Share

4. Rezeki tak terduga

Mereka pun meninggalkan Kafe Mutiara, kafe mama Rangga sesuai namanya. Ya, tante Mutiara adalah mama Rangga. Terkenal dengan kesupelannya dan mudah bergaul dengan teman-teman anak semata wayangnya.

Aku dan Rangga tiba di rumah. Ternyata, Ibu sudah menungguku.

"Assalamualaikum," ucapku sambil menyalami Ibu.

"Walaikumsalam," jawab Ibu.

"Bu De, maaf agak telat, tadi ada insiden dikit di kafe Mama," sesal Rangga.

"Gak apa, baru lewat 15 menit," jawab Ibuku.

"Kalau gitu, Rangga pamit ya Bu De. Bel, minggu depan kita urus berkas bareng Mira ya," tambah Rangga.

"Iya, hati-hati ya," ucapku.

"Assalamualaikum," ucap Rangga sambil menyalami tangan Ibuku.

Ibu tersenyum, "Walaikumsalam," balas Ibu.

Aku dan Ibu masuk seraya memeriksa pintu dan jendela. Ibu memandangku penuh selidik.

"Pacarmu Abella?" ucapnya.

Jika Ibu sudah memanggil nama lengkapku berarti Ibu perlu penjelasan dariku.

"Nggak,Bu. Untuk saat ini teman biasa aja. Gak tau nanti," jawabku jujur.

"Abel gak mau mikir macam-macam dulu Bu. Abel punya cita-cita dan harus bisa mewujudkannya, agar Bapak di sana bisa bangga melihat Abel sukses Bu," ucapku meyakinkan Ibu.

"Ya udah. Ibu percaya sama kamu. Shalat dulu gih. Trus tidur ya. Besok kita nguprek dapur lagi cari rezeki," ujar Ibu.

"Ya, Bu," jawabku sambil berlalu ke dapur bersiap wudhu dan melaksanakan kewajiban.

Keesokan harinya, seperti biasa aku bangun jam 4 pagi. Membantu Ibu mempersiapkan jualan kami, hingga waktu subuh tiba.

Aku segera melaksanakan kewajiban 2 rakaat ku. Setelahnya, seperti biasa setelah terang diluar, aku mengeluarkan semua bahan ke warung kami. Menunggu para pelanggan mencicipi nasi uduk terenak buatan Ibuku.

Satu persatu pelanggan Ibu datang. Ada yang mengajak anak mereka, ada yang hanya sekedar ngopi, ada juga yang makan di tempat. Alhamdulillah warung Ibu selalu ramai. Sesekali juga Ibu dapat borongan katering dan kue. 

Tin...tin... Tiba-tiba sebuah mobil merah berhenti. "Rangga," gumamku.

Rangga turun bersama seorang wanita cantik. "Tante Mutiara", gumamku.

"Assalamualaikum," salamnya.

"Walaikumsalam," serempak aku dan Ibu menjawab.

"Nak Rangga, tumben pagi-pagi gini. Mau beli nasi uduk?" tanya Ibu.

"Nggak Bu De, ini mau ngenalin mama Rangga. Sini, Mah," ajak Rangga.

"Pagi Bu,"sapa Tante Muti sambil menyodorkan tangannya.

Ibu menyambutnya, pagi juga Bu," jawabnya.

"Ini lho Mah nasi uduk terennnnak yang pernah Rangga cicipi. Sambelnya Mak nyoosss, gak ada duanya deh," cerocos Rangga. 

"Nak Rangga bisa aja," ucap Ibu

"Ada yang bisa saya bantu,Bu?" tanya Ibu kepada tante Muti.

"Lagi rame ya. Apa gak mengganggu?" tanya Tante Muti.

"Gak koq Bu. Kan ada Abel. Bel, tolong jaga warung sebentar ya. Ibu mau ngajak mama Rangga ke dalam," pinta Ibu.

"Siap,Bu," jawabku.

"Aku bantuin ya," tawar Rangga.

"Pacar Neng Abel?" tanya ibu yang sedang makan.

Belom sempat aku menjawab Rangga sudah duluan," Bakal Bu, doain ya," ujarnya.

"Nggak koq Bu. Temenan doank," ucapku sambil mencubit lengannya Rangga.

Rangga meringis. "Emang gak boleh ya?" Tanyanya.

Aku pura-pura gak mendengar. Berlalu merapikan meja dan memunguti piring dan gelas kotor para langganan lalu menyimpannya sementara di tempat pencucian.

Sementara di rumah Ibu dan tante Mutiara sedang mengobrol.

"Ada apa ya, Bu?" tanya Ibu penasaran.

"Begini Bu Warsih. Saya ada rencana mau ngajakin Ibu kerjasama di kafe saya. Kan menu nasi uduk di sana masih belom ada. Jadinya, saya pengen Ibu bikin nasi uduk untuk tambahan menu di kafe saya, gitu Bu," jelas mama Rangga.

"Sebab kata Rangga nasi uduk Ibu enak. Dan saya percaya sama lidah anak saya, soalnya dia pencicip yang unggul, he..he..he..,"tambahnya lagi.

"Oalah, ma kasih tawarannya. Tapi bagaimana ya. Apa saya yang harus masak disana atau bagaimana? Soalnya disini langganan saya mau cari jajanan dimana kalau saya pindah kesana Bu?" Tanya Ibuku.

"Nggak Bu. Ibu hanya masak aja sama lauk pauknya lengkap. Terus diantar deh ke kafe saya. Ibu tinggal hitung borongannya berapa saya bayar cash hari itu juga. Masalah menunya habis atau nggak itu urusan saya, bagaimana Bu?" Tanya Tante Muti.

"Tapi nanti Abel sudah mulai kuliah mungkin gak ada yang bisa nganter Bu. Kalau pake grab atau gojek saya khawatir berantakan ntar isinya," jawab Ibu lagi.

"Owh kalau itu Bu Warsih juga gak perlu memikirkannya. Ntar sopir pribadi saya yang bolak balik kesini ya," jelas tanta Muti. 

"Dan untuk tahap awal saya minta Ibu buatkan 100 porsi aja dulu buat besok pagi. Nanti dandang nasi dan tempat untuk sayur dan sambal serta kerupuknya dari saya. Ibu tau masak aja disini, bagaimana Bu?" Tambah Tante Muti.

"Alhamdulillah. Mau Bu, mau banget. Jadi bisa buat tambahan ongkos anak saya kuliah," senyum Ibu sumringah.

"Baik Bu. Dan satu lagi. Jika seandainya saya kekurangan nasi nya, satu jam sebelumnya saya bilang Ibu bikin lagi, Ibu sanggup kan? Siapa tau pelanggan saya cari nasi uduk sampe malam kan?" Jelas tante Mutiara.

"Sanggup Bu, Inshaallah saya sanggup, karena stock kerupuk sama ikan teri dan kacangnya memang saya buat banyak buat seminggu," jawab Ibu menyanggupi.

"Alhamdulillah. Kalau begitu ini tunai 1 jt buat 100 porsi Bu. Diterima ya," ucap tante Muti.

"Alhamdulillah, ma kasih banyak Bu. Semoga rezeki Ibu selalu dimurahkan Gusti Allah," jawab Ibu dengan suara bergetar.

"Aamiin. Doa yang sama buat Ibu dan Abella ya. Ngomong-ngomong, suami Ibu?," tanya mama Rangga.

"Sudah mangkat Bu, 2th yg lalu,"jawab Ibuku.

"Owh, maaf, Rangga gak cerita soalnya,"sesal tante Muti.

"Gak apa-apa, Bu," jawab Ibuku.

"Kalo gitu saya pamit dulu ya Bu, soalnya jam 8 kafe saya udah buka, takut karyawan saya cariin saya, permisi," pamit tante Muti.

"Ya Bu. Sekali lagi terima kasih Bu,"jawab Ibuku senang.

Senyumnya terus mengembang dari tadi.

"Ya, sama-sama," jawab Mama Rangga.

"Rangga, yuk kita pamit. Kafe sebentar lagi buka," ajak mama Rangga.

"Bentar Ma, tanggung cuci piring sebentar lagi kelar,"jawab Rangga.

"Ngga, biar aku aja,"jawabku

"Ah...nanggung," balasnya.

Akupun membiarkan Rangga menyelesaikan tugasnya dan mendatangi Ibu dan Tante Muti.

"Tante, ini tadi Bella bungkusin buat tante dan Rangga. Soalnya kalo gak di simpen bakal habis terus sama pelanggan. Semoga cocok dilidah Tante ya,"tawarku sambil menyodorkan 2 bungkus nasi uduk buatan Ibu.

"Aduuh, ma kasih. Nanti kita bikin nasi uduk Ibumu terkenal seantero Jakarta," ucap Mama Rangga.

Aku mengkerutkan dahiku, tanda tak mengerti ucapan tante Mutiara.

"Beres Mah. Urusan sama Bu De beres juga Ma?" Tanya Rangga.

"100 persen," jawab Tante Muti.

Aku semakin tak mengerti. Apalagi kulihat senyum Ibu sepertinya dari tadi selalu tersungging dibibirnya. Aneh, batinku.

"Kami pamit ya Bu De, Bel," ucap Rangga.

"Jangan lupa minggu depan  urus berkas sama-sama," ucap Rangga.

"Iya, sip," balasku.

Mereka memasuki mobil dan berlalu dari hadapan kami. Ibu memelukku sambil menarik tanganku ke arah warung.

"Tutup warung yuk, udah habis semua"ajak Ibu. 

"Tumben Bu, biasanya ada ronde ke dua buat sampe malam,"tanyaku heran.

"Ada, ntar malam ronde ke duanya. Ketiga, keempat, dan seterusnya," jawab Ibu asal.

"Apaan sih Bu, bikin penasaran aja deh," tanyaku.

"Ada deh, pokoke buruan beresin abis itu kita kepasar belanja bahan jualan,"jawaban Ibu semakin bikin aku penasaran. 

Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang.

πŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’•

Penasarankan dengan kelanjutannya?? Diawal cerita emang datar ya gengs, karena thor kepengen munculin konflik nanti setelah Abella berada di bangku kuliah.

Pantengin terus ya sayang❀

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status