Kebahagiaan semakin mewarnai mansion Abraham. Baik Intan dan juga Baskoro menjalani kehidupan rutinitas mereka dengan baik dan bahagia.Begitu juga Abraham yang menikmati hari hari masa tuanya bersama Anita. Rumor tentang pelakor pada Anita sudah tidak lagi terdengar gaungnya. Itu semua berkat Intan yang selalu membungkam mulut orang jahat yang berusaha merendahkan ibu tirinya."Untuk apa membahas masa lalu? Dia sekarang dah menjadi ibuku yang berarti menggantikan posisi ibu kandungku. Jadi, dia adalah ibuku yang sebenarnya," ujarnya membantah omongan miring beberapa kerabat yang tidak menyukai keberadaan Anita di sisi Abraham.Dan Indra juga menjalani hidupnya dengan baik. Setelah menyelesaikan sekolah iapun berangkat ke Boston untuk bersekolah sekaligus berlatih dengan pelatih Basket yang berpengalaman. Ia sudah melupakan Melissa yang kini sudah menikah dengan dokter Yusac. Ia merasa bahwa itulah yang terbaik untuk mereka sehingga tak ada penyesalan sedikitpun dengan jalan yang mere
"Tidak apa-apa Mas, uangku bisa dipake apa saja," Intan menyerahkan lipatan uang lima ratus ribu untuk Baskoro. "Sebenarnya dari mana uang sebanyak itu?" Baskoro heran karena setiap membutuhkan uang Intan selalu membantunya. "Itu tabunganku Mas dan nggak usah khawatir, kita akan menyelesaikan kuliah dengan uang ini." Intan dan Baskoro tinggal disebuah rumah kontrakan yang kecil. Pernikahan itu tidak banyak yang mengetahui. Mereka sengaja merahasiakan pernikahan itu dari teman-temannya. Tetapi Baskoro dan Intan bahagia karena perasaan cinta diantara mereka. Hingga satu tahun lamanya mereka hidup bersama, suatu hari khabar kesembuhan ayah Intan membuat Intan justru sangat cemas. Dia sangat takut pernikahan itu diketahui ayahnya. Walaupun Intan sangat senang ayahnya telah sembuh sebagai suatu keajaiban. Sebab, dokter yang menangani ayahnya saat itu hampir menyerah dengan kondisi Abraham, ayahnya. Hanya saja, Intan sangat takut
Siang itu cuaca cukup panas, untungnya halaman gedung Wijaya Group ini cukup asri. Beberapa pohon rindang memiliki tajuk melebar seperti payung raksasa yang menaungi. Membuat beberapa orang karyawan menjadikannya sebagai tempat berlindung dari matahari. Intan keluar dari gedung berlantai 25 itu. Langkahnya teratur menapaki granit berwarna keabu-abuan. Beberapa orang membungkuk memberi hormat saat dia berlalu. Seorang pengemudi telah siap dengan pintu mobil yang terbuka dan mempersilahkan Intan masuk kedalam mobil itu. "Bagaimana keadaan Ayah setelah aku pergi?" Intan bertanya kepada pak Joko sang supir pribadinya ketika dia telah duduk di bangku belakang. "Jauh lebih baik Nona, sekarang bahkan sudah bisa berjalan dan duduk di balkon mencari udara segar." "Syukurlah, kalau saja bukan karena pentingnya masalah di perusahaan tentu Aku memilih untuk menemani Ayah tadi." Pak Joko tersenyum. Gadis cantik yang dilihatnya lima tahu
Baskoro menutup telepon setelah berbicara sangat serius dengan seseorang. Dia lupa dua hari lagi adalah hari ditentukan pernikahannya dengan Wulan adik Waluyo, sahabatnya di kampung.Bagaimana bisa ia melupakan hal sepenting itu."Jika kamu menolaknya kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami hanya pasrah dan menerima karena hanya kamu yang bisa menolong kami," suara berat Pak Din ayah Waluyo mengalir bagaikan tumpahan darah di batin Baskoro."Saya akan melakukannya Pakde, semua demi kebaikan keluarga kita. Pakde tidak usah khawatir, saya akan menikahi Wulan. Tetapi...," Baskoro tidak melanjutkan."Katakanlah, saya akan mendengar pendapatmu!""Saya hanya akan menjadi suaminya sampai bayi itu lahir. Saya tidak bisa menjadi suami Wulan untuk selamanya Pak!" katanya pelan.Pak Din terdiam, dia tak bisa memaksa. Sekarang ini yang terpenting adalah menyelamatkan nama baik keluarganya sebelum perut Wulan semakin membesar tanpa status perkawinan.
Intan memulai pencariannya, dengan mulai menghubungi seorang teman kuliahnya dulu bernama Ardan. Khabarnya Ardan menjadi seorang pegawai negri di sebuah Kantor Pemerintahan Daerah di Surabaya.Ardan juga seorang yang aktif di media sosial. Pertemuan mereka memang juga dari sebuah media sosial. Intan pernah mencari jejak Baskoro di media sosial, tapi tak satupun jejak yang berhasil dia temukan."Setelah sekian tahun kenapa hanya Baskoro yang kamu cari Ntan ?" Ardan meledek Intan."Sepertinya urusan yang sangat penting ya? Apa Baskoro memiliki utang sama kamu?"Intan hanya tertawa "Mana mungkin Baskoro punya utang, justru aku yang punya utang. Dan itulah sebabnya aku mencarinya." segelas jus dan secangkir kopi telah dibawa kehadapan mereka berdua oleh seorang pramusaji bertubuh tinggi."Sepertinya kamu memang sudah sukses sekarang. Syukurlah kalau begitu, memang utang haruslah dibayar kalau ga mau dibawa mati."Uca
Intan menangisi dirinya, kehampaan serasa merenggut seluruh jiwanya. Ditepi danau kecil berair jernih itu Intan meraung menyesali apa yang dilihatnya."Andaikan aku datang kemarin mungkinkah akupaku kesempatan untuk berbicara? Aku ingin membicarakan Bastian. Seorang anak yang telah menunggu sekian lama!"Intan tak sanggup memikirkannya."Baskoro, aku bahkan tidak pernah lupa sedetik pun." Intan menangis sejadinya.Sementara itu Baskoro masih dalam kebingungan. Wanita yang selama ini dicarinya bahkan hadir disaat yang tidak tepat. Karena bingung dia hanya berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Hingga Wulan masuk dan melihat ketegangan Baskoro di wajahnya. Tetapi Baskoro justru berlari keluar dan menyambar motor trail milik Waluyo. Berusaha mengejar Intan yang sudah melaju.Intan mengerem mendadak ketika sebuah motor mendahuluinya dan berhenti tepat didepannya. Dia mengenali pria bermotor itu, tapi Intan tak menyangka Baskoro akan menyusulny
Kesibukan Jakarta membuatnya lebih memberikan kekuatan. Karena ia harus berpacu dengan semua pekerjaan yang tiada henti. Hal itu membuatnya sedikit melupakan kekecewaan yang ia alami .Ia kecewa karena Baskoro telah melupakannya, Ia kecewa karena dahulu Baskoro menuruti saja selembar kertas yang menyatakan mereka bercerai.Seharusnya Baskoro tidak harus benar-benar menceraikannya karena itu hanya palsu belaka. Ini sungguh membuatnya kecewa karena ternyata sekarang dia hanya mantan baginya.Sayangnya Intan belum sempat menunjukkan kartu yang tersembunyi itu. Bastian adalah kartu yang belum ia buka di hadapan Baskoro. Tapi karena pernikahannya itu, Intan tidak siap membuat kekacauan.Intan mengecek berkas-berkas pembangunan jalan yang ada di ruas jalan Merah putih. Karena proyek tahap pertama telah selesai dilakukan. Sejauh ini pekerjaan itu ditangani Multi Projects Maintenance, sebuah sub kontraktor yang dipercaya Wijaya Group. Intan merasa harus men
Baskoro membaca semua artikel yang memuat tentang keluarga Abraham Wijaya. Menelusuri barangkali ada jejak pemberitaan yang menjelaskan dimana Intan selama ini. Baskoro mendapatkan bahwa selama ini Intan pindah sekolah di salah satu universitas Australia. Tidak disebutkan masalah pribadinya kecuali Intan pernah dikabarkan menikah dengan seorang pria anonim dan menjadi janda tanpa anak. Semua berita berkutat tentang itu itu saja.Baskoro belum merasa puas dengan hasil penggalian informasi itu. Lalu dia menelfon Zaki yang kebetulan salah satu staff di gedung Intan bekerja, dia adalah salah seorang teman yang kebetulan sering bertemu di rumah kontrakan di Jakarta dan ternyata mereka bertetangga."Tumben menelfon?" heran karena tiba-tiba Baskoro menghubungi di tempat kerja."Iya, bisakah kita ketemuan waktu makan siang?""Tentu saja bisa, ada apa sebenarnya?""Hmmm, saya butuh sedikit informasi,"Zaki menyanggupi mereka b