Selama beberapa detik kedua bibir pasangan suami-istri tersebut saling bertautan. Aileen bahkan sampai mengalungkan tangannya pada leher Samuel. Namun tiba-tiba dia tersentak. Samuel menghentikan ciumannya. Dilepaskannya wajah istrinya. Pria itu bahkan bergerak menjauh.“So…sori, Leen. Aku nggak sengaja. Sori…sori banget,” cetus Samuel terbata-bata.Dengan terburu-buru pria itu bangkit berdiri lalu berjalan cepat menuju tangga. Dinaikinya anak tangga dengan cepat. Aileen terpana melihatnya. Dia merasa seperti sedang bermimpi. Disentuhnya bibirnya. Seolah-olah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia dan Samuel tadi memang berciuman!“Ya Tuhan,” ucap perempuan itu lirih. “Sam tadi mencium bibirku. Dan aku…aku membalasnya. Ternyata aku sangat menikmatinya….”Aileen memejamkan mata. Mencoba mengingat kembali kejadian yang tak terduga tadi. Tak lama kemudian matanya terbuka. Raut wajahnya memerah bagaikan kepiting rebus.Ya ampun! seru perempuan itu dalam hati. Aku menyukai Sam!***Sep
Samuel yang menyadari perubahan ekspresi istrinya itu langsung berkomentar, “Memangnya kenapa kalau aku menceritakannya terus terang sama Papa, Leen? Beliau kan orang tuaku. Wajib tahu apa yang terjadi pada calon cucunya. Papa dan Mama senang sekali lho, waktu tahu kamu sedang mengandung. Aku kan sudah kasih tahu Mama lewat telepon.”“Aku tahu, Sam. Tapi…,” kata Aileen masih cemas. “Aku takut mamamu nanti keburu heboh duluan. Padahal…padahal kan belum tentu janin dalam kandunganku beneran kosong. Apa bisa kamu cerita sama Papa saja tapi nggak usah beritahu Mama dulu? Tunggu sampai kita sudah selesai menemui dua dokter lainnya dan mendapatkan kepastian tentang kondisi janin ini.”Samuel menatap geli pada istrinya itu. Kelihatan sekali Aileen takut kalau ibu mertuanya tahu tentang kemungkinan bahwa janin yang dikandungnya mengalami masalah.Barangkali dia takut disalahkan oleh Mama, batin pria itu menduga-duga. Biasanya ibu mertua kan memang kurang cocok dengan menantu perempuan. Kalau
Akhirnya Aileen menjalani operasi penguretan kandungannya. Samuel dengan setia menemaninya di dalam ruang operasi selama masih menunggu kedatangan dokter. Begitu orang yang dinanti-nantikan itu tiba, suami siaga tersebut dengan berat hati meninggalkan istri tercintanya dan duduk menunggu di luar.Dalam hati Samuel berdoa agar tindakan kuretase itu berjalan dengan lancar. Dirinya berserah pada kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia percaya Aileen akan segera pulih dan bisa menjalani hidup dengan baik kembali.Orang tuanya dimintanya untuk tidak datang ke rumah sakit. “Menurut dokter, tindakan kuretase ini risikonya kecil sekali. Aileen bisa langsung pulang ke rumah dua jam setelah tindakan selesai,” kilahnya pada Tina yang bersikeras menemani anak dan menantunya di rumah sakit.Aileen pun mengatakan hal yang sama pada Ernie. Ibunya itu bisa mengerti. Namun dia meminta agar sepulang dari rumah sakit, Aileen tinggal di rumahnya untuk sementara waktu.“Kamu harus banyak beristirahat dan meng
Sementara itu pandangan Harris menerawang ke langit-langit ruangan. Kepedihan tergambar jelas pada raut wajahnya.Pria itu lalu berkata, “Perjodohan kalian memang terjadi karena ayahmu membantu Papa melunasi hutang di bank. Disamping itu Papa juga bisa melihat bahwa kamu adalah laki-laki yang baik, Sam. Jadi Papa tidak kuatir mempercayakan anak Papa satu-satunya padamu. Tapi kemudian musibah yang dialami Aileen ini membuat pikiran Papa terbuka. Jangan-jangan…ini merupakan pertanda bahwa Tuhan tidak merestui pernikahan kalian. Dan dalam hal ini Papalah orang yang patuh disalahkan….”Samuel segera menyela kalimat ayah mertuanya itu, “Sudahlah, Pa. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Sam tidak menyesal menikah dengan Aileen, kok. Sungguh….”Harris menatap menantunya itu serius. “Benarkah apa yang kamu katakan barusan, Sam?” tanya laki-laki itu kemudian. “Kamu bahagia menikah dengan anak Papa?”Samuel mengangguk mantap. Sorot mata ayah mertuanya masih tampak tidak percaya. Akhirnya suami
Ernie menatap anaknya lekat-lekat. Hatinya masih diliputi keragu-raguan. Kuatir putrinya itu hanya bermaksud menyenangkan hatinya.“Kenapa Mama menatap Aileen seperti itu?” tanya sang putri penasaran. “Apakah Mama nggak percaya sama kata-kata Aileen?”Sang ibu mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Aileen jadi gemas melihatnya. “Lalu gimana caranya agar Mama percaya bahwa aku sungguh-sungguh mencintai Sam?”Ernie mendesah. Lalu dia berkata, “Mama sama Papa sudah berunding. Kami berdua sepakat jika kamu sudah tidak tahan menjadi istri Sam, sebaiknya perkawinan kalian tidak usah diteruskan lagi. Biarlah rumah Papa dan Mama dijual saja untuk melunasi hutang pada ayah Sam. Saham bengkel juga akan dijual sebagian pada beliau. Uangnya akan dipakai sebagai uang muka untuk membeli rumah kecil buat tempat tinggal kita bertiga selanjutnya. Sisanya akan dilunasi secara KPR….”Dor! Kata-kata ibunya itu bagaikan peluru yang mengenai jantung Aileen. Ya Tuhan, keluh perempuan itu dalam hati. Kok bisa
Hmm, kelihatannya enak, batinnya melihat penampakan isi dalam panci tersebut. Tim burung dara dengan kuah yang berwarna kecoklatan. Di dalamnya terdapat jahe dan bahan-bahan herbal lainnya yang belum pernah dikonsumsi oleh Aileen. Ah, yang penting mamanya Sam ini sudah beritikad baik memasakkan makanan sehat buatku, batin perempuan itu positive thinking.Diambilnya mangkuk kosong dan sendok sup besar dari dalam lemari yang berisi perlengkapan makan. Dipindahkannya sebagian isi tim burung dara itu ke dalam mangkuk tersebut. Dipersilakannya Tina untuk duduk menemaninya di meja makan. Setelah itu dia mulai mencicipi masakan sehat buatan ibu mertuanya tersebut.“Enak sekali, Ma,” puji perempuan itu tulus.Hati Tina menjadi berbunga-bunga. Gembira sekali rasanya jerih payahnya dihargai sedemikian rupa. Dengan perasaan sukacita dia berkata, “Syukurlah kamu menyukainya, Aileen. Mama kuatir kalau kamu nggak suka, nanti siapa yang akan menghabiskannya?”“Aileen suka kok, Ma,” jawab sang menan
Setelah satu minggu menjalani masa pemulihan di rumah orang tuanya, Aileen diantar Samuel pergi kontrol ke dokter spesialis kandungan. Ternyata hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa rahim perempuan itu sudah hampir pulih. Ekspresi wajah sang dokter tampak lega saat melihat tampilannya pada layar. "Syukurlah kondisi rahim Ibu Aileen baik-baik saja," ujarnya tenang. "Tapi jangan lupa untuk datang kontrol kembali satu minggu lagi, ya.""Siap, Dok," jawab si pasien sambil mengangguk. Dia berpaling pada Samuel yang berdiri di samping pembaringan. Pria itu menatap Aileen penuh cinta.Terima kasih, Tuhan, batin wanita itu penuh rasa syukur. Tak ditemukan komplikasi apapun dalam rahimku setelah dikuret. Mudah-mudahan satu minggu lagi waktu aku kontrol kembali juga tidak ditemukan hal yang aneh-aneh. Jadi aku bisa segera melakukan upaya untuk mengembalikan keperkasaan suamiku ini. Tolong berkati aku ya, Tuhan. Agar usahaku itu membuahkan hasil. Sam adalah seorang pria yang baik
Setengah jam kemudian Samuel memasuki kamar tidur utama di lantai dua. Kamar yang dulu ditempatinya sendirian, namun akhirnya dihuninya berdua dengan Aileen semenjak pulang kembali dari rumah orang tua istrinya itu. Ketika Samuel membuka pintu kamar, penerangan di dalamnya tampak remang-remang. Hanya beberapa lampu downlight yang dinyalakan.Harum bunga lavender menggugah indra penciumannya. Suami Aileen itu sangat menyukainya. Wanginya lembut namun seksi. Selanjutnya tatapan pria itu mengarah pada ranjang yang sudah ditata dengan rapi. Kelopak-kelopak bunga mawar merah dirangkai dengan indah membentuk hati besar di tengah-tengah peraduan. Samuel tersenyum penuh sukacita. Senang sekali rasanya melihat sang istri berupaya maksimal di malam pertama mereka akan melakukan hubungan intim. Dia menoleh kesana-kemari. Memanggil-manggil nama Aileen dengan nada suara yang teramat mesra.Tiba-tiba muncullah sosok orang yang dicari-carinya. Aileen keluar dari dalam kamar mandi dengan berlenggak-