“Sayaang..!!” Devano setengah berteriak memanggil istrinya. Ia mencari-cari dimana Kasandra berada. Setelah memeriksa taman dan ruang dapur akhirnya Devano masuk kekamarnya. Ia menemukan istrinya yang tengah berbaring santai sambil menonton acara televisi.
“Sayaaaang..!!” Devano kembali menyapa lembut istrinya.
Kasandra merentangkan kedua tangan menyambut kedatangan suaminya. Dengan mesra ia rengkuh kepala Devano kepelukannya.
“Maaf, tadi aku mengabaikanmu !” Ujar Devano merasa bersalah.
“Tidak apa-apa sayaang.” Jawab Kasandra dengan perasaan galau.
Devano menceritakan tentang Dendi kepada kasandra. Kasandra mendengarkan dengan dan mulai mengerti alasan kedekatan Devano dan Dendi.
“Kamu menyuruh Dendi tinggal disini..?” Tanya Kasandra dengan mata membesar ketika Devano mengatakan bahwa Dendi akan tinggal serumah dengan mereka.
“Pliis Ratu..!! Mohon diizinkan. Dia sahabat hamba sudah sejak lama.”
“Mohon Ratu berkenan mengizinkan .“ Jawab Devano memohon dengan gaya yang kocak berusaha mencairkan kekakuan.
Ia merasa bersalah karena tidak meminta persetujuan istrinya terlebih dahulu. Kasandra hanya menarik nafas dalam-dalam.
“Komplek perumahan ini masih sepi sayang.”
“ Aku khawatir jika suatu hari aku harus keluar kota. “
“Jika Dendi ada disini ia bisa menjagamu.” Papar Devano menjelaskan maksudnya.
Kasandra tidak bisa menolak kemauan suaminya. Ia takut Devano akan curiga bila ia bersikeras menolak kehadiran Dendi. Kasandra menghela nafas dalam-dalam lalu membuang keluar seakan ingin melepaskan kegundahan dihatinya.
“Okelah..!!” Jawab Kasandra tidak mau berdebat.
Devano mencium kening istrinya dan mengucapkan terima kasih atas pengertian Kasandra.
===
Dendi duduk menyendiri ditaman samping rumah milik Devano dan Kasandra. Ada perasaan tidak nyaman yang ia rasakan sejak berada dirumah itu. Tapi dirinya tidak mampu menolak keinginan Devano. Suara gurauan mesra Kasandra dan Devano dari dalam kamar mereka mengusik dan menusuk perasaan Dendi. Ia merasakan kecemburuan yang tak mampu ia tepiskan.
“Oooh Tuhaan..”
“Mengapa semua ini harus terjadi...?” Keluh Dendi dalam hati.
Berkali-kali ia menghela nafas panjang. Sepuluh puntung rokok sudah ia buang kedalam sebuah asbak yang menjadi saksi kegalauan hatinya.
“Sayaang.. sakiit..!!” Terdengar teriakan lembut Kasandra dari kamarnya.
“Pelan-pelan yaa..!!” Suara Devano lembut membujuk istrinya.
Dendi memukul keningnya sendiri. Suara-suara dari kamar itu begitu menyiksanya. Rasa cemburu seakan membunuhnya seketika.
“Inilah yang dirasakan Sandra ketika aku menikah dulu.” Keluh Dendi penuh sesal.
“Sekarang aku baru bisa merasakannya. Ternyata begitu sakit.” Gumamnya sendiri yang lebih mirip dengan rintihan
“Dulu Sandra melarikan diri kekota ini karena tidak sanggup menyaksikan pernikahanku.
Dan kini karma berlaku padaku dimana aku harus mendengar dan melihat kemesraan Sandra dengan suaminya.”
“Dan mengapa harus Devano suaminya..?”
“Mengapa tidak laki-laki lain saja ?” Dada Dendi makin bergemuruh. Dia mengepalkan tinjunya dan menghantamkan kepapan sandaran bangku yang ia duduki.
“Braaaak..!!”
====
Pagi itu Devano dan Kasandra sudah bersiap berangkat kekantornya. Hari ini adalah hari pertama mereka kembali kekantor setelah seminggu menikmati bulan madu. Walau bulan madu dirumah saja tapi tidak mengurangi kebahagiaan kedua pengantin baru itu. Dendi mengikuti langkah Devano dan Kasandra yang berjalan bergandengan didepannya. Ia merasa dirinya bagaikan seekor sapi ompong yang sedang dipecundangi.
“Selamat menempuh hidup baruuu..!!!” Terdengar sapaan riuh dari para karyawan Devano menyambut kedatangan mereka. Mereka turut berbahagia atas pernikahan dua insan yang serasi itu.
Taburan bunga membanjiri lantai.
Para karyawan dan karyawati yang ikut berbahagia menyirami tubuh Devano dan Kasandra dengan kelopak-kelopak mawar berwarna-warni. Devano dan Kasandra tertawa bahagia. Mereka saling berpelukan ditengah curahan hujan kelopak mawar yang bertaburan.
Dendi hanya menghela nafas panjang. Ia teringat saat ia melangsungkan pesta pernikahan dengan Andini. Saat itu ia merasakan hatinya sangatlah dingin. Tapi hari ini ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri betapa Kasandra nampak sangat bahagia.
“Ooh, mungkin inilah karma yang harus aku terima.” Keluh Dendi dalam hati.
Setelah acara penyambutan kedua pengantin usai, kini saatnya mereka kembali bekerja. Petugas kebersihan sudah selesai membersihkan taburan kelopak mawar yang tadi berserakan diatas lantai. Devano dan Kasandra memasuki ruang rapat. Dibelakang Dendi mengikuti dengan kepala sedikit tertunduk.
“Selamat pagi semua..!” Sapa Devano memulai acara rapat pagi itu.
“Pagi Paaak !” Sahut para anggota sembari memberi hormat.
“Pagi ini perlu saya sampaikan bahwa kita akan segera memulai proyek perumahan yang saya beri nama “KASANDRA PARK”. Ujar Devano sambil tersenyum melirik istrinya yang duduk disampingnya.
Perumahan ini adalah type elite dan pengerjaanya harus sangat teliti supaya menghasilkan bangunan yang kokoh serta pemandangan yang indah didalamnya.” Devano melanjutkan pengarahannya. Semua mata peserta rapat tertuju kepadanya. Direktur muda itu dikenal sebagai pimpinan yang sangat baik dan rendah hati. Semua pegawai disana sangat menghargai Devano.
“Untuk memimpin proyek ini saya beri kesempatan kepada istri saya Kasandra !” Sambung Devano yang disambut tepuk tangan dari para anggota Rapat.
‘Dan pada pagi ini saya juga ingin memperkenalkan sahabat saya yaitu Bapak Dendi yang nantinya akan menjadi arsitek dari proyek yang akan kita bangun !” Sambung Devano menjelaskan dan memperkenalkan Dendi pada semua peserta rapat.
Dendi dipersilahkan memperkenalkan diri dan sejenak kemudian mereka telah nampak akrab membahas perencanaan proyek yang akan dilakukan. Dendi nampak begitu bersemangat menjelaskan site plan perumahan yang akan mereka kerjakan. Kasandra juga nampak sibuk berbincang dengan beberapa manager yang membawahi bidang masing-masing.
Devano tersenyum senang melihat Dendi sudah mulai larut dalam kesibukan bekerja. Ia yakin dan percaya Dendi mampu memberikan karya yang luar biasa pada proyek besar ini. Sejak kuliah Devano sudah tahu bagaimana kemampuan Dendi membuat desain bangunan yang indah serta nampak elegan.
Menjelang siang rapat baru selesai. Semua pegawai nampak begitu sumringah menyambut pengerjaan proyek baru mereka. Bonus yang sangat besar terbayang dalam benak mereka masing-masing jika proyek ini berhasil mencapai target penjualan tertinggi. Devano terkenal sebagai Bos yang sangat royal pada anak buahnya yang mau bekerja keras dan berprestasi. Dan alasan itulah Devano sangat dicintai oleh seluruh pegawainya.
=====
“San, aku ingin kamu mengoreksi dulu site plan yang aku buat !” Ujar Dendi begitu ia berada dihadapan meja kerja Kasandra.
Kasandra menerima lembaran kertas berukuran besar yang disodorkan Dendi lalu meletakkan begitu saja dimeja kerjanya.
“Mengapa kamu datang kedalam kehidupanku..?!” Kata Kasandra seperti tidak menyukai kehadiran Dendi diperusahaan dan kehidupannya.
“Aku bukan maksud mengganggu kehidupanmu !”
“Aku butuh pekerjaan Sandra.” Jawab Dendi lirih seperti memelas.
“Butuh pekerjaan.?”
“Haa..! Bukankah kamu telah menikahi seorang putri bangsawan yang memiliki banyak harta.” Jawab Kasandra terdengar ketus.
“San, aku mohon.. jangan bahas masalah itu lagi. Aku tidak ingin Devano tahu tentang cerita masa lalu kita !” Seru Dendi memotong ocehan Kasandra.
Ia dapat memahami sakit hati yang dirasakan Kasandra. Orang tua Dendi pernah menghina Kasandra dengan membandingkan status sosial keluarganya dengan keluarga Andini yang kaya raya.
“Tolong.. Aku butuh pekerjaan ini.” Sambung Dendi sedikit menekuk wajahnya.
“Kamu lihat Dendi, begitu cepat karma bekerja !"
"Dulu aku kalian hina. Tapi sekarang kamu memohon pekerjaan kepadaku !” Tandas Kasandra menumpahkan sakit hati yang ia simpan selama ini.
“Yaa, aku mengaku salah San.”
“Tolong maafkan aku.” Sahut Dendi lirih.
Kasandra memandang lelaki yang pernah ia cintai itu. Jauh didalam lubuk hatinya masih bersemi bunga cinta. Tapi rasa sakit hati yang ia tanggung selama ini membuat hatinya terasa kelabu.
Dendi meninggalkan ruangan Kasandra dengan perasaan galau.
“Den..!!” Sebuah suara memanggil Dendi.
“Eh Dev.. !!“ Jawab Dendi menghentikan langkahnya.
“Kamu sudah bicarakan proyek ini dengan Kasandra ..?” Tanya Devano sambil membarengi langkah Dendi.
“Sudah. ..! Aku telah memberikan desain padanya .” Jawab Dendi tersenyum.
“Aku berharap proyek ini sukses besar Den !”
“Keluarkan semua kemampuanmu disini..!” Ucap Devano bersemangat sambil menepuk bahu sahabatnya.
“Siap Pak Bos..” Jawab Dendi bercanda.
Mereka nampak sangat akrab. Tawa lepas terdengar meriah dari dua orang sahabat dekat ini.
Dari jauh Kasandra memandang dengan hati tak menentu. Kehadiran Dendi dalam hidupnya kini terasa sangat mengusik dan sedikit menggangu.
Upacara pemakaman Kasandra cukup menguras air mata. Dendi dan Devano turut serta menyambut jenazah Kasandra dan membaringkannya di liang lahat. Ucapan doa tak putusnya mereka penjatkan kepada Tuhan yang maha esa agar Kasandra mendapat ampunan atas segala kesalahan yang telah ia perbuat selama hidup di dunia.Setelah tanah di timbun, mereka duduk mengitari gundukan tanah yang masih basah. Devano mengusap papan nisan Kasandra dengan hati nelangsa.“Selamat jalan istriku, semoga arwahmu tenang di sana.” ucap Devano lirih.Sebelum meninggalkan pusara Kasandra mereka semua memanjatkan doa bersama yang di pimpin oleh Rio.*Tiga bulan berikutnya Devano menikah dengan dengan Dr. Silva yang pesta pernikahannya di samakan dengan Andini dan Rio. Mereka hanya menggelar pesta sederhana namun cukup hikmat dan penuh bahagia.Devano dan Dr. Silva menempati sebuah kamar di rumah Mirna. Hal itu adalah permintaan Mirna dan Sofina agar mereka bisa mengasuh Dea
Satu jam kemudian Dr. Silva dan Andini sudah sampai di halaman rumah sakit. Hari sudah mulai gelap lampu halaman rumah sakit di nyalakan dengan sinar temaram.Dengan bergegas mereka memasuki gedung rumah sakit dan setengah berlari menuju ruangan Kasandra.Di sana sudah terlihat Devano, Dendi dan Rio serta Dr. Veno mengelilingi tempat tidur Kasandra. Kasandra berbicara terbata-bata dan ia kini sedang memegang tangan Devano. Suaranya lirih kadang tidak jelas terdengar.“Ada apa Ven?” tanya Dr. Silva kepada Veno yang berdiri di bagian kepala Kasandra.“Terminal lucidity !” ujar Dr. Veno tapi lirih berbisik ke telinga Dr. Silva.“Haaah..??” Dr. Silva berteriak tertahan lalu menutup mulutnya dengan telapak tangannya.Sebagai Dokter tentu ia tahu istilah terminal lucidity yang barusan di sebutkan oleh teman sejawatnya itu.Terminal lucidity adalah istilah bagi pasien yang tiba-tiba sehat tapi akan meninggal dalam
“Oh Andini ingin bertemu? Ada apa ya?” Dr. Silva baru memeriksa ponselnya setelah keluar dari ruangan Kasandra, dan melihat Andini mengirim pesan untuk bertemu dengannya.Andini juga mengirimkan lokasi yang nampaknya di pantai tempat ia dan Kasandra pernah bertemu sebelum ia berangkat ke Amerika.(Otw)Send...Dr. Silva segera membalas pesan Andini mengatakan bahwa dirinya sedang menuju ke tempat Andini menunggu. Ia lalu berpamitan kepada Dr. Veno dan langsung dengan mobilnya menuju lokasi yang di kirimkan Andini.Jalanan yang cukup macet menjelang sore itu membuat perjalanan sedikit terhalang.Sementara itu Andini masih menunggu kedatangan Dr. Silva di tepi pantai. Ia menikmati suasana sore yang cukup cerah di pantai yang tidak terlalu ramai itu.Hanya beberapa orang saja nampak bermain di bibir pantai sekedar berkejaran dengan ombak. Kebanyakan dari mereka adalah pasangan muda mudi yang mungkin tengah mengukir janji.Hampir
"Aku tidak tahu harus berdiri di mana dan berpihak kepada siapa.” ucap Andini lirih sambil menyeruput orange jus di depannya. Kemelut nampak bergayut di matanya yang menerawang memandang arah tak tentu.Rio yang duduk berhadapan dengannya yang hanya di pisahkan oleh sebuah meja, terlihat mengangkat bahunya. Lelaki itu masih membolak-balik album menu makanan yang ingin ia pesan untuk hidangan siang itu.Tak lama kemudian Rio menemukan menu yang sesuai dengan seleranya lalu memanggil pelayan dan memesannya. Andini yang sudah terlebih dahulu memesan makanan untuknya, kini sibuk mengaduk-aduk orange jus. Pikirannya menerawang memikirkan Devano dan Dr. Silva. Andini merasa, mereka berdua sudah menjadi bagian dari dirinya. Kalau salah satu dari mereka bersedih, Andini pun akan merasa kehilangan kegembiraannya.“Aku juga tak habis pikir kenapa Silva berpaling secepat itu dari Dev. Kabarnya Silva akan menikah dengan Dokter Veno.” sambung Andini dengan nada p
Siang itu Dr. Veno memanggil keluarga terdekat dari Kasandra yang merupakan pasiennya. Mereka di kumpulkan di ruang kerjanya guna untuk membicarakan langkah-langkah yang memungkinkan untuk merangsang kesadaran Kasandra yang hampir dua minggu mengalami koma.Di dalam ruangan itu sudah duduk Devano sebagai suami pasien dan Dendi yang menggendong Dean. Tak lama kemudian Dr. Silva masuk dan langsung di persilahkan oleh Dr. Veno untuk duduk di sebelahnya. Dr. Silva segera menduduki kursi yang telah di sediakan Dr. Veno untuknya, tanpa menoleh apalagi menyapa Devano yang telah lebih dahulu berada disana.“Baiklah, saya akan menjabarkan kondisi terkini dari pasien yang bernama Nyonya Kasandra.” ucap Dr. Veno memulai pembicaraan.“Secara medis, kami dari pihak rumah sakit telah melakukan serangkaian usaha penyembuhan dan pemulihan kesadaran dari pasien kami, Nyonya Kasandra.”“Tapi perlu saudara-saudara ketahui bahwa, pengobatan medis tidak
Tok tok tok...Pintu ruang kerja Devano diketuk.“Masuk!” teriak Devano dari dalam tanpa mengangkat wajahnya. Pagi itu ia cukup sibuk dengan pekerjaannya yang sudah beberapa hari ia tinggalkan.“Dev!”Sapaan yang barusan menerpa pendengarannya membuat Devano segera memalingkan wajah dari layar laptop yang ada di mejanya ke sumber suara barusan.“Silva...!!” teriak Devano hampir tak percaya. Wajahnya langsung sumringah.Seminggu yang lalu Dr. Silva sudah berangkat ke Amerika untuk mengikuti study program terbaru bayi tabung. Sejak kepergian Dr. Silva, mereka putus kontak karena Dr. Silva telah mengganti semua saluran informasi kepadanya. Kepada Sofina Mama-nya, Dr. Silva juga berpesan agar tidak memberi tahu Devano nomor kontaknya di Amerika.“Kamu sudah pulang, Sil?” ucap Devano dengan mata berbinar.“Iya Dev. Aku mendengar berita tentang tragedi yang menimpa Kasandra dan putranya Dean. Aku memutuskan pulang untuk menjenguk mereka.” jawab Dr. Silva.Sejena