Share

3. Orang Tersayang

“Halo?”

“Nona Helena, dari tadi kami mencoba menghubungi Anda. Bisakah Anda segera kemari?” ucap suara di seberang sana. “Keadaanya sungguh sangat mengkhawatirkan. Kami butuh transfusi darah Anda segera–.” Tiba-tiba pembicaraan itu terputus begitu saja. Helena berulang kali mengucapkan kata “halo” dengan panik, sampai akhirnya ia melihat bar sinyal ponselnya kembali menghilang.  

Jantung Helena berdetak cepat akibat kalimat terakhir dari orang yang baru saja menghubunginya. Ia harus segera ke rumah sakit Digory yang berada di tengah kota sedangkan rumah duka ini terletak jauh di pinggiran, bahkan sinyal handphone yang sedari tadi timbul tenggelam seolah menghilang sekarang. 

Helena tadi berangkat ke sini menumpangi mobil ambulans yang membawa jenazah Graham Digory, sedangkan tak ada satu pun moda transportasi umum yang akan melewati tempat ini, ia juga tidak bisa menghubungi taxi online karena masalah sinyal.

Helena melihat mobil yang ditumpangi Shane Digory belum berpindah dari pelataran parkir, lelaki dengan bahu lebar itu baru saja duduk di kursi pengemudi mobilnya. 

“Shane!” Helena berteriak sambil menahan pintu mobil pria itu. “Kumohon izinkan aku menumpang, hanya sampai perbatasan kota saja,” pinta wanita itu dengan napas yang memburu. Helena menahan pintu mobil tepat di sebelah pria itu duduk.

Shane menaikan sebelah alisnya melihat keberanian wanita yang sudah dua setengah tahun itu menjadi istrinya. Suatu hal yang aneh karena selama ini Helena bahkan tak berani memandang tubuh pria tampan itu, tapi sekarang wanita bermata zamrud itu benar-benar tak memiliki cara lain untuk kembali ke kota selain menumpangi mobil milik suaminya. Helena akan melakukan apa pun demi seseorang yang terbaring di rumah sakit sekarang, termasuk menghadapi Shane Digory.

“Hei!” protes Shane tak terima kehadiran Helena. “Bukankah kau tahu aku tak sudi berada di dekatmu? Dan sekarang kau ingin menumpang mobilku? Kita tak perlu berpura-pura lagi kau tahu. Setelah kakek Graham meninggal, aku tak ada niat melanjutkan drama kita lagi,” tandas Shane dengan hidung berkernyit seakan jijik

“Kumohon Shane izinkan aku menumpang. Bahkan jika aku harus duduk di bagasi mobilmu aku bersedia, sampai ke stasiun bus terdekat. Aku mohon,” ujar Helena begitu memelas, kedua manik zamrudnya bahkan mulai berkaca-kaca.

Shane mengeraskan rahangnya. “Haruskah kusadarkan posisimu sekarang? Aku jijik denganmu, kau tahu?” ucap pria bersurai abu itu dengan tatapan tajam. ‘Lelaki mana lagi yang membuatnya begitu terburu-buru untuk melayani?’ 

Belum sempat Helena membalas ucapan Shane, sebuah rangkulan di pundak gadis itu menghentikan apa yang hendak wanita berambut hitam panjang itu katakan.

“Biar aku yang mengantar kakak ipar, Kak!” ujar Kate Windsor dengan suara nyaring ceria.

“Tidak, aku-,” tolak Helena. 

Namun, Shane sudah mendorong Helena agar tak menyentuh mobilnya dan segera pria tampan itu menginjak pedal gas hingga pintu mobil Lamborghini Huracan terbanting menutup.

“Kau sungguh beruntung keluargaku masih berbuat sebaik itu untukmu,” gumam Shane yang melihat Kate Windsor melambai sambil merangkul Helena dari kaca spion. 

Namun, kenyataannya tak seperti itu. Selepas mobil Lamborghini Huracan hitam yang dikendarai Shane menghilang dari pelataran parkir rumah duka itu, Kate Windsor langsung mendorong tubuh Helena dengan kasar.

“Ish menjijikan!” rutuk Kate Windsor sambil mengibaskan lengan.

“Mana mobilmu? Ayo kita segera pergi,” ucap Helena tanpa basa-basi. Ia sudah tak peduli tentang apapun, sekarang pikirannya hanya ingin segera ke rumah sakit tempat orang yang paling ia sayangi berada.

Tawa melengking keluar dari mulut Kate Windsor. “Siapa kau berani menyuruhku seperti itu? Kau hanya anak pelayan yang sebentar lagi akan kembali ke kasta rendahmu setelah kakakku menceraikanmu.”

Helena mengembuskan napasnya, menahan kesal. Ia sudah tahu di mana letak strata sosialnya dibandingkan keluarga Digory, apalagi keluarga tiri suaminya itu selalu mengingatkannya tentang hal itu. Yang ia inginkan mereka segera mengantarkannya ke rumah sakit. 

“Aku tahu posisiku, Kate. Tolong bisakah kau mengantarkanku? Aku mohon,” pinta Helena menekankan kalimat ‘tolong’. Ia sudah memastikan hal ini pasti terjadi, Kate Windsor dan siapapun dari keluarga Digory tidak mungkin benar-benar menolongnya, karena itu Helena tadi benar-benar memaksakan diri ingin menumpangi mobil Shane.

“Tidak, aku tidak mau,” ucap gadis yang berbeda usia lima tahun di bawah Helena. 

“Tapi kau sudah mengatakan akan mengantarkanku pada Shane,” erang Helena.

“Dan? Kau mau melaporkanku pada kakakku?” tanya Kate dengan seringai licik di wajahnya. “Kau tahu kan, diantara kau dan aku, siapa yang lebih ia percaya?”

Helena menelan salivanya. Ia tahu jawaban dari pertanyaan Kate yang terakhir. Shane tak pernah sekalipun mendengar apa yang wanita berambut hitam panjang itu katakan, apalagi mempercayainya.

“Aku mohon Kate, aku akan melakukan apapun tapi bisakah kau mengantarku sekarang?” Sekali lagi wanita bermanik se warna hijau zamrud itu bertanya.

Tiba-tiba sebuah mobil bentley flying spur hitam berhenti di samping mereka. Seorang wanita dengan kacamata hitam besar yang nyaris menutupi setengah wajahnya berada di dalam kursi penumpang. 

“Apa yang kau lakukan? Cepat naik, pengacara menunda pembagian harta warisan itu sampai Shane bisa menghadiri acara itu,” ucap Theresia Windsor sambil menurunkan kaca mobilnya. Ia adalah ibu tiri Shane Digory.

Kate tersenyum, ia langsung memutari mobil yang dinaiki ibunya itu dan bergegas naik ke kursi belakang. Tapi ketika Kate sudah duduk di dalam mobil, ia langsung membanting pintu mobil bentley hitam itu hingga menutup, tepat di depan muka Helena saat gadis itu hendak menaiki mobil. 

“Kate!” jerit Helena karena terkejut, ia nyaris terjepit pintu mobil.

“Siapa yang mengizinkan mu menaiki mobil ini? Kau hanya mengotori mobil ini,” ucap Theresia Windsor sebelum memerintahkan sopirnya untuk menjalankan mobil itu.

“Tunggu!” jerit Helena mengejar mobil itu, dan dengan nekatnya ia menghalangi mobil yang ditumpangi keluarga tiri Shane Digory.

“Kau gila!” bentak Theresia setelah mobilnya berhenti mendadak. “Astaga kau memang sudah gila karena akan bercerai dengan anakku!”

“Kumohon izinkan aku menumpang,” pinta Helena nyaris menyembah.

“Aku akan memberikanmu tumpangan,” ucap Kate Windsor.

Helena langsung mengadahkan mukanya, melihat sebuah harapan yang bisa membawanya keluar dari rumah duka yang berada di daerah terpencil tengah hutan ini.

“Tapi sebelumnya berguling kemudian menggong-gong lah, Kakak iparku,” lanjut Kate Windsor dengan senyum licik tersemat di wajah cantiknya.

Helena tertegun, tangannya mengepal dengan gemetar di kedua sisi tubuhnya. Menahan mati-matian amarah yang ada pada dirinya. Selama ini harga dirinya selalu diinjak-injak oleh keluarga Digory, tapi hanya karena orang tersayang yang terbaring di rumah sakit inilah membuatnya bisa bertahan melewati neraka ini.

“Guk!” ucap wanita berambut panjang itu perlahan.

Kate Windsor langsung tergelak, ia semakin menaikan ponselnya agar dapat merekam Helena lebih jelas. “Kau harus berguling sambil menyalak keras Kakak Ipar!” serunya. “Bukankah kau ingin segera pergi dari sini? Ayo cepat lakukan perintahku!”

Helena menatap tajam pada Kate Windsor. Beberapa mobil yang ditumpangi keluarga Digory juga berhenti dan para penumpangnya tampak tertarik dengan apa yang terjadi. Mereka juga mulai mengeluarkan ponsel-ponsel mahal keluaran terbaru untuk merekam apa yang terjadi.

“Cepat lakukan!” teriak Darian, sepupu Shane lainnya.

Sampai akhirnya Helena bertumpu pada kedua lutut dan tangannya, merangkak dan menggonggong dikelilingi para keluarga Digory yang tertawa keras dan merekamnya. Wajah-wajah tampak puas melihat seseorang dilecehkan seperti itu. 

Helena berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang kotor karena ia baru saja berguling di tanah berumput. “Kau puas? Sekarang antarkan aku,” ujar wanita berambut panjang itu sambil berjalan menuju pintu mobil.

Namun, Theresia langsung memerintah sopirnya untuk menekan pedal gas. Tampak dari kejauhan Kate Windsor tertawa-tawa dan masih merekam Helena yang terkejut bukan main. Ia tak menyangka akan ditinggalkan Kate setelah melakukan apa yang gadis cantik karena operasi plastik itu inginkan. 

Gema tawa mengejek Helena masih terdengar hingga kejauhan dari mobil-mobil lain milik keluarga Digory yang sekarang mengekori jejak kendaraan yang ditumpangi Kate Windsor dan ibunya. 

Helena menatap pasrah, awan kelabu yang menggantung di langit membuatnya semakin tersiksa. Seharusnya ia sudah dapat menyangka perlakuan Kate, gadis yang kecanduan operasi plastik itu tak pernah benar-benar akan menolongnya. Tapi, Helena tak mampu berpikir panjang lagi, segera ke rumah sakit adalah satu-satunya hal yang diinginkan oleh wanita itu sekarang.

Sebuah mobil berhenti di samping Helena. “Kau mau menumpang, Helena?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status