Share

Masa Lalu Loli

Beruntung film dewasa itu berhenti ketika aku hampir mau muntah. Setelah itu, Loli memintaku mengenakan bajuku kembali. Loli meminta maaf kepadaku setelah keluar dari kamar training.

Dia sengaja melakukan semua itu agar Mami Amoy masih percaya dengan kesetiaannya selama ini. Rupanya dia hanya berpura-pura menikmati adegan dalam film dewasa itu.

Aku segera masuk kamar dan memeriksa adakah kamera CCTV terpasang di kamarku. Rupanya apa yang dikatakan Loli benar. Ada alat terpasang di pojok langit-langit kamarku. Itu adalah kamera CCTV yang selama ini tidak pernah kutahu. 

Mulai saat itu juga, aku selalu memakai baju atau kaos panjang meskipun di dalam kamar. Saat malam tiba pun aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut tebal yang ada di  dalam kamar tidurku. 

Sial bagiku. Saat tidur suara-suara dalam adegan film dewasa yang diputar tadi kembali terngiang-ngiang dalam pendengaran dan pikiranku. Aku berusaha mengusirnya dengan membaca istigfar dan membaca surat-surat pendek. Sayang, upayaku tak mempan. 

Lalu aku meraih ponsel baruku. Kusambungkan dengan wifi sebagaimana Loli mengajariku. Lalu kubuka youtube berisi pengajian ustad terkenal yang sangat santun bicaranya. Aku tidur sambil mendengarkan pengajian itu. Lama kelamaan aku tidak mendengarnya lagi. Semuanya menjadi gelap dan aku tertidur.

******

Loli kerap berkunjung ke kamarku setelah dia mengajariku di kamar training. Dia banyak bercerita tentang masa lalunya dan mengapa dia sampai terjerumus ke tempat ini.

Rupanya dia hanya mencari pelampiasan setelah pacarnya selingkuh dengan teman akrabnya sendiri.

Sudah tiga tahun dia bekerja dengan Mami Amoy. Selepas lulus SMP dia telah kehilangan keperawanannya. Dia dijebak oleh temannya yang kemudian melarikan diri karena telah menjualnya kepada Mami Amoy.

Aku baru tahu bahwa ternyata Loli juga tidak berniat untuk bekerja di tempat ini.

“Apakah Kamu tidak bosan dengan pekerjaanmu?” tanyaku kepada Loli.

“Tentu bosan, Ras.  Aku tidak bisa ke mana-mana. Hidupku hanya habis di rumah ini dan di tempat karaoke. Tak ada libur kerja selama ini. Bahkan, saat Ramadhan pun Mami Amoy masih melayani pelanggan via online.”

“Berarti kafe dan karaokenya masih buka di bulan Ramadhan?”

“Ya, Ras. Tentu dengaan sembunyi-sembunyi.”

Loli menghirup udara dalam-dalam.

“Entah sampai kapan aku akan melakukan pekerjaan ini. Sebenarnya aku capek dan merasa tidak punya harga diri sebagai seorang perempuan. Meskipun uang yang kuterima banyak, tapi itu nggak membuatku bahagia,” ucap Loli dingin.

“Aku ingin segera keluar dari tempat ini?” Aku memegang tangan Loli.

Loli tersenyum. Dia mengelus pucuk kepalaku.

“Tidak semudah itu bisa keluar dari tempat ini. Bahkan, dulu juga sering ada razia dari aparat. Namun, nyatanya tempat ini lolos dan tidak ditutup.” Loli memandangku dengan tatapan serius.

“Mengapa bisa begitu?” tanyaku.

“Mami punya anak buah di luar kampung yang selalu mengabarkan jika ada razia oleh aparat.”

“Warga di sekitar sini nggak curiga dengan keluar masuknya mobil dan motor pada malam hari?”

“Warga pun sempat melaporkan ke aparat. Namun, ya Mami sudah mengantisipasi razia itu.”

Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar. Kepalaku terasa pening memikirkan jalan keluar untuk meloloskan diri dari tempat ini.

Benar kata Loli. Bagaimana mungkin bisa keluar dari tempat ini jika semuanya dalam pengawasan kamera CCTV ? Para pengawal Mami Amoy juga  terus memeriksa lingkungan rumah secara bergiliran.

Tidak ada kesempatan untuk keluar tanpa sepengetahuan Mami Amoy.

“Sebenarnya  aku ingin sepertimu, tetap bisa  menjaga sholat lima waktu. Namun, rasanya diri ini sudah terlanjur kotor karena banyak bermasiat dalam pekerjaan yang kulakukan setiap harinya,” ucap Loli.

“Saya juga nggak tahu apakah sholatku diterima oleh Allah karena mengerjakannya di tempat maksiat seperti ini. Namun, saya pernah dengar dari ustad yang lagi viral di youtube karena melakukan dakwah di tempat karaoke. Katanya jika kita masih banyak melanggar perintah Allah, jangan pula kita melupakan perintah-Nya sama sekali. Masalah hidayah itu bukan urusan kita. Kita tidak akan pernah tahu sampai kapan akan terus di tempat ini. Yang penting udah ada niat untuk segera meninggalkan tempat ini,” kataku mengulangi apa yang kulihat dan dengar dari ceramah ustadz di youtube yang lagi viral.

“Baiklah, mulai besok aku akan beli mukena dan mulai sholat lagi,” kata Loli.

“Kamu boleh pake mukenaku dulu gapapa,” kataku menawarkan diri.

“Nggak usah Ras, biar aku pake mukenaku sendiri,” tolak Loli dengan halus.

Kami pun menyudahi obrolan karena Loli harus bekerja di karaoke tepat pada pukul tujuh sudah harus sampai di tempat kerjanya. Sementara aku juga harus istirahat karena besok harus melayani Om Bram di pagi hari seperti kemarin.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status