Share

Rumah Sakit

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-06-11 06:19:15

Adelia tersadar dari pingsannya ia merasakan nyeri di daerah sekitar pelipis matanya. Setelah ia raba, rupanya sudah ada kain kasa yang menutupi lukanya. Rasa nyeri luka itu tak sesakit nyeri hatinya. Adrian, suaminya benar-benar telah berhasil menorehkan luka yang teramat dalam.

Matanya nanar menatap langit-langit rumah sakit. Tak ada yang menemaninya, ia masih ingat bagaimana Adrian mendorongnya hingga kepalanya terbentur ujung meja nakas sampai berdarah.

Adelia kembali menangis dalam diamnya. Tidak dapat di pungkiri jika perlakuan Adrian membuatnya terluka begitu dalam. Tidak hanya secara fisik, batinnya juga.

Terdengar pintu seakan di buka dari luar. Ya, siapa lagi dia adalah suami Adelia. Pria yang telah membuatnya berbaring di rumah sakit sekarang ini.

"Bagaimana keadaanmu, ini aku bawakan makanan kesukaanmu," sapa Adrian sambil menaruh kresek yang berisi box makanan di atas nakas.

Adelia menatap Adrian penuh permusuhan. Ingatannya masih segar, dimana Adrian telah mendorongnya dengan kejam. Dan Adelia membencinya.

"Tidak usah sok baik. Kau hanya takut jika tindakanmu aku laporkan pada polisi, kan?" sindir Adelia.

"Oh, polisi ... aku takut sekali."

"Sayangnya tidak. Aku sama sekali tidak takut pada polisi. Lebih baik kau cemaskan saja orang tuamu. Mereka pasti akan terkejut jika pernikahan anaknya berantakan. Terutama ibumu, penyakit jantungnya bisa kumat. Dan ... setelah itu, kau sendiri yang lebih tahu jawabannya," kata Adrian seakan memperingatkan Adelia.

"Kau ... benar-benar iblis!" tunjuk Adelia. Belum sembuh lukanya masih saja Adrian menambahkannya dengan perkataan yang menyakitkan. Padahal selama ini orang tuanya begitu percaya pada Adrian.

"Sayang, sebaiknya kau makan dulu. Ingat, kau harus memulihkan tenagamu untuk melawanku. Atau ... untuk melayaniku. Hah, untung saja aku masih punya wanita cadangan lainnya."

"Jadi, kalau yang satu sakit, aku bisa bercinta dengan satunya lagi, hahaha," tawa Adrian tanpa merasa bersalah.

"Kau! Benar-benar bajingan!" Adelia hampir saja memukul Adrian, namun sayangnya tangannya terganggu dengan selang infus.

"Aakh!" pekik Adelia. Tangannya berdarah karena jarum infusnya lepas. Kebetulan ada seorang suster lewat di depan pintu Adelia dan melihat kejadiannya.

"Nyonya, kondisi Anda belum pulih. Tolong istirahatlah dulu," kata suster kembali membenarkan letak posisi selang infusnya.

"Iya, suster. Padahal sudah ku bilang padanya untuk beristirahat. Tapi, ia bersikeras untuk pulang," kata Adrian pura-pura perhatian.

"Tolong nasehati istrinya untuk bersabar, mungkin besok sudah bisa pulang karena tidak ada yang serius luka di bagian kepalanya," terang susternya.

"Sayang, kamu bersabar dulu yah. Aku tahu, kamu selalu ingin mendampingiku," kata Adrian.

Adelia rasanya ingin muntah hari itu juga mendengar perkataan Adrian yang terdengar memuakkan baginya. Ia hanya bisa merebahkan tubuhnya dan memilih untuk memejamkan matanya. Daripada harus bertarung olah kata dengan Adrian.

Setelah suster itu pergi, Adelia membuka matanya. Rupanya Adrian masih berdiri memelototinya sambil bersedekap.

"Aku tahu kamu tidak tidur. Tapi, aku yang baik hati ini akan memberimu kesempatan tidur hari ini. Karena besok kau sudah harus angkat kaki dari rumah sakit. Dan ... kurasa, untuk beberapa hari ini aku tidak pulang. Aku akan membiarkanmu beristirahat dengan baik," kata Adrian sembari keluar dari ruang rawat inap Adelia.

Ingin sekali Adelia bangun dan mencekik Adrian sampai mati. Sayangnya, itu hanya terjadi dalam angan-angannya saja.

Ia tahu kemana laki-laki itu akan pergi. Tentu saja menemui gundiknya. Adelia hanya bisa pasrah menerima perlakuan suaminya. Jika waktu boleh berputar, ingin sekali ia menolak lamaran Adrian waktu itu.

Ya, andai saja. Tapi, semua angan-angan itu hanya sia-sia. Toh sekarang nasi sudah menjadi bubur. Waktu tidak bisa berulang kembali. Adelia hanya bisa menerima nasibnya.

Esok harinya Adelia sedang mengemasi barangnya di rumah sakit. Tetap saja ia sendirian tanpa siapa pun yang menjemputnya. Ia tahu sekarang Adrian dimana dan kemana. Pasti di apartemen perempuan selingkuhannya.

"Anda tidak menunggu suami dulu datang menjemput?" tanya suster.

"Tidak sust, hari ini dia sedang ada rapat penting yang tidak bisa di tinggalkan," kata Adelia beralasan.

"Oh, kalau begitu saya antarkan sampai pintu keluar," tawar suster.

"Iya, terima kasih."

Dalam hati Adelia memaki dirinya sendiri. Kenapa harus menutupi keberadaan suami brengseknya itu. Ia tahu dengan jelas dimana suaminya berada.

Taksi yang membawa Adelia meluncur ke rumah kediamannya. Ia melihat rumahnya itu dengan tatapan nanar. Dulu rumah itu yang membawa kebahagiaan untuknya. Sekarang rumah itu pembawa kehancuran rumah tangganya. Bukan, yang salah suaminya. Hanya saja, Adelia merasa takut kembali ke rumah itu.

"Tuan, sudah pulang, Mbok?" tanya Adelia.

"Belum, Non. Tuan sedari kemarin belum pulang," kata Mbok Darsih. Wajah tuanya menatap Adelia dengan tatapan trenyuh.

"Yang, sabar ya, Non," ucap Mbok Darsih pelan tapi Adelia masih bisa mendengarnya.

"Terima kasih, Mbok atas perhatiannya." Adelia merangkul tubuh pelayannya itu.

"Sudah, Non. Mari saya antar ke kamar untuk istirahat," tawar Mbok Darsih.

"Iya, Mbok." Mbok Darsih memapah Adelia hingga sampai di kamarnya.

"Saya tinggal dulu, Non. Saya akan siapkan makanan yang enak untuk Non," pamit Mbok Darsih.

Adelia mengangguk pelan. Meskipun sebenarnya ia tidak ingin makan. Tapi, ia tak mau menolak kebaikan Mbok Darsih yang sudah susah-susah mau memasakkannya makanan.

Pandangan Adelia menyeruak ke seluruh isi kamar. Tatapannya tertuju pada meja nakas. Waktu itu Adrian mendorongnya hingga terbentur meja nakas. Sungguh ironi sekali.

Adelia menghela nafas beratnya. Kejadian akhir-akhir ini yang menimpanya sungguh di luar dugaannya. Adelia tidak sanggup jika harus memikulnya. Tetes-tetes air mata kembali berjatuhan. Luka harinya kembali menganga melihat foto pernikahan yang terpajang di kamarnya.

Adelia tidak menyangka jika Adrian adalah sosok pria yang sangat kejam. Ia merasa tertipu. Ia bisa saja mengadukan kasus KDRTnya itu ke kantor polisi. Tapi, tentunya keluarganya akan malu. Rasa sakit yang di deritanya sekarang belum apa-apa di bandingkan dengan rasa sakit yang akan di rasakan kedua orang tuanya. Jika mereka tahu kondisi pernikahan putrinya.

"Apa kabar sayangku, kau sudah pulang rupanya."

Adrian tiba-tiba muncul dari balik pintu seperti hantu. Adelia menoleh ke belakang ke arah sumber suara.

"Hei, kenapa tatapanmu seperti itu? Apakah kau merindukanku?" goda Adrian. Lelaki itu terus saja melangkah mendekat ke arah Adelia.

"Berhenti kataku!" perintah Adelia.

"Berhenti? Aku sangat merindukanmu sayang, bagaimana aku bisa berhenti. Salsa sedang datang bulan. Jadi, aku kemari menemuimu," terang Adrian.

"Ooh, jadi karena perempuan jalang itu sedang datang bulan makanya kau kemari!"

"Menjijikkan!" ledek Adelia.

"Hei! Jangan hina Salsa!"

"Kamu juga jalangku, kamu hanya bertugas melayaniku!" Adrian menindih tubuh Adelia.

"Tap ... tapi, aku tidak mau, Mas. Aku tidak mau. Kau menjijikkan!" Percuma Adelia melawan Adrian sudah membungkam bibirnya dengan ciuman kasarnya.

---Bersambung---

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Ending

    "Adelia," panggil Arga.Perempuan cantik yang tengah menggendong putranya itu menoleh ke belakang memutar tubuhnya yang ramping hingga berhadapan dengan Arga. Arga mendekat, ia menyerahkan sepucuk kertas hasil tes DNA pada Adelia.Tangan Adelia gemetaran menerimanya, perlahan ia membuka kertas hasil tes DNA itu. Ia baca dengan hati-hati dan tak terlewat sedikitpun, air matanya lolos seketika."I ... ini benar kan, hasilnya positif. Aku tidak mimpi kan?" tanya Adelia sembari menangis.Tuan Dwinata yang ikut hadir di sana menyaksikan pertemuan mereka berdua ikut terharu di buatnya."Benar Adelia, dia memang suamimu, putraku dan juga papanya Langit.""Arga masih hidup, Adelia. Seperti keyakinanmu dulu yang tidak kami percayai."Tuan Dwinata ikut menangis haru, Arga langsung memeluk istrinya dan putranya. Tuan Dwinata melipir keluar pergi diam-diam memberi ruang dan waktu pada mereka."Mas... aku masih tidak percaya kamu masih hidup. Tolong jangan tinggalin aku lagi," isak Adelia.Arga me

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Tes DNA

    "Maaf, aku terpaksa mengambil sedikit rambut putra kita untuk tes DNA," kata Arga.Adelia mengangguk setuju, ia juga penasaran apakah pria yang berdiri di depannya itu benar-benar suaminya atau bukan.Setelah mengambil sedikit potongan rambut Langit, Arga berpamitan pergi. Hati Adelia bergetar hebat menatap punggung pria yang mirip dengan suaminya. Ia berharap besar kalau pria itu memang benar suaminya. Meski ia tidak menunjukkannya pada Frans, namun di hati kecil Adelia sangat butuh kehadiran Arga.Di rumah sakit, Cika kelimpungan setengah mati karena tidak menemukan Frans di ruang perawatannya. Ia kemudian menanyakan keberadaan Frans pada perawat."Maaf, pasien yang biasanya di sini kok tidak ada? Apa sudah pulang?" tanya Cika."Harusnya belum, sebentar akan saya bantu mengecek," kata perawat. Di cari dimana-mana Frans tidak ada."Maaf, atas kelalaian kami. Pasien waktu itu masih dalam keadaan koma waktu kami tinggalkan. Jadi, kami tidak kepikiran kalau pasien akan meninggalkan ruma

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Pertemuan Mengharukan

    Damian merasa kasihan melihat keadaan Frans yang terbaring lemah tak berdaya. Ia merasa Frans selalu saja mendapatkan musibah."Maaf, saya datang untuk memeriksa kondisi pasien," ucap Dokter yang tiba-tiba muncul dari balik pintu."Siapa Anda?" tanya Dokter."Oh, dia karyawan saya," jawab Damian."Terus, Nona tadi yang bersamanya?" tanya Dokter."Maaf, kalau saya bertanya terus. Saya hanya ingin tahu siapa yanh akan menanggung pembayarannya nanti," terang Dokter."Tenang saja, saya yang akan menanggung semua biaya perawatannya. Gadis yang Anda maksud adalah putri saya. Mereka mengalami musibah, ada penjahat yang menyerang terus pria ini menolong putri saya," ujar Damian."Kasihan sekali, untung saja fisik orang ini kuat. Kemungkinan komanya tidak akan lama, berdoa saja semua akan baik-baik saja," kata Dokter."Ya, semoga saja."Dokter itu telah selesai memeriksa, ia kemudian pamit keluar. Sementara Damian masih saja berdiri memandangi Frans yang tertidur di brankarnya."Aku tidak tahu

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Gara-Gara Di Pukul

    Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Keputusan Menyelidiki

    Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

  • Mantan Istri yang Kuselingkuhi Dimanja Bos Tajir   Putraku Masih Hidup

    Asisten pribadi Tuan Dwinata kaget bukan main bertemu dengan Frans. Sosok yang sama dengan putra tuannya. Tubuhnya bergetar hebat, kakinya melangkah mundur ke belakang sampai membuat vas bunga yang di taruh di atas meja jatuh berantakan.Prang!Gendis maju ke depan, mau membereskan pecahan gelasnya. Namun di cegah Frans, dengan memberikan isyarat gerakan tangan."Ma ... maaf, Anda siapa?" tanya Asisten Dwinata gugup. Ia seolah melihat mayat hidup kembali."Perkenalkan, saya Frans utusan dari Tuan Damian." Frans mengulurkan tangannya. Asisten itu melirik tangan Frans sesaat lalu menatapnta dari atas hingga ke bawah."Tuan Arga, ini benar Anda?" tanya asisten."Maaf, Anda keliru. Nama saya Frans, bukan Arga," jelas Frans."Anda masih hidup? Atau kah saya tengah bermimpi?" Asisten Dwinata itu yang bernama Roy menampar pipinya sendiri. Hal itu malahan membuat Gendis tertawa."Tuan ini aneh, masa menampar diri sendiri," gumam Gendis."Aduh, sakit juga. Berarti ini tidak mimpi."Roy mengita

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status