Share

Training

Usai sholat dhuhur aku membaca al Qur’ an. Baru dapat selembar, pintu kamarku diketuk dari luar. Kubuka pintu kamar. Muncullah lelaki tegap yang mengantarkanku ke Om Bram.

“Jangan baca Al Qur’an di tempat ini. Kalo Mami Amoy tahu, bisa dibakar. Bawa kemari al Qur’annya!” pintanya. 

Aku menyerahkan Al Qur’an kepadanya. Sebelum dia hendak pergi aku  sengaja memanggilnya.

“Mas! Bolehkah saya minta tolong?”

“Minta tolong apa?”

“Saya ingin beli ponsel baru. Merknya terserah yang penting seharga dua juta. Ini ada lima ratus buat ongkos belinya,” kataku sambil menyerahkan uang kepada lelaki itu.

“Namaku Saiful. Kamu boleh minta tolong apa saja kepadaku, selain ingin kabur dari tempat ini,” ucapnya datar.

“Baik Mas Saiful, terima kasih,” Aku menutup kamarku. 

***

Selama tiga hari bekerja di rumah Mami Amoy aku telah belajar banyak tentang situasi kerja yang sesungguhnya. Ternyata kamar tempatku tinggal adalah tempat melakukan transaksi jasa pelacuran. Ada dua belas perempuan yang bekerja sebagai Pemandu Lagu. 

Namun, jika ada pelanggan yang ingin menyewa untuk melakukan transaksi open B0, baru boleh masuk rumah Mami Amoy. Menurut Loli ada dua alasan Mami Amoy melakukannya. Pertama, pelanggannya aman dari penggrebekan karena jika dilakukan di hotel resikonya besar. Kedua, ada jasa sewa kamar yang dibebankan pelanggan sehingga ada pemasukan untuk sewa kamarnya.

Loli sendiri adalah anak buah kepercayaan Mami Amoy yang paling disegani oleh karyawan lainnya. Sementara, Saiful juga tangan kepercayaan Mami Amoy yang bertugas menjaga karyawan spesial sepertiku. Pengawal Mami Amoy ada enam orang dan ada juga tukang bersih-bersih  dua orang.

Kata Loli aku dianggap istimewa karena Om Bram tidak mau aku jatuh ke pelanggan lainnya. Om Bram rela merogoh uang sepuluh juta per minggu hanya untuk menjagaku dari pesanan pelanggan lain.

Pada hari keempat, Loli datang ke kamarku. Dia mengajakku ke tempat training yang biasanya digunakan untuk melatih keterampilan servis sebagai Pemandu Lagu atau open B0 sepertiku.

Tempat itu kedap suara. Di dalamnya ada televisi besar dengan dua buah salon yang besar pula. Ada AC dan lampu yang terang sekali. Di sekeliling dinding terpasang cermin.

Aku diminta oleh Loli memakai pakaian yang disebutnya lingerie warna hitam. Aku harus mengenakannya tanpa pakaian dalam. Dia membisikkan padaku  jika aku tidak memakainya akan dicambuk oleh Mami Amoy.

Loli menghidupkan televisi dan menyalurkannya ke ponselnya yang telah tersambung dengan tontonan film dewasa. Loli memberikan ponselnya padaku.

“Pilihlah yang Kamu suka! Tontonlah jika Kamu penasaran bagaimana memberikan servis yang benar kepada pelanggan!”

Tanganku gemetar memegang ponsel Loli yang memuat gambar-gambar perempuan tanpa busana bersama dengan lelaki yang juga tanpa busana.

“Aku nggak akan melihatnya!” Kukembalikan ponsel itu kepada Loli.

“Kamu harus melihatnya meskipun hanya sekilas. Lihatlah di kamar ini dipasang kamera CCTV!” Loli memberi isyarat dengan matanya agar aku melihat di sudut atas langit-langit. Benar juga. Di sana terpasang kamera dua buah.

“Mami Amoy bisa melihat kita. Saranku, Kamu pilih salah satu film dan tutup matamu jika nggak ingin lihat! Setelah itu, Kamu bisa meninggalkan tempat ini,” ucap Loli sambil mendekatkan kepalanya kepadaku.

“Apakah semua ruangan dilengkapi kamera CCTV?” tanyaku berbisik.

“Tidak semua. Yang ada kamera CCTV hanya di bagian luar rumah dan setiap kamar yang kita tempati. Selebihnya para pengawal Mami Amoy akan bergiliran  jalan-jalan mengawasi kamar kita dan seluruh kompleks rumah ini.” bisik Loli. 

Aku kaget mendengarnya. Berarti ketika aku sholat dan membaca al Qur’an kemarin dilihat juga oleh Mami Amoy? Apakah Saiful juga melihat rekaman kamera CCTV itu? 

Aku sengaja akan menonton film dewasa itu dengan posisi berbaring miring agar ketika aku menutup mata tidak kelihatan dalam kamera CCTV yang tepat berada di atas sudut bagian depan berhadapan dengan diriku.

Loli memberikan ponselnya kembali kepadaku. Aku langsung memencet acak film dewasa yang berada di urutan atas.

Mataku kupejamkan.Namun sialnya,  lama kelamaan aku mendengar adegan persetubuhan yang menjijikkan. Aku segera membuka mata dan mengecilkan volume suaranya. Namun, Loli melarangku karena sepertinya dia juga menikmati film dewasa yang kupilih. Sepertinya dia ikut terangsang melihat adegan film dewasa.

Entah mengapa badanku panas dingin mendengar suara-suara desahan dan erangan yang terjadi dalam film dewasa itu. Kepalaku tiba-tiba terasa pusing.

Aku berkeringat dan merasa jijik dengan semuanya. Perutku mual dan ingin muntah.

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status