Share

Bab 2. Rumor

last update Last Updated: 2025-08-18 11:48:18

“Hiks…hiks”

Jessica membekap mulutnya, isakannya terdengar lirih.

ia menatap Damian dengan sendu. Ada rasa sesal di hatinya, ketakutan mulai menghinggapi pikirannya, setelah ia bangun dan sadar jika kejadian semalam bukanlah mimpi.

Jessica sudah mengecewakan kedua orang tuanya.

“Hiks…. Ayah, Ibu, maafkan Jessica,” gumamnya dengan menangis lirih.

Jessica berusaha menyingkirkan lengan kekar itu dari tubuh ringkihnya, dengan hati yang hancur ia bangun dari tidurnya, memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, sebelum Damian bangun dan menyadari kehadirannya.

“Ini kesalahan saya, Pak. Sebaiknya anda tidak perlu tahu siapa wanita yang sudah menghabiskan malam bersama dengan anda,” gumam Jessica lirih.

Bagaimana jika semua orang tahu jika ia sudah menghabiskan malam Terlarang bersama Damian?

Setelah kepergian Jessica. Damian membuka matanya dengan perlahan, ia meringis memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing.

“Sialan!” umpatnya dengan kesal saat mengingat kejadian semalam.

Di mana ia diberi minum alkohol dan merasa aneh dengan dirinya sendiri, dan ia menyadari jika ada yang memasukkan obat perangsang pada minumannya.

Dan berakhir ia menghabiskan waktu dengan wanita yang bahkan tidak ia ingat wajahnya sama sekali, karena pengaruh alkohol yang ia minum begitu tinggi.

Damian melihat ke arah sampingnya, ternyata wanita yang tidur bersamanya sudah tidak ada.

“Kamu bisa kabur dariku saat ini wanita murahan. Setelah itu aku akan mencarimu dan tidak akan melepaskan kamu begitu saja,” ucap Damian dengan tajam.

Ia menyeringai. Damian yakin ini adalah ulah papanya yang ingin dirinya memiliki keturunan secepatnya, menjebaknya tidur dengan wanita pilihan papanya tersebut.

“Licik sekali tua bangka itu!” tangan Damian terkepal dengan sangat erat.

Jika tidak karena dirinya sedang menyelidiki kematian ibunya 10 tahun lalu, Damian tidak sudi memakai marga Axelle dalam namanya.

Kematian ibunya begitu sangat janggal, bahkan baru dua bulan ibunya meninggal papanya pulang membawa wanita lain yang sangat ia kenal, sahabat mamanya sendiri.

Sifat dinginnya terbentuk dari cara didik papanya yang berubah menjadi keras kepadanya, hingga rasa dendam itu muncul di hatinya.

Jika papanya terlibat dalam kematian mamanya, maka Damian tidak akan melepaskan tua bangka itu begitu saja, mereka harus membayarnya dengan nyawa juga.

Damian menyibak selimut yang ia pakai. Ia melotot saat melihat darah yang tertinggal di atas sprei.

Wanita itu masih perawan?

Bagaimana bisa?

Cincin?

Damian mengambil cincin wanita itu yang tertinggal di kasur. “Meninggalkan jejak eh,” remehnya.

Ia segera menghubungi orang kepercayaannya. “Cek CCTV hotel! Cari tahu wanita yang masuk ke kamar saya semalam! Saya yakin wanita itu ada hubungannya dengan papa saya.”

Damian langsung mematikan sambungan teleponnya, setelah ada jawaban dari seberang sana. Tak lupa Damian juga mengirim foto cincin tersebut.

“Kali ini saya ikuti permainan anda Adithama! Jangan anda pikir saya adalah pria yang mudah diatur. Saya sudah menunggu saat di mana kehancuranmu tiba!”

Damian meremas cincin itu dengan penuh emosi. Tak ada yang tahu sisi lain dari Damian, hanya orang kepercayaannya lah yang mengerti bagaimana Damian selama ini.

Sikap dingin dan penurutnya di depan keluarga adalah benteng untuk mempertahankan dirinya di rumah besar itu.

Namun, di balik itu semua ada monster yang siap menghancurkan keluarga papanya, setelah ia mendapat keadilan dan merebut kembali hak mamanya yang diambil oleh wanita licik yang kini menyandang status sebagai ibu tirinya.

Damian yakin, waktu sebentar lagi akan menjawab semua kebenarannya.

****

Sedangkan Jessica sudah kembali ke kamarnya dengan perasaan takut yang luar biasa, bahkan bibirnya pucat karena mandi terlalu lama.

“Jes, muka kamu pucat banget. Kamu semalam ke mana? Aku kembali ke kamar kamu tidak ada. Aku panik banget, tapi ponsel kamu sama sekali tidak aktif,” ucap Audy menghampiri sahabatnya yang terlihat begitu berbeda pagi ini.

“Jessica? Kamu baik-baik saja, ‘kan? Kita ke dokter ya?!”

Audy menyentuh lengan Jessica hingga gadis itu tersentak.

“A-aku gak apa-apa, Audy. S-semalam aku di kamar teman yang lain karena aku sudah gak kuat untuk berjalan lagi,” lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Jessica merasa hina dan kotor. Tatapannya bahkan terlihat begitu kosong.

Apa jika Audy tahu, sahabatnya itu akan membenci dirinya?

Audy yang melihat perubahan sikap sahabatnya semakin khawatir. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Jessica?

Pikiran buruk terus menghantui dirinya. Tetapi Audy mencoba menyingkirkannya, ia yakin ini hanya perasaan khawatirnya saja.

“Kita ke dokter ya?” ulang Audy sekali lagi.

“Gak usah, Dy. Aku mau istirahat saja,” tolak Jessica dengan halus.

Audy tidak memaksa, ia membantu Jessica untuk beristirahat dan menyelimuti sahabatnya itu.

Audy merasa ada yang tidak beres dengan Jessica. “Ada masalah apa kamu, Jes? Tidak biasanya kamu seperti ini,” gumam Audy dengan lirih setelah melihat Jessica sudah memejamkan mata.

Jessica hanya ingin mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang terasa sangat lelah. Kejadian semalam sangat menguras fisik dan mentalnya.

Jessica takut dipecat jika semua orang tahu dirinya pernah menghabiskan malam panas dengan sang presdir.

Jika dirinya hamil bagaimana?

****

Dua minggu kemudian sejak kejadian itu, Jessica merasa ada yang berbeda dengan dirinya.

Ketakutan itu terus menghantui dirinya di mana pun hingga ia sama sekali tidak bisa fokus.

Pagi ini Jessica memberanikan diri untuk tes kehamilan dengan testpack yang sudah ia beli kemarin.

“Ya Tuhan…. Semoga aja gak hamil,” do'anya dengan memejamkan mata berharap ia hanya masuk angin biasa.

Dengan tangan gemetar Jessica mengambil testpack yang berada di wadah kecil, untuk melihatnya saja Jessica tidak mampu.

“G-garis dua.”

Tubuh Jessica langsung merosot ke lantai, ia menatap nanar benda pipih itu.

Isakannya terdengar lirih dan begitu menyayat hati.

“Ini gak mungkin!” elaknya yang masih tidak percaya.

Jessica berharap ini adalah mimpi, tetapi semua nyata untuknya hingga bernapas saja terasa begitu sulit.

Jessica mendengar bisik-bisik dari luar kamar mandi. Dan menyebut namanya di sana. Ia langsung menghapus air matanya, menyimpan testpack itu di dalam tas.

“Rumor Jessica tidur dengan Pak Panji benar ya?”

“Katanya sih gitu. Gak nyangka banget demi mempertahankan posisi di perusahaan ini ternyata Jessica rela tidur dengan pria beristri.”

Karyawan wanita itu bergidik ngeri, menatap Jessica dengan sinis. Mereka saling menyenggol lengan saat Jessica menatap mereka.

“Murahan banget ya.”

Jessica yang mendengarnya langsung syok, tetapi ia tidak ingin memperpanjang masalah.

Ia keluar dari kamar mandi dengan cepat, menghapus air matanya yang terus saja keluar karena mendengar hinaan dari teman-temannya.

Siapa yang menyebarkan rumor itu?

Apa ada yang ingin menjebak dirinya dengan sang senior?

Namun, ia berakhir tidur dengan Damian.

Ya Tuhan…. Takdir macam apa ini?

Jessica yang diliputi rasa sedih terus berjalan menunduk, mencoba menulikan pendengarannya saat semua orang sedang membicarakannya secara terang-terangan.

Hingga—

Bruk….

Jessica tak sengaja menabrak seseorang. Dan ia semakin panik saat melihat siapa yang ia tabrak dan memeluknya sekarang.

Wajahnya semakin pucat saat wajah tampan itu menatapnya dengan sangat dingin.

“P-pak Damian.”

“Kamu…”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 126. Tak Sanggup Bangun

    Damian mengecek suhu tubuh istrinya, tidak panas sama sekali, hanya saja wajahnya begitu pucat dan lemas, ia jadi khawatir.Damian mencoba melepaskan tangannya yang digenggam oleh Jessica, tetapi istrinya itu menariknya kembali.Tidak berkata apa pun, bahkan tidak membuka mata sedikit pun.“Sayang, Mas mau mandi sebentar boleh?” tanya Damian dengan lembut.Jessica hanya menggelengkan kepalanya, ia semakin menarik Damian hingga suaminya itu mau tak mau ikut berbaring di sampingnya.“Mas gak usah mandi. Masih wangi kok,” sahut Jessica dengan pelan.Wangi?Bukan masalah wanginya, Damian sudah merasa tubuhnya lengket, tetapi ia pasrah, selama Jessica tidak mual jika dekat bersamanya.“Ya sudah. Tidur lagi ya, atau mau Mas panggilkan dokter?” tanya Damian mengelus punggung Jessica dengan lembut.“Besok saja ya, Mas?! Sekalian periksa kandungan bisa?” tanya Jessica mencoba membuka matanya yang terasa berat.Karena selama tahu dirinya hamil, Jessica belum pernah periksa kandungannya ke dokte

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 125. Mabuk Parah

    “Sayang, sudah jangan berpikir yang buruk-buruk. Pasti Elena dan Aland akan baik-baik saja. Mas akan mengarahkan seluruh anak buah Mas untuk mencari keberadaan mereka,” ucap Arthur dengan pelan, tetapi perasaannya juga tidak karuan.Pertanyaan Aryana begitu mengganggu pikirannya. Banyak sekali pertanyaan di dalam otaknya, namun ia sama sekali tidak menemukan jawabannya hingga yang ia dapatkan hanya kepalanya yang berat dan pusing.“Bagaimana aku mau berpikir positif, Mas? Ponsel Elena masih ada di tangan kamu, bahkan anak kita tidak membawa kartu ATM yang aku berikan padanya. Semua ditinggalkan di rumah ini, Mas,” balas Aryana dengan nada bicara yang naik satu oktaf, emosinya mulai terpancing.Ia marah dengan Arthur dan juga dirinya sendiri hingga membuat dirinya merasa frustasi.Aryana mengusap wajahnya dengan kasar, ia memukul-mukul dada Arthur dengan tangis yang semakin terdengar histeris.“Cepat cari Elena dan Aland, Mas. Hiks…hiks… Aku tidak mau tahu, kamu harus bisa menemukan El

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 124. Penyesalan dan Kekhawatiran

    Arthur memasuki rumah mewahnya dengan langkah pelan, ia menatap seluruh ruangan yang ada di rumahnya dengan perasaan hampa.Tidak ada lagi tawa Jessica dan Aland.Tidak ada lagi suara mereka di sini.Tidak ada lagi yang mengajaknya bermain, bahkan tidak ada lagi kebahagiaan yang ia rasakan di rumah besar ini.Semuanya terasa begitu hampa dan menyesakkan untuk dirinya.Anak yang ia tunggu kepulangannya, anak yang selalu ia harapkan kebahagiaannya, ternyata memilih pergi dari rumah ini karena merasa tertekan dengan segala aturan yang ia tetapkan.Arthur memegang dadanya yang tiba-tiba saja terasa begitu nyeri, ia lelah tetapi ia tidak akan mudah menyerah begitu saja.Puluhan tahun ia terus berjuang mencari sang anak. Dan ia yakin kali ini dirinya akan bertemu dengan Jessica kembali.Arthur menaiki tangga dengan perlahan, suara langkah kakinya terdengar memecahkan kesunyian di rumahnya sendiri.Ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar Jessica. Kamar yang sudah ia desain seja

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 123. Berpura-pura Tidak Tahu

    Hari ini Damian terpaksa meninggalkan Jessica dan Aland di rumah mereka. Sebab, Arthur ingin bertemu dengan dirinya.Ia yang tidak ingin Arthur curiga akhirnya memutuskan untuk berangkat ke kantor, padahal ia ingin menghabiskan waktu dengan Jessica lebih lama lagi.Damian memutar kursinya menjadi menghadap ke jendela besar di belakangnya, pemandangan gedung-gedung pencakar langit terlihat begitu megah, tangannya mengetuk sisi kanan kursinya, ketukannya seperti menghitung.Tok…Tok…Damian menyeringai, mendengar suara pintu yang diketuk dari luar seperti perkiraannya.“Masuk!” perintah Damian dengan tegas.David membuka pintu dengan perlahan, pria itu menghela napas saat Arthur melenggang masuk begitu saja.“Di mana kamu menyembunyikan anak saya, Damian?” tuduh Arthur tanpa basa-basi.Damian memutar kursinya menjadi menghadap ke arah Arthur.“Apa maksud anda, Om? Anak, Om? Elena memangnya ke mana?” tanya Damian dengan syok.Ia akan berpura-pura tidak tahu tentang kepergian Jessica dan

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 122. Mas Sayang Aku Gak?

    Damian menyingkirkan rambut Jessica yang menutupi wajah cantik istrinya, saat ini Jessica menjadikan paha Damian sebagai bantalannya tubuhnya terasa lelah karena seharian bermain dengan suami dan anaknya.Ia menautkan tangannya bersama Damian. Jessica terkekeh sendiri melihat tangannya yang mungil bersanding dengan tangan kekar Damian.“Kenapa, Sayang?” tanya Damian dengan geli mendengar suara kekehan kecil dari istrinya.“Aku ternyata kecil banget ya kalau sama Mas. Dihamili lagi,” celetuk Jessica konyolnyaDamian ikut terkekeh mendengar celetukan istrinya yang tiba-tiba, lucu dan menggelikan.“Iya kecil tapi bikin nagih makanya dihamili terus,” sahut Damian ambigu.Jessica refleks mencubit perut Damian hingga suaminya itu meringis, ternyata cubitan Jessica yang kecil terasa panas di perutnya.“Sakit, Sayang,” ucap Damian mengusap perutnya.“Biarin.”Jessica sama sekali tidak merasa bersalah, ia bangun dari berbaringnya dan naik ke atas pangkuan Damian.Jessica merebahkan kepalanya

  • Malam Terlarang : Mengandung Anak Presdir Dingin   Bab 121. Berebut Ciuman Jessica

    Jessica terkekeh kecil melihat Damian dan Aland lomba berenang, ia bertepuk tangan menyemangati dua jagoannya.Suara tawanya yang renyah seperti tidak ada beban yang menghimpit dadanya, ia sedikit melupakan masalahnya ketika bersama dengan Damian dan juga Aland, tetapi jika ia sendiri dirinya kembali memikirkan kedua orang tuanya, ia takut mereka akan menemukan dirinya di rumah ini.“Siapa yang menang dapat ciuman dari Mama ya,” celetuk Damian menyeringai menatap istrinya yang melongo setelah mendengar ucapannya.Aland yang merasa tertantang mengangguk setuju, ia menatap papanya dengan senyuman sombongnya seakan ia yakin akan menang.“Oke, Pa. Aku yakin aku yang menang,” sahut Aland dengan percaya diri.“Jangan sombong dulu, Boy. Papa yakin Papa yang menang,” balas Damian tak kalah sombongnya.Keduanya berdebat, bukannya melerai, Jessica malah tertawa melihat suami dan anaknya tak mau kalah satu sama lain.“Ayo cepat lomba berenang. Mama mau lihat siapa yang menang nih, Papa atau Alan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status