Share

5. Rencana Masa Depan

Dengan bersenandung aku membereskan semua dan mengelap meja dan kursi dan memindahkannya ke pojok ruangan. Dan menutup warung, dan segera mengikuti Ibu dari belakang.

"Pesan grab Neng, kita ke pasar sekarang," titah Ibu.

"Siap," jawabku.

Aku segera mendeal aplikasi grab dan memesan taksi. Berselang 15 menit grab pun datang. 

"Ke pasar ya Cempaka Putih ya Bang," ucap Ibuku.

"Baik Bu," ujar si sopir.

Sepanjang perjalanan aku memainkan gawaiku. Tiba-tiba notif berbunyi.

Mira :" Hallo Abella, sorry chatmu baru masuk. Aku ganti HP soalnya."

Aku :" Cie...cie... yang HP baru. Pasti merk buah digigit kan?

Mira :"tau aja. Hadiah dari papa. Trus...trus... gimana kelanjutan Rangga?"

Aku :"Rangga kemaren kerumah sama mamanya."

Mira : "Hah!!! Ngapain? Jangan bilang pengen ngelamar elo ya? Ha...ha...ha...

Aku : "Huzzz... ngawur. Tante Muti ngasi Ibu job. Ini lagi mau ke pasar belanja buat orderan di kafenya besok. 100 porsi Mir!!!"

Mira : " waaaah. Gue ketinggalan banyak cerita kayaknya Nih."

Aku : "Gak ada yg istimewa koq. Eh ya, minggu depan elo udah balik kan? Rangga ngajakin ngurus berkas sama-sama."

Mira : " Ngajakin elo?"

Aku : "Nggak, ngajakin kita lah. Elo dan gue.

Mira : "Beneran? Tumben."

Aku : " Iya makanya. Aku juga bilang tumben."

Mira : "Elo gak curiga. Dia moduzzz."

Aku : " Modus gimana?"

Mira : " Beg*ok amat Lo Bel. Pedekate gitu si Rangga ma Elo. Secara ya, dia gak lernah nyapa elo cuma pas perpisahan aja kan. Selama ini dia cuek bebek juga ma gue. Tegor sapa sih, tapi kan gak sering-sering amat."

Aku : "Tau ah..."

Mira : "Atau jangan-jangan, elo ngarep ya ditembak dia? Ha...ha...ha..."

Aku : "Ngasal. Btw, pulang bawa tentengan ya."

Mira : "Pasti cui.. Elo sobat gue yang bakalan pertama gue anterin tentengan."

Aku : "Thanks ya. Salam sama Om."

Mira : "yupzz."

Obrolan pun terhenti karena ternyata kami sudah sampai di Pasar Cempaka. Ibu segera turun dan membayar obgkos taksi.

Aku mengekori dari belakang. Kulihat Ibu menuju pedagang beras. Beliau mengangkut 4 karung beras 5 kg an.

"Bu, koq banyak? Biasanya juga 1 karung aja," tanyaku terheran-heran.

"Huzz, ikut aja,"jawab Ibu sambil tertawa.

"Iya deh," jawabku sambil memanyunkan bibirku.

Kembali Ibu menyusuri pasar. Ke pedagang sayur, membeli kacang, ikan teri, kerupuk, bawang, dan semua bahan yang sepertinya akan Ibu simpan untuk stock beberapa hari.

Sambil mengekori Ibu, aku berbisik,

" Bu, memangnya berapa borongan dari Tante Mutiara?" tanyaku penasaran.

"Eeemmm... sekitar 2x lipat dari penghasilan kita sehari-hari," jawab Ibu sumringah.

"Berarti sekitar 1 juta donk Bu," jawabku.

"Pinter calon dokter," jawabku Ibuku yang tak henti tersenyum.

"Dan itu inshaallah akan berlangsung lama," jawab Ibu.

"Waaah, berarti Ibu taken kontrak donk dengan Tante Muti," selorohku.

"Dan aku pasti kecipratan donk, 25 persen juga boleh, ha...ha...ha..., jawab ku sambil tertawa..

Upz, aku menutup mulutku. Lupa kalau ini di pasar. Lagi rame-ramenya.

Selesai berbelanja, dan semua barang belanjaan ada di depan, aku segera memesan g*ab lagi. Berselang 10 menit, taksi datang dan kami segera pulang.

Dirumah.

"Taroh aja semua diteras Bang," ucapku kepada babang sopir.

"Iya Neng," jawabnya singkat.

"Mau ada hajatan kah Bu," sapa tetangga sebelah rumah.

"Eh, Bu Rahmah. Gak Bu. Buat jualan kayak biasa. Ini sengaja belanja buat stock beberapa hari," jawab Ibu.

"Owh iya Bu. Saya masuk ke dalam dulu ya," ujarnya.

Beruntungnya para tetangga disini gak ada yang usil. Padahal Ibu jarang belanja sebanyak ini. 

"Bawa masuk Bel," titah Ibu.

"Ya," jawabku singkat.

Gegas aku memasukkan semua belanjaan ke dapur. Kemudian bergegas aku mengambil wudhu karena waktu udah menunjukkan pukul 5 sore. Kegiatan lain aku tunda dulu. Takut waktu ashar keburu habis. 

Setelah shalat, aku duduk di sofa peninggalan ayahku. Ibuku juga menyusulku.

"Bel, alhamdulillah Mama Rangga ngasi jalan rezeki buat kita. Buat tambahan kuliah kamu Bel," ucap Ibu.

"Dan maaf, Ibu gak sempat cerita. Habisnya sangking senangnya gitu. Gak tau mau mulai dari mana ngomong sama kamu," tambah Ibu lagi.

"Tinggal ngomong lah Bu ee, apa susahnya," jawabku tersenyum.

"Terus, cara kerjanya gimana Bu dengan mama Rangga?" Tanyaku.

"Gak susah. Kita tinggal masak aja. Nanti sopir nya Bu Mutiara yang bakal bolak balik kesini ngambil barangnya. Alat-alat juga semua dari sono," jawab Ibuku.

"Tapi, bu..Enggg.." aku menggantung kalimatku.

"Tapi, apa Nduk?" Tanya Ibu.

"Mulai minggu depan Abel udah bolak balik kampus Bu. Pulang-pulang capek mungkin gak bisa maksimal bantuin Ibu. Gak apa?" Sesalku.

"Oalah, itu jangan kamu pikirin. Ibu udah minta bantuan bu Rahmah tetangga sebelah buat bantu-bantu Ibu selama kamu kuliah,"jawab Ibu.

"Bu Rahmah gak keberatan?" Tanyaku.

"Nggak. Malahan beliau senang bisa dapat uang tambahan katanya," jawab Ibu.

"Yang penting kuliahmu lancar. Calon dokter, ya Gusti," jawab Ibu sambil menarik tubuhku ke dekapannya.

Suasana berubah haru. Aku menangis. Ibu juga. Serasa mimpi bisa memasuki Universitas kebanggaan yang ada di Jakarta ini.

Minggu depan aku sudah mulai sibuk dengan berkas-berkas dan perkuliahanku. Meskipun aku tetap tinggal dirumah, tidak kost seperti mahasiswa pendatang lainnya, tapi rasanya meninggalkan Ibu untuk belajar dari pagi hingga menjelang siang bahkan ke sore, pastilah membuat Ibu kesepian.

Tapi demi cita-cita ku, dan juga mewujudkan mimpi mendiang Bapak, aku harus tegar. Harus bisa menepis semua kesedihan.

Ibu, bidadari tak bersayapku, akan aku jaga sampai akhir menutup mata.

Sehatkan beliau ya Allah. Hanya Ibu harta yang aku punya. Seribu berlian pun tak akan bisa menggantikan posisinya di hatiku.

πŸ’–πŸ’–πŸ’–πŸ’–πŸ’–πŸ’–

Up sampe sini dulu ya gengs...

Thor netesin air mata juga sambil membayangkan Bu Warsih adalah Ibu thor.

Tak akan tergantikan Mah kasih sayang Ibu.

Kalian juga kan gengs??

Pastinya...

Next Thor akan Up perjalana Abella menuju kampus impian mengejar cita-cita yang sudah lama di impikan.

Pantening terus ya Gengs...

Selamat sore...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status