Share

Bab 3. Teguran

last update Last Updated: 2025-08-18 11:49:03

“Ceroboh!” cemooh Damian dengan tajam.

Pria itu langsung melepaskan tangannya pada Jessica hingga gadis itu terhuyung dan hampir jatuh.

Damian langsung meninggalkan Jessica begitu saja, sama sekali tidak menghiraukan Jessica yang terlihat begitu panik.

“Huffhh…” Jessica bernapas lega karena Damian tidak mengenali dirinya padahal wajahnya sudah sangat tegang, takut Damian mengingat dirinya.

ia mengelus dadanya dan kembali ke ruangannya.

“Jessica kamu dipanggil Pak Anton ke ruangannya,” ucap Audy menghampiri sahabatnya.

Wajahnya terlihat panik, karena ia sudah mendengar rumor tentang Jessica dan Pak Panji.

“Ada apa ya?” tanya Jessica, perasaannya kembali tidak enak.

Kenapa supervisornya memanggil dirinya?

“Aku juga gak tahu, Jes. Kamu baik-baik saja, ‘kan. Rumor di kantor tadi bene—”

“Gak Audy. Rumor itu sama sekali gak benar,” sanggah Jessica dengan cepat.

Audy bernapas lega. “Syukurlah. Aku percaya sama kamu,” ucap Audy yang membuat Jessica tersenyum haru.

Mata Jessica berkaca-kaca, ia memeluk Audy.

Audy menenangkan Jessica dengan mengelus punggung sahabatnya dengan lembut. Seakan menyatakan ia akan selalu ada untuk Jessica dalam keadaan apa pun.

“A-aku ke ruangan Pak Anton dulu,” pamit Jessica dengan lirih.

Dengan gerakan tangannya Audy memberikan semangat, hingga Jessica tersenyum kecil dibuatnya.

Sepanjang perjalanan ke ruangan Pak Anton, ia sangat gelisah bahkan telapak tangannya berkeringat karena pikiran buruknya saat ini. Tangannya mengetuk pintu.

“Masuk!”

Suara Pak Anton terdengar begitu tegas. Dengan ragu Jessica membuka pintu dan masuk dengan langkah yang begitu perlahan, seakan setelah ia masuk ke ruangan ini dirinya akan divonis mati.

“B-bapak memanggil saya?” tanya Jessica dengan sopan.

Pak Anton mengangguk, ia melepaskan kaca matanya lalu menatap Jessica dengan kecewa. “Dua minggu ini performa kamu menurun sekali, Jessica. Saya sudah percaya dengan cara kerja kamu tetapi kamu malah membuat saya kecewa,” tegur Pak Anton dengan kecewa.

Jessica yang merasa bersalah hanya bisa menunduk, ia akui ini kesalahannya karena dua minggu ini ia sering tidak fokus dan mudah lelah.

Bahkan, semua itu sangat mempengaruhi kinerjanya di perusahaan hingga ia ditegur langsung oleh supervisornya.

“Maaf, Pak. Saya akui saya salah karena tidak fokus akhir-akhir ini, saya merasa kurang enak badan, Pak.” ucap Jessica meminta maaf dengan sopan.

Pak Anton menatap Jessica yang memang terlihat pucat.

“Untuk kali ini saya maafkan karena kamu termasuk karyawan yang memiliki performa bagus. Tapi jika kejadian ini terulang lagi saya tidak bisa lagi mempertahankan kamu di perusahaan pusat,” ucap Pak Anton dengan tegas.

Jessica mengangguk, ia tidak membantah ucapan Pak Anton. Setelah teguran itu pikiran Jessica semakin tidak karuan, helaan napasnya begitu berat.

Rasanya ia tidak sanggup menjalani kehidupannya akhir-akhir ini.

Jessica permisi keluar, sekali lagi ia meminta maaf kepada supervisornya tersebut.

****

“Apa kata Pak Anton? Kamu gak dipecat gara-gara rumor itu, ‘kan?” tanya Audy memegang tangan Jessica yang baru saja kembali.

Jessica menggeleng. “Gak, Audy. Pak Anton cuma negur aku karena performa kerjaku menurun.”

Wajah Jessica tampak pucat dan lelah, kepalanya juga pusing setelah mengetahui kehamilannya.

“Mau izin pulang? Wajah kamu pucat sekali, Jes,” tanya Audy khawatir.

“Gak usah, Audy. Aku gak apa-apa, hanya kepikiran dengan omongan Pak Anton. Aku harus buktikan kalau aku mampu berada di perusahaan ini,” ujar Jessica dengan tersenyum tipis.

Gadis itu berusaha untuk terlihat baik-baik saja walaupun semuanya terasa begitu berat untuknya.

“Nak, maafkan Mama ya. Kamu hadir karena kesalahan Mama,” gumam Jessica di dalam hati dengan miris, mengelus perutnya dengan gerakan lembut agar Audy yang di sampingnya tidak curiga.

Setelah ini apa yang ia harus lakukan?

Tidak mungkin ia mengakuinya di hadapan Damian dan meminta pertanggungjawaban pria itu.

Ia tidak ingin dipecat karena kejadian ini, lebih baik ia membesarkan anaknya sendiri tanpa Damian tahu dirinya hamil.

“Aku salut sama kamu. Banyak yang ngomongin tapi kamu tetap semangat,” ucap Audy terharu.

Rasanya Audy juga ingin menangis, tetapi ia juga tidak bisa melakukan apa pun selalu memberikan suport ke sahabatnya.

“Aku juga gak tahu rumor itu dari mana. Apa ada yang gak suka aku di kantor ini ya?” tanya Jessica dengan lirih.

Tetapi setelah dipikir-pikir, semua karyawan di kantor ini baik kepadanya. Atau ada orang yang diam-diam ingin menghancurkan karirnya?

“Bisa jadi. Karena kita gak tahu isi hati seseorang,” jawab Audy paling masuk akal.

Jessica menghela napasnya dengan pelan. Kenapa jadi rumit seperti ini hidupnya? Apa salahnya?

Bayangan wajah kedua orang tuanya terlintas begitu saja, gadis itu semakin merasa bersalah karena ia sudah menjadi aib dalam keluarga karena hamil di luar nikah.

Apalagi keadaan ibunya yang tidak baik-baik saja. Rasanya Jessica sangat merindukan ibunya.

Apakah jika dirinya jujur, kedua orang tuanya akan memaafkan dirinya?

“Ada masalah apa sih sebenarnya, Jes? Aku merasa ada yang sedang kamu tutupi dari aku,” ucap Audy dengan pelan.

Jessica kelagapan, sepertinya Audy mulai merasa curiga kepadanya.

“Jujur sama aku, Jes? Kita sudah berjanji untuk saling terbuka. Siapa tahu aku bisa kasih solusi.”

“Tapi kalau kamu belum siap cerita gak apa-apa. Aku bakal nunggu, jangan kamu pendam sendiri ada aku di sini.”

Jessica menatap Audy dengan tersenyum miris. Audy tidak perlu tahu masalahnya, ia tidak ingin menjadi beban sahabatnya. Cukup selama ini ia merepotkan Audy.

“A-aku…”

Ponselnya bergetar di meja. Jessica tersenyum membaca nama siapa yang menelponnya.

Memang ikatan batin itu benar adanya. Ayahnya langsung menelpon dirinya di saat perasaannya sedang gundah.

“Hal—A-apa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 126. Tak Sanggup Bangun

    Damian mengecek suhu tubuh istrinya, tidak panas sama sekali, hanya saja wajahnya begitu pucat dan lemas, ia jadi khawatir.Damian mencoba melepaskan tangannya yang digenggam oleh Jessica, tetapi istrinya itu menariknya kembali.Tidak berkata apa pun, bahkan tidak membuka mata sedikit pun.“Sayang, Mas mau mandi sebentar boleh?” tanya Damian dengan lembut.Jessica hanya menggelengkan kepalanya, ia semakin menarik Damian hingga suaminya itu mau tak mau ikut berbaring di sampingnya.“Mas gak usah mandi. Masih wangi kok,” sahut Jessica dengan pelan.Wangi?Bukan masalah wanginya, Damian sudah merasa tubuhnya lengket, tetapi ia pasrah, selama Jessica tidak mual jika dekat bersamanya.“Ya sudah. Tidur lagi ya, atau mau Mas panggilkan dokter?” tanya Damian mengelus punggung Jessica dengan lembut.“Besok saja ya, Mas?! Sekalian periksa kandungan bisa?” tanya Jessica mencoba membuka matanya yang terasa berat.Karena selama tahu dirinya hamil, Jessica belum pernah periksa kandungannya ke dokte

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 125. Mabuk Parah

    “Sayang, sudah jangan berpikir yang buruk-buruk. Pasti Elena dan Aland akan baik-baik saja. Mas akan mengarahkan seluruh anak buah Mas untuk mencari keberadaan mereka,” ucap Arthur dengan pelan, tetapi perasaannya juga tidak karuan.Pertanyaan Aryana begitu mengganggu pikirannya. Banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya, namun ia sama sekali tidak menemukan jawabannya hingga yang ia dapatkan hanya kepalanya yang berat dan pusing.“Bagaimana aku mau berpikir positif, Mas? Ponsel Elena masih ada di tangan kamu, bahkan anak kita tidak membawa kartu ATM yang aku berikan padanya. Semua ditinggalkan di rumah ini, Mas,” balas Aryana dengan nada bicara yang naik satu oktaf, emosinya mulai terpancing.Ia marah dengan Arthur dan juga dirinya sendiri hingga membuat dirinya merasa frustasi.Aryana mengusap wajahnya dengan kasar, ia memukul-mukul dada Arthur dengan tangis yang semakin terdengar histeris.“Cepat cari Elena dan Aland, Mas. Hiks…hiks… Aku tidak mau tahu, kamu harus bisa menemukan El

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 124. Penyesalan dan Kekhawatiran

    Arthur memasuki rumah mewahnya dengan langkah pelan, ia menatap seluruh ruangan yang ada di rumahnya dengan perasaan hampa.Tidak ada lagi tawa Jessica dan Aland.Tidak ada lagi suara mereka di sini.Tidak ada lagi yang mengajaknya bermain, bahkan tidak ada lagi kebahagiaan yang ia rasakan di rumah besar ini.Semuanya terasa begitu hampa dan menyesakkan untuk dirinya.Anak yang ia tunggu kepulangannya, anak yang selalu ia harapkan kebahagiaannya, ternyata memilih pergi dari rumah ini karena merasa tertekan dengan segala aturan yang ia tetapkan.Arthur memegang dadanya yang tiba-tiba saja terasa begitu nyeri, ia lelah tetapi ia tidak akan mudah menyerah begitu saja.Puluhan tahun ia terus berjuang mencari sang anak. Dan ia yakin kali ini dirinya akan bertemu dengan Jessica kembali.Arthur menaiki tangga dengan perlahan, suara langkah kakinya terdengar memecahkan kesunyian di rumahnya sendiri.Ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Jessica. Kamar yang sudah ia desain seja

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 123. Berpura-pura Tidak Tahu

    Hari ini Damian terpaksa meninggalkan Jessica dan Aland di rumah mereka. Sebab, Arthur ingin bertemu dengan dirinya.Ia yang tidak ingin Arthur curiga akhirnya memutuskan untuk berangkat ke kantor, padahal ia ingin menghabiskan waktu dengan Jessica lebih lama lagi.Damian memutar kursinya menjadi menghadap ke jendela besar di belakangnya, pemandangan gedung-gedung pencakar langit terlihat begitu megah, tangannya mengetuk sisi kanan kursinya, ketukannya seperti menghitung.Tok…Tok…Damian menyeringai, mendengar suara pintu yang diketuk dari luar seperti perkiraannya.“Masuk!” perintah Damian dengan tegas.David membuka pintu dengan perlahan, pria itu menghela napas saat Arthur melenggang masuk begitu saja.“Di mana kamu menyembunyikan anak saya, Damian?” tuduh Arthur tanpa basa-basi.Damian memutar kursinya menjadi menghadap ke arah Arthur.“Apa maksud anda, Om? Anak, Om? Elena memangnya ke mana?” tanya Damian dengan syok.Ia akan berpura-pura tidak tahu tentang kepergian Jessica dan

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 122. Mas Sayang Aku Gak?

    Damian menyingkirkan rambut Jessica yang menutupi wajah cantik istrinya, saat ini Jessica menjadikan paha Damian sebagai bantalannya tubuhnya terasa lelah karena seharian bermain dengan suami dan anaknya.Ia menautkan tangannya bersama Damian. Jessica terkekeh sendiri melihat tangannya yang mungil bersanding dengan tangan kekar Damian.“Kenapa, Sayang?” tanya Damian dengan geli mendengar suara kekehan kecil dari istrinya.“Aku ternyata kecil banget ya kalau sama Mas. Dihamili lagi,” celetuk Jessica konyolnyaDamian ikut terkekeh mendengar celetukan istrinya yang tiba-tiba, lucu dan menggelikan.“Iya kecil tapi bikin nagih makanya dihamili terus,” sahut Damian ambigu.Jessica refleks mencubit perut Damian hingga suaminya itu meringis, ternyata cubitan Jessica yang kecil terasa panas di perutnya.“Sakit, Sayang,” ucap Damian mengusap perutnya.“Biarin.”Jessica sama sekali tidak merasa bersalah, ia bangun dari berbaringnya dan naik ke atas pangkuan Damian.Jessica merebahkan kepalanya

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 121. Berebut Ciuman Jessica

    Jessica terkekeh kecil melihat Damian dan Aland lomba berenang, ia bertepuk tangan menyemangati dua jagoannya.Suara tawanya yang renyah seperti tidak ada beban yang menghimpit dadanya, ia sedikit melupakan masalahnya ketika bersama dengan Damian dan juga Aland, tetapi jika ia sendiri dirinya kembali memikirkan kedua orang tuanya, ia takut mereka akan menemukan dirinya di rumah ini.“Siapa yang menang dapat ciuman dari Mama ya,” celetuk Damian menyeringai menatap istrinya yang melongo setelah mendengar ucapannya.Aland yang merasa tertantang mengangguk setuju, ia menatap papanya dengan senyuman sombongnya seakan ia yakin akan menang.“Oke, Pa. Aku yakin aku yang menang,” sahut Aland dengan percaya diri.“Jangan sombong dulu, Boy. Papa yakin Papa yang menang,” balas Damian tak kalah sombongnya.Keduanya berdebat, bukannya melerai, Jessica malah tertawa melihat suami dan anaknya tak mau kalah satu sama lain.“Ayo cepat lomba berenang. Mama mau lihat siapa yang menang nih, Papa atau Alan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status