Share

Bab 4

Author: Viona
Suara melengking itu menyadarkan akal sehat Kaisar dan membuat wajahnya yang sudah muram menjadi semakin muram, seolah-olah badai akan segera datang.

Dia menatap Lyra dalam-dalam beberapa kali, mengencangkan rahangnya, kemudian berjalan keluar.

Lyra merasa seolah-olah dia telah lolos dari kematian. Saat dia mendengar langkah kakinya yang semakin menjauh, tubuhnya melunak dan dia duduk terkulai di lantai.

Pangeran Andre adalah julukan Pangeran Ketiga, dan Putri Rania adalah kakaknya Lyra.

Tanpa diduga, pada saat kritis itu, kakaknyalah yang menyelamatkan hidupnya.

Tampaknya Kaisar masih belum bisa melepaskan kakaknya. Ketika mendengar kakaknya pingsan, dia terlihat tidak sabar untuk melihatnya.

Tetapi mengapa kakaknya berlutut di luar gerbang istana?

Apakah dia memohon demi Pangeran Andre?

Raka bilang kakaknya sudah buat Kaisar marah, apakah dia berlutut juga karena hal itu?

Dia duduk di lantai selama beberapa saat, ketika tangan dan kakinya sudah tidak lagi lemas, dia lalu bangkit dan kembali ke ranjang, menurunkan selimut, dan menggantinya dengan yang baru.

Terlepas dari apakah benar-benar ada rambut di sana atau tidak, Kaisar tidak akan menggunakan selimut ini lagi. Jadi Lyra langsung menggantinya, agar Kaisar tidak ribut lagi.

Dia memeriksa kembali ranjang secara menyeluruh, lalu berjalan keluar dari kamar.

Raka dan dua kasim junior lainnya berjaga di luar pintu kamar. Ketika mereka melihatnya keluar, mereka tersenyum dan berkata, "Lyra, Yang Mulia mungkin nggak bisa tidur siang hari ini. Kamu kembali saja dan beristirahat, nanti malam baru datang lagi."

Lyra mengangguk dan berterima kasih padanya, lalu kembali ke kamarnya.

Para dayang Istana Langit Emas awalnya bertugas secara bergiliran, dan kamar ini digunakan olehnya dan seorang dayang lain yang bernama Dona Lavin.

Tapi beberapa hari yang lalu, Dona terserang flu. Setelah minum obat selama beberapa hari, kondisinya masih tidak kunjung membaik, malah semakin parah. Jadi agar tidak menular ke orang lain, dia dipindahkan ke Balai Pengobatan Istana yang khusus digunakan untuk mengobati orang-orang di istana.

Oleh karena itu, Lyra jadi tinggal sendirian.

Jika penyakit Dona bisa disembuhkan, setelah dia kembali, hanya satu dari para dayang istana baru ini yang bisa terpilih.

Jika Dona tidak bisa sembuh, maka dua orang yang akan terpilih.

Siapa pun yang belajar lebih baik dan lebih cepat, dialah yang memiliki kemungkinan untuk dipilih.

Beberapa gadis belajar dengan sangat giat. Lyra tahu mereka semua ingin terpilih dan bekerja di Istana Langit Emas, berharap suatu hari mereka akan disukai oleh Kaisar dan dapat naik pangkat.

Tetapi mereka tidak tahu bahwa Kaisar tidak pernah menyentuh dayang-dayang yang bekerja di sekitarnya. Semakin mereka mendekatinya, semakin mustahil dia akan menyentuh mereka.

Alasannya adalah Tina Murata, seorang dayang yang berhasil goda Kaisar terdahulu, menjadi selir, dan bunuh ibunya.

Ini juga alasan mengapa Lyra yang telah menjadi dayangnya selama lima tahun, sering dipersulit dan diganggu Kaisar, tapi Kaisar tidak pernah suka padanya.

Tetapi Kaisar tiba-tiba bertingkah sangat tidak normal dua hari ini karena suatu alasan. Dia selalu tampak seperti ingin menerkamnya, jadi Lyra benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

Masih lama sebelum hari gelap, jadi dia duduk di kamar sebentar, lalu dengan hanya mengenakan mantel yang sudah setengah usang, dia pergi ke Balai Pengobatan Istana untuk mengunjungi Dona.

Langit tampak mendung dan sepertinya akan turun salju.

Di musim dingin, Balai Pengobatan Istana akan dipenuhi dengan dayang istana yang terkena flu. Begitu memasuki halaman, Lyra mendengar suara batuk yang saling bersahutan.

Dona tinggal di kamar yang paling dekat dengan pintu. Karena dia adalah dayang yang bekerja langsung untuk Kaisar, orang-orang di sini merawatnya dengan cermat. Baik sup, obat-obatan, dan makanan dikirim tepat waktu.

Sayangnya, setelah minum begitu banyak obat, kondisinya tetap tidak membaik. Setelah beberapa hari, orang secantik itu berubah menjadi sangat kurus hingga tidak dapat dikenali lagi.

Melihat Lyra datang, dia sangat cemas hingga menutup mulutnya dengan sapu tangan dan batuk berulang kali, "Bukannya aku sudah bilang nggak usah datang ke sini? Kenapa kamu malah ke sini lagi? Semua orang yang tinggal di sini sedang sakit. Kalau kamu sampai ketularan, bukan hanya nggak akan ada yang melayani Yang Mulia, tapi kamu juga akan menderita."

Lyra tersenyum dan duduk di depan ranjangnya, memberinya isyarat agar tidak khawatir dan memberitahunya kalau dia selalu dalam keadaan sehat, tidak akan mudah sakit.

"Hush, jangan bilang begitu. Itu pantangan, nanti kamu malah beneran ketularan sakit." Dona menghentikannya lagi dan lanjut berkata, "Kamu akan keluar istana dalam dua hari, jadi jangan sampai sakit."

Lyra tersenyum lagi, kali ini dengan sedikit getir.

Dona sudah mulai membayangkan kehidupan bahagianya setelah meninggalkan istana, lalu berkata, "Ibumu pasti akan datang menjemputmu nanti. Kalian sudah nggak bertemu selama lima tahun. Tahun ini, kamu akhirnya bisa bertemu lagi dengan keluargamu. Saat musim semi tahun depan, minta nenekmu mencarikanmu suami yang baik. Kalian akan hidup rukun damai dan punya beberapa anak yang menggemaskan. Kalian akan bahagia selamanya."

Lyra tersenyum dengan air mata, dan memberi isyarat dengan jarinya seakan berkata, "Kamu juga akan bahagia. Kamu juga bisa keluar dari sini tahun depan. Kita akan bertemu lagi di luar nanti."

Para dayang istana diperbolehkan keluar dari istana bukan berdasarkan ulang tahun masing-masing, tetapi hanya setahun sekali.

Alasan mereka diizinkan keluar istana sebelum tahun baru adalah agar mereka bisa menghabiskan waktu dengan keluarga mereka yang sudah lama tidak bertemu.

Saat Dona membayangkan dia bisa keluar tahun depan, wajahnya yang sedang sakit pun menjadi tampak lebih bersemangat.

"Nanti kamu harus datang menjemputku, berdandanlah yang cantik, biar aku bisa lihat betapa bahagianya kamu."

Lyra mengangguk setuju dengan penuh semangat dan mengulurkan jari kelingkingnya yang putih dan ramping kepadanya.

Dona tertawa dan berkata, "Kamu itu sudah umur berapa? Masih saja buat janji dengan jari kelingking, kekanak-kanakan sekali."

Meskipun dia mengatakan hal itu, dia tetap mengulurkan tangan dan mengaitkan jari kelingking mereka dan berkata, "Lyra, kita pasti akan hidup bahagia."

Lyra takut akan kehilangan kendali, jadi dia tidak berani tinggal lebih lama lagi. Dia memeluknya dan bangkit untuk mengucapkan selamat tinggal.

Dona juga takut Lyra akan ketularan sakit, jadi dia mendesaknya untuk segera pergi, "Pergilah. Kamu datang dan temui aku lagi pada hari kamu keluar istana."

Lyra mengangguk dan pergi dengan enggan.

Saat senja, langit menjadi semakin suram.

Lyra pun kembali ke Istana Langit Emas untuk melayani Kaisar tidur.

Setelah dua kali kejadian, dia langsung merasa ketakutan setiap kali teringat lelaki itu, tetapi dia tidak mungkin bisa menghindar, jadi dia harus tetap datang tidak peduli seberapa takutnya dia.

Seolah-olah Kaisar seperti sedang mengawasinya. Begitu selesai merapikan ranjang, Kaisar kembali ke kamar.

Tanpa menunggu para dayang berlutut memberi hormat, Kaisar langsung melambaikan tangan kepada mereka, dan menyisakan Lyra sendirian di sana.

Dia tampak sangat kesal. Lyra pun jadi bingung apa itu karena Rania.

Lyra berlutut di lantai, tidak berani bersuara.

"Cepat gantikan bajuku." Kaisar duduk di ranjang, memijat keningnya dengan perasaan lelah, dan terlihat sangat rapuh di bawah cahaya.

Lyra ragu-ragu.

Di masa lalu, para dayang yang bertanggung jawab atas kamar tidur memang juga bertugas untuk mengganti pakaian Kaisar, tetapi Kaisar tidak suka dilayani oleh para dayang, sehingga dia mengalihkan tugas mengganti pakaian kepada para kasim setelah dia naik tahta.

Tetapi dia adalah seorang Kaisar, jangankan memintanya untuk berganti pakaian, dia bahkan bisa memintanya untuk mati.

Lyra mendekat dua langkah, bergerak ke dekat kaki Kaisar. Dia lalu berlutut tegak untuk membuka kancing emas di kerahnya.

Pakaian dan perlengkapan tidur kaisar terbuat dari bahan-bahan terbaik di dunia. Tangan para dayang yang bertugas di kamar tidur harus dirawat dan kukunya sering dipangkas agar tidak menggores kain-kain yang berharga itu.

Tangan Lyra memang sudah ramping dan putih. Dia mengoleskan krim giok setiap hari, yang membuatnya semakin lembut dan putih. Kukunya juga dipangkas rapi, memperlihatkan warna merah muda yang cerah dan lembut.

Dibandingkan dengan para selir yang diperbolehkan memelihara kuku yang tajamnya hingga dapat menusuk orang sampai mati, kuku jenis ini terlihat lebih menyegarkan dan enak dipandang, membuat orang ingin memegang dan mengusapnya.

Tangan Kaisar yang tergantung di sampingnya bergerak sedikit.

Tetapi itu hanya sebuah gerakan, dia sama sekali tidak menyentuh tangan Lyra.

Di saat berikutnya, tangan Lyra secara tidak sengaja menyentuh jakunnya.

Sentuhan yang sedikit dingin, lembut, dan tidak disengaja itu membuat jantungnya berdebar kencang, dan dia menundukkan kepalanya ke arah bibir merah cerah gadis itu.

Rasa sakit akibat digigit tadi malam masih segar dalam ingatannya, sehingga Lyra langsung memalingkan kepalanya untuk menghindar.

Akibat tindakan bawah sadar itu, wajah Kaisar tiba-tiba berubah menjadi gelap.

"Apa kamu merasa jijik padaku?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 475

    Lyra lanjut berkata, "Setelah beberapa saat, ayah dan saudara mereka mungkin akan membenturkan kepala ke tiang dan berjasa sesuatu, lalu mereka akan dipromosikan lagi ke posisi saat ini. Apa yang perlu ditakutkan?"Kirana tiba-tiba mengerti. Mendengar Lyra bercerita tentang pejabat yang membenturkan kepala ke pilar atau semacamnya, dia merasa geli sekaligus tak berdaya. "Hamba masih ada yang nggak mengerti. Bukannya Yang Mulia sudah makan salah satu permen itu? Apa Selir Minda nggak takut mencelakai Kaisar?""Gadis bodoh," Damian mengambil alih. "Mana mungkin semua permen di kantong itu diberi racun? Bisa jadi cuma itu yang bermasalah, dan sudah diberi tanda khusus. Kalau nggak, Putri Andita juga bisa ikut terluka?""Begitu ya."Semakin Kirana bertanya, semakin khawatir dirinya. Dia tidak lagi peduli dengan cara Damian memanggilnya tadi. "Kalau Selir Minda beneran punya niat jahat begitu, dia sangat mengerikan ya.""Seorang ibu yang tega menggunakan putrinya sendiri sebagai bagian dari

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 474

    Sebenarnya Lyra ragu dengan permen itu. Tetapi setelah mendengar pertanyaan Selir Rinda, dia tidak langsung menjawab. Sebaliknya, Lyra bertanya, "Apa Nyonya curiga sesuatu? Putri Andita itu nyawa Selir Minda. Mana mungkin dia rela mempertaruhkan nyawa putrinya sendiri?"Selir Rinda tertawa lagi, "Kau lupa ya. Demi mengeluarkanmu dari istana, dia bahkan tega membuat putrinya kelaparan seharian!"Ekspresi Lyra sedikit berubah, dia mengepalkan cangkir tehnya, lalu berkata, "Tapi Selir Minda makan sendiri permen itu. Kalau ada masalah, mana mungkin dia berani memakannya?""Memangnya dia bisa nggak memakannya?" Selir Rinda tersenyum. "Kalau nggak, dia harus memberikannya pada Yang Mulia. Walaupun Yang Mulia menolak, dia nggak akan berani membuangnya begitu saja. Satu-satunya cara paling aman, ya dia makan sendiri."Lyra tiba-tiba tersadar, "Nyonya, Anda benar. Tapi karena dia berani memakannya sendiri, kalaupun ada masalah, itu pasti nggak berbahaya, kan?"Selir Rinda berkata dengan sungguh

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 473

    Apa maksud Lyra dengan anak Kaisar?Apakah anak itu hanya miliknya?Lyra sudah setuju untuk melahirkan anak itu, jadi mengapa hatinya masih begitu keras?Anak itu sudah berada di dalam perutnya begitu lama, tetapi kenapa belum membangkitkan sedikit pun naluri keibuan dalam dirinya?Padahal Kaisar begitu khawatir kalau Lyra akan mendapat perlakuan buruk, jadi dia bergegas datang untuk membelanya.Namun, Lyra bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun terima kasih, malah mengusirnya dengan ucapannya itu.Sungguh menyebalkan!Kaisar begitu marah hingga dadanya terasa sakit, tetapi dia tidak ingin berdebat dengannya. Dia lalu berdiri, menggendong Putri Andita, dan berjalan keluar. "Andita sayang, ayah akan antar kamu pulang ya."Selir Minda bergegas mengikuti.Selir Yuna yang untungnya tidak ikut di hukum, juga bergegas mengikuti.Yang lain tidak berani berlama-lama, dan buru-buru membungkuk kepada Lyra untuk pamit. Tak lama kemudian, hanya Selir Rinda dan Selir Maura yang tersisa di aula.

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 472

    Bagaimana mungkin Selir Yuna tidak tahu kalau Kaisar sedang melindungi Damian?Dia tahu, tetapi apa yang bisa dia lakukan menghadapi Kaisar yang sudah memutuskan seperti itu?Selama Kaisar tidak balik menghukumnya, dia akan merasa puas.Melihatnya terdiam, Kaisar menoleh ke arah Damian yang berlutut di lantai. Dia berkata, "Baguslah kau setia pada Nyonyamu, tapi kau juga harus tahu batasanmu. Kau perlu memperbaiki beberapa kebiasaan burukmu dan berhenti bicara sembarangan. Setiap selir di istana juga majikanmu. Kalau kau menyinggung salah satu dari mereka, kau akan dihukum berat. Mengerti?"Semua orang berpikir, Kaisar selama ini tidak pernah memberi ceramah kepada pelayan. Dia akan langsung menyingkirkan siapa pun yang tidak disukainya, tetapi ketika menyangkut orang-orang yang dekat dengan Lyra, dia memiliki kesabaran yang tak terbatas. Damian mengerti bahwa Kaisar hanya memaafkannya demi Lyra, jadi dia segera bersujud dengan penuh rasa terima kasih."Hamba berterima kasih atas keba

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 471

    Mata Selir Yuna terbelalak lebar. Dia berkata, "Aku ini pimpinan enam istana. Selama masih menjadi bagian dari istana para selir, semuanya berada di bawah kendaliku.""Bajingan ini sudah memalsukan dekrit Kaisar, kejahatannya nggak bisa termaafkan. Buat apa kau membela seorang pelayan yang cuma membuatmu repot saja?""Tentu saja perlu." Lyra menatapnya tajam, tanpa kompromi. "Kalau hamba nggak bisa melindunginya hari ini, hamba nggak akan bisa melindungi diri sendiri besok.""Lagian, hanya Yang Mulia yang tahu apakah dia sudah memalsukan dekrit atau nggak. Kalau memang ragu, Anda harus bertanya dulu pada Yang Mulia sebelum membuat keputusan akhir.""Memukuli seseorang sampai mati cuma karena satu pernyataan sama sekali nggak menghormati nyawa manusia."Mereka berdua menolak untuk menyerah, dan suasana menjadi tegang.Damian yang dilindungi oleh Lyra, merasakan gatal di hidungnya, dan air mata menggenang di pelupuk mata sipitnya.Setelah bertahun-tahun di istana, menanggung segala suka

  • Malam Terakhir di Singgasana   Bab 470

    Semua orang terdiam.Selir Rinda tersenyum dan menenangkan suasana, dia berkata, "Kalau itu rahasia, siapa yang mau membaginya sama orang lain? Sudah, jangan menyusahkan Selir Lyra."Selir Kartika berkata, "Selir Rinda sopan banget. Tapi, kami juga nggak bermaksud menyusahkan Selir Lyra kok. Kami cuma mau tahu rahasia apa yang bisa membuat Yang Mulia sampai begitu.""Yang Mulia sampai mengabaikan kita, bahkan yang bikin bingung, beliau nggak tergerak oleh kecantikan eksotis Selir Maura."Selir Maura yang sedari tadi diam, langsung berubah dingin dan menjawab dengan blak-blakan, "Kenapa kau jadi bawa-bawa namaku? Aku nggak secandu kayak kalian, sampai nggak bisa hidup tanpa pria."Kalimat itu membuat suasana menjadi dingin, dan semua orang terdiam, tak bisa berkata-kata. Lyra baru saja hendak pamit meninggalkan para tamu karena merasa lelah, namun Selir Minda tiba-tiba masuk sambil menggendong Putri Andita. "Kalian sudah datang pagi-pagi sekali. Andita kepanasan jadi nggak mau keluar,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status