Share

Bab 4 : Anak Buangan

Author: Backin_parade
last update Huling Na-update: 2024-12-27 14:02:54

"Damian?"

Semua orang serempak memandang pria yang baru saja tiba, tapi Nayra langsung memandang Julian dengan tatapan kaget.

"Damian?" gumam Nayra dalam hati. "Julian kenal orang ini?"

Ayah dan ibu Julian pun langsung berdiri dengan tatapan kaget.

"Damian?" tegur Suganda. "Kamu ada di sini?"

Laki-laki pincang bernama Damian itu berjalan mendekat dengan senyum tipisnya.

"Saya dengar keluarga Wiratama mengadakan makan malam di sini, saya hanya datang untuk menyapa. Bagaimana kabar, Papa?"

Nayra dan keluarganya tampak kaget, Evelyn dan ibu Nayra pun ikut berdiri.

"Papa?" gumam Nayra tak percaya, ia kemudian bertemu pandang dengan Damian.

Suganda terlihat bingung ketika melihat putra sulungnya tiba-tiba muncul di sana setelah bertahun-tahun tak ada kabar karena sejak kecil Damian tinggal di Australia bersama kakek dari pihak ibu dan sejak itu Suganda tak menerima kabar apapun dari putra sulungnya.

"Mas Suganda, Julian masih punya saudara?" tegur ibu Nayra.

"Benar, ini putra sulung saya, Damian. Mari, silakan duduk dulu."

Semua orang kembali duduk. Julian mengambilkan kursi untuk diduduki oleh Damian dan pandangan semua orang langsung tertuju pada kaki Damian yang pincang.

"Kamu bilang mau ke toilet," tegur Julian.

"Nanti aja, kakak kamu baru datang."

Nayra kembali duduk, tapi ia mendadak canggung ketika Damian duduk tepat di sebelahnya. Bukan hanya Nayra, keluarga Julian pun tampak canggung.

"Saya nggak tahu kalau Mas Suganda masih punya anak satu lagi," ujar ibu Nayra.

Suganda tersenyum tipis. "Sejak kecil Damian ikut kakeknya tinggal di Australia, jadi wajar kalau kalian tidak pernah bertemu."

"Nama saya masih ada?" celetuk Damian dengan santai.

"Maksud kamu apa, Damian?"

"Bukannya Papa sendiri yang mengeluarkan nama saya dari kartu keluarga ketika saya keluar dari rumah?"

Keluarga Julian tampak kaget dan menciptakan kecanggungan di sana.

Veronica—ibu Julian menyahut, "kamu salah paham, Damian. Waktu itu papa kamu hanya mengancam kamu agar kamu nggak pergi. Jangan dianggap serius."

Damian tersenyum tipis dan sekali lagi bertemu pandang dengan Nayra.

"Saya dengar adik saya akan menikah, saya ke sini untuk mengucapkan selamat."

Julian membuang muka, tampak tak nyaman dengan kedatangan Damian.

"Kapan kamu datang? Kenapa tidak menghubungi papa?"

Bukannya menjawab, Damian justru tersenyum tipis. Auranya yang dominan itu berhasil menciptakan suasana canggung di sana.

Ibu Nayra kemudian mencoba untuk mengobrol dengan Damian. "Damian, kamu baru saja kecelakaan?"

Damian mengangguk. "Dua puluh satu tahun yang lalu."

Jawaban santai Damian membuat ketiga wanita di sana terheran-heran.

"Dua puluh satu tahun?"

"Seperti yang anda lihat, saya pincang bukan karena insiden baru-baru ini. Saya cacat sejak usia saya sepuluh tahun. Benar, kan, Pa?"

Suganda terlihat serba salah. Ia tak ingin mengungkit insiden tragis itu, tapi Damian sengaja membahasnya di pertemuan keluarga.

"Kamu jangan mengatakan seperti itu, itu masa lalu."

Suasana benar-benar tak terkendali, Nayra kemudian bergegas ke kamar mandi. Tapi saat hendak kembali, ia berpapasan dengan Damian. Sontak Nayra menghentikan langkahnya.

Dengan langkah kecilnya Damian menghampiri Nayra. Tapi perhatian Nayra justru tertuju pada kaki Damian. Ia tidak sadar jika pandangannya itu mungkin akan melukai perasaan Damian.

Saat tiba di hadapan Nayra, Damian menyerahkan sebuah kartu pada Nayra yang menerimanya dengan penuh tanya.

"Urusan kita belum selesai, saya tunggu di kamar saya."

Nayra refleks menahan napas, ada perasaan sesak ketika ia berhadapan lagi dengan orang itu. Saat Damian kembali melangkah, Nayra melihat Veronica menyusul. Ia pun bergegas kembali.

"Tante," tegur Nayra saat berpapasan.

Veronica tak menggubris Nayra. Ia mengejar Damian yang sudah meninggalkan restoran.

"Damian, tunggu!" tegur Veronica dengan keras.

Langkah Damian terhenti, ia kemudian berbalik.

"Kenapa kamu kembali? Apa tujuan kamu?"

Bukan sekadar pertanyaan, Veronica justru terdengar seperti menghakimi Damian.

"Tujuan saya?" Damian tersenyum tipis dengan tatapan mengintimidasinya.

"Kamu jangan pura-pura, kamu pikir saya tidak tahu jika kedatangan kamu memiliki maksud lain. Kamu sudah menghilang selama dua puluh satu tahun, apa alasan kamu kembali?"

"Bagaimana jika saya mengatakan bahwa kedatangan saya adalah untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milik saya?"

Kedua netra Veronica menajam.

"Tidak, bagaimana jika saya mengambil kembali apa yang pernah saya miliki sebelum diambil dari saya dua puluh satu tahun yang lalu?"

"Kamu jangan menguji saya. Jangan berani kamu mengusik Julian. Semua yang ada di sini adalah milik Julian, jangan pernah kamu bermimpi untuk mendapatkan apapun dari sini."

Damian kembali tersenyum tipis seolah tengah meremehkan ucapan Veronica.

"Semua yang ada di sini adalah milik Julian Wiratama, ingat itu baik-baik."

"Apa istimewanya anak haram itu," celetuk Damian dengan santai.

"Jaga ucapan kamu!"

"Anak haram yang lahir di luar pernikahan, Julian Wiratama. Apa yang pantas dimiliki oleh anak haram itu?"

Damian tersenyum lebar, tertawa kecil seraya melanjutkan langkahnya yang tertunda. Meninggalkan Veronica yang dipenuhi oleh kebencian.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 81 : Bukan Akhir Yang Kau Janjikan

    Julian menyusuri jalan setapak yang menurun sembari sesekali memeriksa keadaan di belakangnya. Ia berniat menghubungi seseorang, tapi karena tidak berhati-hati ponselnya justru terjatuh di tumpukan dedaunan kering yang kemudian menyembunyikan benda pipih itu."Sial! Ada-ada aja sih!" gerutu Julian. Ia pun bergegas mencari ponselnya.Tak butuh waktu lama bagi Julian untuk mendapatkan kembali ponselnya. Namun, ketika ia bangkit, ia tak sengaja menangkap bayangan seseorang yang berdiri di atas melalui layar ponselnya. Perlahan Julian menoleh. Netranya membulat begitu ia melihat Damian tengah menodongkan senapan ke arahnya."Bajingan," gumam Julian.Dorr!Satu tembakan memekakkan telinga dan langsung menarik perhatian Haedar serta Nayra yang sebelumnya kembali memeriksa rumah."Haedar!" Nayra bergegas menghampiri Haedar."Kita susul Damian sekarang, bayi saya nggak ada di sini."Keduanya segera berlari memasuki hutan. Julian refleks menunduk sembari melindungi kepalanya. Tapi alih-alih l

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 80 : Seorang Buruan

    Dua minggu setelah Julian menghilang. Damian kembali mendatangi rumah Julian yang kini sudah kosong. Damian memasuki paviliun di mana Nayra terkurung selama satu tahun terakhir. Sungguh, ia merasa sangat bodoh. Selama satu tahun ia habiskan untuk mencurigai Julian tanpa berusaha untuk mengungkap kejahatan Julian dengan serius.Kasus penculikan Julian sedang diselidiki pihak kepolisian, mereka juga turut membantu pencarian Julian yang kini membawa bayi Nayra."Damian." Nayra datang dengan langkah terburu-buru."Julian barusan telepon aku," ujar Nayra setengah panik."Dia mengatakan sesuatu?"Nayra mengangguk. "Dia minta kita mencabut laporan. Anak kita ada sama dia sekarang.""Itu tidak akan merubah keadaan," gumam Damian."Julian nggak akan berbuat nekad, kan?"Damian kemudian menggandeng tangan Nayra. "Dia tidak akan melakukan hal yang pada akhirnya akan merugikan dirinya sendiri."Damian lantas membawa Nayra pergi. Setelah pemakaman Veronica, Julian langsung kabur dengan membawa an

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 79 : Kebenaran Dan Karma

    Veronica menunggu kedatangan Damian di bandara. Tapi karena hujan, ia berteduh di dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Veronica ingin memastikan jika Damian benar-benar pergi meninggalkan Jakarta hari itu.Setelah menunggu cukup lama pada akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh Veronica tiba. Wanita itu baru menyadari keberadaan Damian setelah Damian turun dari mobil."Bajingan itu, seharusnya dia sudah mati sejak dulu," desis Veronica penuh kebencian.Begitu besar kebencian Veronica terhadap Damian hingga ia ingin menyingkirkan Damian saat itu juga. Veronica menyalakan mesin mobil, berniat untuk menabrak Damian. Akan tetapi keberadaan sosok yang berlari menerobos hujan dan melewati mobilnya berhasil menyita perhatian Veronica."Nayra?"Veronica tampak terkejut. Orang yang katanya sudah menghilang tiba-tiba muncul. Sudut bibir wanita itu tersungging."Bagus dia di sini, kalian bisa mati bersama."Tanpa pikir panjang, Veronica langsung menginjak gas. Mengemudi dengan kecepatan ya

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 78 : Tak Bisa Membiarkannya Pergi

    Hari itu Julian pulang lebih awal dengan senyum yang membuat wajahnya terlihat lebih bahagia. Seperti hari-hari sebelumnya, ia akan langsung mengunjungi Nayra saat pulang. Dan saat ia tiba di paviliun, Nayra tengah merajut. Menjadi tahanan selama satu tahun bukan berarti Nayra tak pernah berusaha untuk melarikan diri. Nayra kerap mencoba untuk kabur, tapi dari semua usahanya tak membuahkan hasil apapun dan kini ia tak berkutik setelah Julian membawa kelemahannya."Mana bayi aku?" tegur Nayra dengan dingin.Dengan senyumnya, Julian duduk di hadapan Nayra. Memang ada bayi di rumah Julian dan itu adalah bayi Nayra yang lahir beberapa bulan yang lalu dan itulah alasan kenapa Nayra tak bisa melarikan diri. Alih-alih melakukan persalinan di rumah sakit, Julian membiarkan Nayra melakukan persalinan di paviliun sehingga bayi yang dilahirkan Nayra belum terdaftar dan bahkan Nayra sendiri tak bisa memberikan nama untuk bayinya. Julian tak mengizinkan Nayra untuk merawat bayinya. Sesekali Juli

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 77 : Kepergian Damian

    Zizan memasuki sebuah pusat perbelanjaan dengan mengenakan topi untuk menyamarkan wajahnya. Ia mengikuti Julian yang memasuki swalayan. Menuruti perintah Damian, Zizan berusaha memastikan apa saja yang dibeli oleh Julian. Zizan berusaha untuk terlihat sibuk ketika Julian tampak tengah memilah barang. Tapi yang membuat Zizan heran adalah ketika ia melihat barang-barang yang berjajar di rak di hadapan Julian."Susu bayi? Tuh orang ngapain beli susu bayi? Emangnya punya bayi?" batin Zizan bertanya-tanya dalam hati.Dan benar saja Julian hanya membeli susu formula untuk bayi. Dari sana, Julian naik ke lantai atas dan Zizan terus mengikuti Julian hingga pria itu memasuki sebuah restoran yang berada di gedung pusat perbelanjaan itu.Kala itu Julian mendatangi seorang wanita yang tengah duduk sendirian. Zizan pun segera mencari tempat duduk terdekat tapi tetap aman."Mama udah lama?" tegur Julian seraya duduk.Veronica tersenyum tipis, tampak prihatin dengan keadaan putranya saat ini."Mama

  • Malam Terlarang Dengan Calon Kakak Ipar   Bab 76 : Si Pengecut Yang Sebenarnya

    Malam itu Julian memasuki sebuah restoran ternama karena undangan dari Suganda. Namun, langkah pincang Julian terhenti ketika ia menemukan bahwa bukan hanya Suganda yang ada di sana, melainkan juga Damian."Julian, kamu sudah datang," tegur Suganda.Julian mendekat dan langsung melayangkan protes. "Papa nggak bilang kalau Papa ngundang orang lain.""Kamu duduk dulu.""Perjalanan dari sini ke area parkir cukup jauh, jangan sia-siakan perjuangan kaki cacat kamu untuk bisa sampai di sini," sarkas Damian dengan tenang.Julian menatap tajam, tapi Suganda segera menengahi."Kalian di sini untuk makan malam, papa tidak ingin ada pertengkaran. Julian, kamu duduk."Dengan wajah terpaksa, Julian pun pada akhirnya duduk berhadapan dengan Damian. Meski Damian terus menatapnya, ia enggan untuk membalas dan lebih memilih untuk berpaling."Papa ngapain ngajak makan malam, aku udah biasa makan sendirian," ujar Julian."Damian yang meminta papa mengundang kamu."Dengan begitu pandangan keduanya kembal

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status