara! Apa kamu bisu?"

Setelah bertanya seperti itu, dia mencibir, "Oh iya, aku lupa. Kamu kan memang bisu!"

Bulu mata panjang Lyra bergetar, dan ekspresinya tidak berubah sama sekali seolah-olah dia sudah lama terbiasa dipanggil begitu.

Kaisar membenci penampilannya yang tidak peduli pada hidup dan mati, dan tiba-tiba ingin melakukan sesuatu untuk menghancurkan ketenangannya.

Dia berpikir begitu, dan langsung melakukannya. Dia memeluk pinggangnya dan melemparkannya ke tempat tidur Kaisar.

"Kamu selalu menyiapkan ranjang ini untukku selama lima tahun, tapi aku nggak pernah menyentuhmu. Malam ini aku akan membuat pengecualian dan memberimu hadiah untuk tidur di ranjang ini sekali."

Lyra merasa pusing dan tubuhnya yang kurus tampak sangat menyedihkan terkulai di atas tempat tidur Kaisar yang besar dan mewah itu.

Dia seperti ikan yang sekarat.

Menatap pria yang mendesak ke arahnya, matanya yang sebening air danau akhirnya menunjukkan kepanikan.

Dia tidak dapat berbicara, hanya mengatupkan kedua tangannya dan memohon kepada Kaisar dengan tatapan matanya.

Memohon agar dilepaskan.

Dia telah menebus dosa keluarganya di sini selama lima tahun ini, dan akan meninggalkan istana dalam tiga hari.

Jika dia disukai oleh Kaisar saat ini, Lyra tidak akan bisa pergi lagi.

Wanita yang telah disukai oleh Kaisar harus mati di istana.

Kaisar Alvaren akhirnya melihat pertahanan wanita itu hancur seperti yang diinginkannya. Dengan tangannya yang menahan di sisi tubuh wanita itu, dia menatap matanya dengan pandangan yang mendalam, lalu teringat apa yang dikatakan para dayang ketika dia masuk tadi, serta senyum yang dia lihat di wajah itu untuk pertama kalinya dalam lima tahun.

Dia tersenyum begitu indah.

Dia pasti sudah tidak sabar, bukan?

Tidak sabar ingin meninggalkan istana dan menikah dengan lelaki impiannya?

Huh!

Jari-jarinya yang ramping dan dingin membelai bibir Lyra yang pucat dan menekannya dengan keras lalu berkata, "Sudah lima tahun, dan pertama kalinya kamu memohon padaku adalah untuk meninggalkan istana?"

"Apa kamu begitu ingin pergi?"

"Apa salahku? Kenapa kalian semua ingin meninggalkanku?"

"Jawab aku!"

Kemarahannya tidak mendapat tanggapan. Melihat wanita itu gemetar di bawahnya seperti kelinci, dia tiba-tiba mencium bibirnya dengan brutal.

Ciuman yang sangat agresif itu bercampur dengan aroma alkohol. Tidak heran dia yang biasanya selalu dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba bertindak dengan tidak normal. Ternyata, itu karena dia minum alkohol.

Lyra menangis kesakitan, suara rengekannya terdengar seperti isakan tertahan di tenggorokan.

Tapi rengekan itu gagal membangkitkan rasa kasihan dalam diri Kaisar, tetapi malah membangkitkan sisi buas yang tersembunyi di dalam dirinya selama ini.

Dia memperlakukan bibir mungil merah wanita itu sebagai mangsa, ibarat makanan lezat di mulutnya. Dia menggigit dan mengunyahnya tanpa ampun, hingga terasa darah di mulutnya.

Setelah waktu yang cukup lama, dia berhenti dan menatap bibir gadis itu yang memerah, bengkak, dan berdarah. Seberkas cahaya emosi yang bercampur aduk muncul di tatapan matanya yang dalam seperti jurang.

"Memohonlah padaku, asalkan kau mengatakannya, aku akan membiarkanmu pergi."

Lyra berbaring di ranjang, dadanya naik turun, dan dengan mata berkaca-kaca menatapnya sedih. Tidak ada kebencian di dalamnya, tetapi rasa kasihan.

Apakah wanita itu mengasihaninya?

Mengasihaninya karena menjadi pria yang kesepian?

Hidupnya sendiri seperti itu, lalu apa haknya untuk merasa kasihan padanya?

Wajah Kaisar Alveran berubah muram, seolah-olah dia telah menerima penghinaan besar. Dengan satu gerakan kasar, dia merobek jubah luar wanita itu, memperlihatkan kulitnya yang putih seperti salju dan pakaian dalam merah muda yang disulam gambar bunga persik.

Di balik kain itu, samar tersembunyi bagian tubuhnya yang seperti gunung bergelombang.

Lyra merasakan malu yang belum pernah dia alami sebelumnya, dan tubuhnya yang ramping menggigil tak terkendali di tengah udara dingin.

Kaisar menatap tubuh seputih salju itu, dan sorot matanya menjadi gelap, seperti lautan dalam dengan ombak yang bergolak di malam yang gelap.

"Kabarnya putri ketiga Keluarga Serena memiliki kulit seputih giok dan lebih cantik dari bunga. Aku ternyata sudah menyia-nyiakan hadiah ini selama bertahun-tahun."

Kaisar berbicara dengan nada ringan, dan dengan jari-jemarinya yang putih ramping, dia menarik pakaian dalam merah muda itu. Hanya dengan sedikit tenaga saja, dia dapat melepaskan kain terakhir yang menutupi tubuh wanita itu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 130

    Kaisar merasakan tangan kecil di telapak tangannya menegang sejenak, seolah ingin menariknya keluar, tetapi dia terlalu malu untuk benar-benar menariknya keluar.Sepertinya Lyra masih menolaknya.Namun, ini hal yang wajar.Setelah kejadian sebelumnya, dia tidak berharap Lyra akan langsung menerimanya sepenuh hati.Damian berkata bahwa dia harus bersabar.Lagipula, dia punya banyak waktu, jadi dia tidak keberatan menunggu sedikit lebih lama.Memikirkan hal itu, dia berkata dengan lembut, "Aku hanya khawatir kau akan kedinginan, jadi aku memintamu untuk kembali dan beristirahat lebih awal. Jangan khawatir, kita akan tetap tidur terpisah."Lyra benar-benar merasa terkejut. Sejak bertemu Kaisar, dia tidak pernah sebaik ini.Namun, siapa yang peduli? Selama dia tidak dipaksa tidur dengannya, tidak ada masalah.Mari kita lalui malam ini saja dulu.Dia mengikuti Kaisar ke kamar dengan patuh, membantunya mandi dan berganti pakaian, lalu berbaring di tempat tidur Kaisar.Kaisar belum mengantuk

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 129

    Kaisar lanjut berkata, "Kalau ibumu bersedia meninggalkan Keluarga Serena, aku akan mengambil keputusan untuknya. Jika dia nggak mau, aku akan meminta Toni memperingatkan semua orang di keluarga itu untuk nggak menindasnya. Bagaimana kalau begitu? " Lyra sebenarnya ingin membujuknya, tetapi sebelum dia melakukan apa pun, Kaisar malah berinisiatif untuk menenangkannya dan berbicara dengan lembut kepadanya. Sebagai seorang Kaisar, dia tidak bisa meminta lebih banyak untuk seorang selir menteri. Lyra hanya bisa mengangguk dan berterima kasih padanya. Kaisar sangat senang karena dia berperilaku baik dan patuh, dan amarahnya pun mereda. Begitu amarahnya mereda, dia merasa lapar, lalu berteriak ke luar untuk memberi tahu Damian agar menyiapkan makan malam. "Aku belum makan seharian." Dia mengusap perutnya dan berkata, "Kamu pasti juga lapar, tunggu sebentar untuk temani aku makan, lalu tidurlah yang nyenyak. Setelah pertemuan besok pagi, aku akan menyuruh Toni pergi ke rumahmu." Lyra m

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 128

    Lyra menarik napas dalam-dalam, mengatur ekspresinya, dan melangkah maju dengan hormat sambil menundukkan kepala. Dia berlutut dan bersujud tiga langkah darinya.Kaisar tidak menyangka Lyra akan datang. Jantungnya berdebar kencang. Mata elangnya menatap Lyra dari atas ke bawah.Setelah beberapa saat, dia mendengus dan berkata, "Bukannya kau nggak mau berurusan denganku lagi? Kenapa kau ke sini lagi?"Sebelum Lyra bergerak, Damian tersenyum dan mengambil kesempatan, lalu berkata, "Hamba sudah memberi tahu bahwa Yang Mulia sudah menghukum Bangsawan Andrian. Oleh karena itu, Lyra datang untuk berterima kasih kepada Yang Mulia.""Benarkah?" Kaisar sama sekali tidak mempercayainya. Dia mengubah posisinya, menekuk satu kaki, dan meletakkan lengan di atasnya. Jari-jemarinya yang ramping dengan santai memainkan untaian manik-manik cendana merah. Terakhir kali dia memberikan untaian manik doa miliknya kepada Damian, dia lalu menggantinya dengan untaian manik-manik cendana merah dan baru menggu

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 127

    Lyra sedikit terkejut, lalu mencibirnya.Dia berkata tidak akan masalah membunuhnya, tetapi pada akhirnya dia hanya dilucuti gelarnya.Meskipun pencabutan gelarnya memang merupakan hukuman yang sangat berat bagi Bangsawan Andrian, apa itu bisa menebus penderitaan ibunya?Gelarnya dicabut, tetapi dia tetap bisa hidup mewah, tetapi ibunya sudah kehilangan satu jarinya.Ibunya telah menunggu putrinya kembali selama lima tahun ini, tetapi sekarang dia malah mengalami penderitaan seperti itu.Bagaimana dengan rasa sakit di hati ibunya?Ibunya yang malang pasti sedang menangis saat ini, ‘kan?Mungkin Bangsawan Andrian marah dan terhina karena pencabutan gelarnya, dan dia akan kembali melampiaskan amarahnya kepada ibunya lagi.Sedangkan, istri pertama dan para selir lainnya dalam keluarga, entah bagaimana mereka akan mempermalukan dan menyiksa ibunya.Kaisar memperlakukan Bangsawan Andrian dengan begitu santai, seharusnya itu karena dia masih berguna baginya, dan mustahil baginya untuk membun

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 126

    Ternyata Fiona yang masuk membawa nampan berisi teh dan camilan."Lyra, Kaisar khawatir kamu akan lapar, jadi memintaku membawakan teh dan camilan untukmu." Sambil berbicara, dia meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat tidur.Lyra tidak berkata apa-apa, menatapnya dengan mata merah.Fiona melirik ke luar dan berkata dengan keras, "Cepat makan, jangan sampai kamu lapar."Setelah itu, dia segera menarik tangan Lyra dan memasukkan bola kertas kecil ke tangannya.Lyra tertegun, dan sebelum dia sempat bertanya lebih lanjut, Fiona sudah melangkah pergi, "Lyra, cepat makan, aku akan datang lagi untuk membersihkannya nanti."Ucapnya sambil menutup pintu dan pergi.Lyra menggenggam bola kertas itu erat-erat, jantungnya berdebar kencang, dia berlari ke balik pintu, menyandarkan punggungnya ke pintu, dan membuka bola kertas itu dengan tangan gemetar.Hanya ada empat huruf dengan goresan tegas dan penuh semangat, [Hatiku setegar batu karang!] Tenggorokan Lyra tercekat, dan air matanya p

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 125

    Bangsawan Andrian akhirnya menyadari bahwa dia bukan hanya gagal mendapat untung, tetapi juga sudah membuat Kaisar marah. Dia segera bangkit dan bersujud memohon belas kasihan, "Yang Mulia, mohon ampuni hamba. Hamba bingung dan salah memahami kehendak Yang Mulia. Hamba bersalah. Mohon maafkan hamba, Yang Mulia!""Memaafkanmu?" Kaisar mencibir, "Kalau aku memaafkanmu, bukannya itu berarti aku membiarkanmu berbuat sewenang-wenang? Melindungi kejahatanmu? Apa menurutmu ini adil untuk Lyra dan ibunya?"Bangsawan Andrian tertegun dan berkata dengan was-was, "Ibunya hanyalah seorang selir, dan dia juga...""Kau masih berani berdalih?" Kaisar berkata dengan marah, "Sepertinya kau nggak menyesal sama sekali dan nggak sadar sama kesalahanmu. Pengakuanmu ini jelas tak tulus!""Nggak, bukan begitu Yang Mulia. Hamba benar-benar menyesal dari lubuk hati. Hamba sadar kalau hamba salah. Mohon maafkan hamba, Yang Mulia." Bangsawan Andrian berulang kali meminta maaf dan menoleh memanggil Lyra, "Anak b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status