Share

Bab 34

Author: Viona
Farida memutar bola matanya dan memarahi Dita, "Masih belum pergi? Cepat kerjakan tugasmu sendiri!"

Dita tidak punya pilihan selain membungkuk dan pergi tanpa bersuara.

Lyra berjongkok, mengambil sepotong pakaian dan menaruhnya di baskom.

Luka bakar di punggung tangannya bersentuhan dengan air dingin yang menggigit, dan dia menggertakkan giginya kesakitan.

Farida mendengus dingin, "Benar begitu, nggak peduli kamu bekerja di mana sebelum ini, saat kamu datang ke sini, kamu harus tahu diri dan bekerja dengan giat. Nggak usah bilang kamu itu pernah jadi dayang kamar tidur. Ada banyak dayang muda yang bekerja di sini. Tapi kalau dihukum, akan menjadi pelayan yang paling rendah. Apa gunanya sombong? Bahkan nggak bisa dapat roti kukus."

Meskipun kata-katanya kasar, tapi itu bukanlah tanpa alasan.

Lyra mendengarkan dalam diam, tidak berani menghentikan gerakan tangannya sedetik pun.

Melihat bahwa dia tidak berani membantah, Farida berkata dengan bangga, "Hati-hati, kamu harus mencuci pakaian
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiara Lusia
Damien ni memang paling celaka. meluat betul. aku harap di akhir cerita , dia mati dipenggal. atau dipotong anggota badan 1 demi 1 , hidup - hidup ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 360

    Menyaksikan bibirnya bergerak turun, membakar ke setiap tempat yang disentuhnya.Menyaksikan dia terus turun..."Jangan, jangan lakukan itu..." Lyra gemetar, tubuhnya tertutup keringat sebesar butiran beras.Kaisar mengabaikan semua protesnya, dia sudah bertekad untuk melihat reaksi yang berbeda darinya.Lyra menolak dalam hati, tetapi tubuhnya mulai bereaksi berbeda.Saat air matanya mengalir, batas-batas pertahanannya pun jebol.Seperti banjir yang menghantam bendungan, menghancurkan pertahanan yang tadinya tak tertembus..."Bunuh aku, bunuh saja aku..." Dia menangis dengan rasa penuh kehinaan.Pria yang menyalakan api itu memiliki hati terdingin di dunia.Dia tidak akan membunuhnya.Lelaki itu tidak ingin dia mati, dia hanya ingin dirinya menderita sampai mati."Lyra, apa kau sudah melihatnya dengan jelas?"Bahkan saat itu, nadanya tetap dingin."Apa kau sudah melihat dengan jelas?""Apakah hatimu yang berbohong atau mulutmu?""Jawab aku."Kaisar memaksanya menjawab. Dia menggeleng

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 359

    Lyra menatap wadah obat itu dengan kaget, jantungnya berdebar kencang. Dia tak percaya Kaisar akan mengabulkan keinginannya dengan begitu mudah.Kaisar baru saja mengatakan ingin memiliki seorang putra darinya, tetapi dia justru sudah menyiapkan obat kontrasepsi untuknya malam ini?Apakah itu benar-benar obat kontrasepsi?Lyra ragu, dia berdiri diam di tempat, tak bergerak."Kenapa? Apa kau nggak percaya?"Kaisar mengangkat sebelah alis, nadanya dingin dan kasar. "Sudah kubilang, aku akan membiarkanmu minum sebanyak yang kau mau. Wanita tak berperasaan sepertimu hanya akan melahirkan anak-anak yang juga tak berperasaan. Aku nggak butuh."Kata-kata kasar seperti itu terasa tajam dan menyakitkan, meskipun Lyra memang benar tidak ingin punya anak dengan Kaisar. Dia menoleh dan menatapnya sekilas."Kenapa? Nggak mau minum?" Kaisar membalas tatapannya dan mencibirnya. "Jangan-jangan kau menganggap serius omonganku tadi pagi, ya?""Bukan, hamba hanya nggak menyangka kalau Yang Mulia begitu p

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 358

    "Tuan Roni hari ini sudah menghukum mati beberapa pedagang licik di kota yang sengaja menggelembungkan harga obat-obatan. Membuat semua apotek dan pedagang obat langsung diam tak berkutik. Kalau seperti itu, sepertinya Yang Mulia memang lebih cocok membawa Tuan Roni ke sini daripada Guru. "Lyra terkejut.Tadi saat dia menyambut mereka di luar gerbang, baik Kaisar maupun Roni tampak biasa-biasa saja.Saat Lyra bertanya tentang wabah di kota, Roni juga menjawabnya dengan acuh tak acuh.Ternyata mereka baru saja membunuh orang.Kaisar membenci pejabat dan pedagang yang mengambil untung dari bencana nasional. Dulu, ketika terjadi banjir di selatan, Kaisar membunuh lebih dari selusin pejabat sekaligus, tetapi masih belum puas. Dia begitu marah hingga menolak makan, dan menolak mendengarkan nasihat siapa pun.Kemudian, Toni membujuknya untuk mencoba menemuinya. Lyra tahu bahwa orang yang sudah kelaparan tidak bisa makan sesuatu yang terlalu berminyak, jadi dia membuat semangkuk mi polos den

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 357

    Pangeran Andre skeptis dengan kata-katanya dan merenung, "Kondisi fisik Anda saat ini memang nggak cocok untuk hamil, tapi apa Anda sudah bertanya kepada Yang Mulia tentang hal ini?"Lyra menggelengkan kepalanya, "Belum."Pangeran Andre mengamati ekspresinya, dan mungkin bisa menebak kekhawatirannya. Dia dengan canggung melantunkan pujian pada Tuhan, "Aku ini petapa dan nggak boleh membunuh. Aku nggak bisa meresepkan obat ini. Sebaiknya Anda tanyakan dulu pada Yang Mulia. Kalau beliau setuju, aku akan meminta tabib istana meresepkannya untukmu."Lyra tidak menyangka bahwa mencegah kehamilan juga bisa dianggap sebagai pembunuhan. Mendengarnya mengatakan hal itu, dia tentu saja tidak bisa memaksanya. "Ya sudah, kalau begitu aku akan pikirkan lagi. Tolong jangan beri tahu Yang Mulia dulu."Pangeran Andre tersenyum kecut, "Beliau bahkan nggak mau melihatku, jadi bagaimana mungkin dia akan mendengarkanku? Jangan khawatir, aku nggak akan memberi tahu siapa pun."Lyra mengangguk dan hendak pe

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 356

    Kaisar menundukkan kepala, membungkukkan pinggang rampingnya, dan tanpa ragu mencium bibir Lyra yang terkatup rapat karena kesal.Lyra tak bisa menghindar, jadi dia menggertakkan giginya sebagai perlawanan terakhir.Kaisar mengerang pelan, tangan yang menopang dagunya meluncur turun ke lekuk lehernya, lalu menekannya lembut di satu titik.Lyra tanpa sadar menjerit pelan, lidah Kaisar akhirnya memanfaatkan kesempatan itu untuk menembus paksa mulutnya yang setengah terbuka, membangkitkan badai gairah di dalam mulutnya.Lyra membeku, dengan perasaan terhina dan pasrah menanggung badai nafsu yang dibawanya.Meskipun pemandangan musim semi yang semarak, hatinya terasa seperti tertinggal di tengah dinginnya musim dingin.Dia menutup matanya, tak lagi melihat, tak lagi berpikir...Gairah Kaisar yang membara tak terbalas, dia perlahan menghentikan gerakannya. Melihat matanya terpejam rapat, bulu matanya yang gemetar basah oleh air mata, dia tertegun. Hasrat membara di hatinya terasa seperti d

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 355

    Kaisar melihat keseriusan Lyra dan berasumsi bahwa apa pun yang akan dia katakan bukanlah sesuatu yang menyenangkan hati.Namun, dia menatapnya tajam, bayangan dirinya terpantul di matanya yang jernih bak danau itu.Setidaknya saat ini, di mata wanita itu hanya ada dirinya."Sungguh, katakan saja. Aku janji nggak akan marah," dia meyakinkannya, nadanya luar biasa lembut, seperti awan yang perlahan melayang di langit yang biru.Lyra menatapnya sejenak, mengingat tatapannya yang mematikan saat terakhir kali dia meminta obat kontrasepsi. Pikirannya berkecamuk, dan pada akhirnya, dia tetap masih tak berani bicara.Namun, Kaisar menatapnya, masih menunggunya bicara. Jika dia mengalihkan pembicaraan begitu saja, Kaisar pasti tak akan membiarkannya.Dia berpikir sejenak, lalu berkata dengan hati-hati, "Yang Mulia sudah berjanji akan memberi hamba surat pernyataan tadi malam. Kapan kira-kira Anda akan membuatnya?"Alis Kaisar sedikit berkerut, wajahnya tampak murung.Jantung Lyra berdebar kenc

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status