Share

Bab 1

last update Last Updated: 2021-04-01 14:42:08

Stella Pov

"Hooaaammm" rasanya ngantuk sekali.

Aku baru selesai mengerjakan tugas kuliahku dan merenggangkan seluruh tubuhku yang terasa kaku. Aku melihat jam Doraemonku yang bertengker cantik di meja belajar. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan aku baru selesai mengerjakan tugas kuliahku. Baru masuk kuliah saja sudah di kasih tugas seubruk. Aku mengikat rambutku asal, dan merebahkan tubuhku di atas ranjang king size doraemon empukku.

Aku memang maniak doraemon, kucing lucu itu sungguh aku sangat menyukainya. Jadi hampir semua barang yang ada di kamarku itu berbentuk doraemon atau bergambar doraemon. Anggap saja aku ini alay, tetapi kalau sudah maniak yah mau gimana lagi.

Oh iya, aku Stella Anindita Wiratmaja. Aku seorang mahasiswa semester 3 di fakultas kedokteran di salah satu universitas di Jakarta. Usiaku masih 20 tahun, masih sangat muda kan?

Baiklah cukup sampai di situ aku memperkenalkan diriku, sekarang rasanya kepalaku berkunang-kunang dan mataku seperti di beri lem hingga sudah tak sanggup lagi membuka mata. Sampai besok di pagi hari yang merumitkan.

***

"Stellaa,,, sayang bangunnn!" teriakan Mama sungguh memekakan telingaku. Ya Tuhan, aku masih sangat mengantuk. Tidak tau apa kalau aku sedang bermimpi bersama pangeranku. "Stella sayang, ayo bangun. Kamu terlambat ke kampus." Aku mengintip dari sebelah mataku saat mendengar lagi suara Mama dan kali ini begitu dekat tak seperti tadi berteriak. Aku akhirnya bangun sambil mengucek kedua mataku dengan malas.

"Aku masih ngantuk," cicitku terus menguap.

"Lihat jam doraemonmu," ucap Mama yang terlihat sibuk memunguti pakaian dan buku-bukuku yang berserakan di lantai.

"Oh Ghost !!!" sumpah demi apa, kali ini jam becker doraemon lucuku berubah menjadi sosok hantu menyeramkan di film The Bride yang baru beberapa hari lalu ku tonton. "Aaaa,,, aku terlambat!" aku berteriak dan langsung meloncat ke kamar mandi.

Aku langsung melakukan ritual mandi ular. Kalian pernah dengar ritual mandi ular? Kalau belum pernah, berarti masa kecil kalian kurang bahagia.

5 menit sudah aku melakukan ritual mandi ular, dan langsung memakai pakaian casualku. Aku tidak suka berdandan seperti wanita kebanyakan, aku lebih suka apa adanya. Jadi aku tak perlu berlama-lama lagi, aku langsung mengambil tas selendangku dan sepatu ketsku. Setelahnya aku berlari keluar kamar untuk berangkat. Gila, aku sangat terlambat. Bayangkan saja, jadwal kuliah jam 7. Dan ini sudah pukul 8 lebih.

Mampus !!

"Sayang, kamu gak nyisir?" tanya Mama saat aku sampai di meja makan untuk pamit.

"Hehe lupa Ma, nanti saja di mobil," kekehku segera bergegas.

"Ini suapin rotinya dan sarapan di mobil," ucap Mama.

Aku menggigit roti selai kacang itu dengan gigitan besar dan mengecup pipi Mama dan Papa. Aku langsung berlari menuju mobilku dimana mang Kobar, sopir pribadiku sudah membukakan pintu mobil untukku. "Tancap gas mang Kobar, kebutttt! kalahkan Dominic di fast and farious!"

"Siap Non," ucap mang Kobar yang sudah duduk di kursi pengemudi dan menginjak gas mobilnya, aku sampai terpental ke belakang karena ulah mang Kobar. Selama perjalanan aku sibuk menyisir rambut panjangku dan memakan roti selai kacang sambil sesekali mencoba menghubungi Lena sahabat baikku.

"Kenapa gak di angkat angkat sih!"

Hanya butuh 10 menit, aku sudah sampai di gerbang kampus. Aku bergegas menuruni mobil dan berlari menuju kelasku. Aku menekan tombol lift tetapi malah lama sekali tidak terbuka.Sial...

Aku terpaksa menaiki tangga darurat menuju kelasku di lantai 3. Ini sungguh hari yang sangat sial bagiku, oh Tuhan setelah ini pertemukanlah aku dengan pangeran dari negri Jepangku, untuk memperbaiki kesialanku ini.

Hosh hosh hosh

Aku sampai di depan kelas yang sangat hening dan senyap seakan tak ada kehidupan sama sekali. Aku mencoba mengatur nafasku yang tak beraturan. Aku mengetuk pintu kelas dan aku mematung menatap siapa yang membuka pintu.

Diaa....????

Apakah dia pangeran dari negri Jepang? Tapi matanya tidak sipit, tetapi dia begitu tampan.

Oh Tuhan....

Khem

Dehemannya menyadarkanku dari wajah mupengku yang konyol. Aku menatap dia dengan kernyitanku, setauku pagi ini pelajaran bu Dwi, dosen jaim dan galak itu. Lah pria tampan ini siapa?

"Siapa namamu?" tanyanya dengan suara baritonnya yang seksi.

"Aku...?" tanyaku menunjuk pada diriku sendiri. Iya, dasar bodoh. Memang siapa lagi kalau bukan kau,

"Iya kamu, kamu pikir saya berbicara dengan hantu," ucapnya begitu dingin.

"Saya Stella," ucapku.

"Kamu boleh masuk, tetapi setelah pelajaran ini selesai. Kau datang ke ruangan saya, kau paham!" ucapnya dengan sangat dingin membuatku mengangguk paham.

Aku segera masuk ke kelas dan duduk di meja yang berada di samping Lenna sahabatku. "Siapa dia?" bisikku ke Lenna.

"Dia Mr. Adrian, dosen pengganti bu Dwi," jawab Lenna dan aku hanya ber-oh saja.

Tampan....

Itulah yang terbesit di kepalaku....

Jam pelajaranpun sudah berakhir, semua teman sekelasku berhambur keluar kelas, begitupun aku dan Lenna. "Bukankah Mr. Adrian itu sangat tampan," ucap Lenna excited.

"Iya lumayan," dustaku.

"Apanya yang lumayan, loe katarak yah," pekiknya membuatku mendengus kesal.

"Len, gue ke ruangan Mr, Adrian dulu yah. Loe tunggu saja di kantin," ucapku yang di angguki Lenna.

Aku berjalan menuju ruangan pak Adrian, setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk. Akupun memasuki ruangannya, dia terlihat sibuk dengan laptopnya. Aku masih berdiri di hadapan meja kebesarannya, dan dia sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Apa sih maksudnya, dia malah mendiamkanku seperti ini. Dia mau pamer wajah tampannya? Tapi kan dia memang tampan, itu tidak di ragukan lagi.

"Maaf Mister, kenapa anda memanggil saya ke sini?" tanyaku setelah 5 menit berlalu hanya saling diam. Dia malah sibuk dengan laptop miliknya dan tidak menganggapku ada, dia pikir aku ini hantu apa. Masa ada hantu, secantik aku sih...

"Kamu ambil kertas HVS ini." Dia menyodorkan kertas HVS kosong sebanyak 10 lembar, dan juga menyodorkan balpoinnya. "Kamu tulis dengan rapi, 'Saya Tidak Akan Terlambat Lagi, Kalau Saya Terlambat. Maka Saya Siap Menerima Hukuman Apapun.' Kamu tulis kata itu di seluruh HVS ini bolak balik dan nanti di HVS terakhir, kamu tulis yang bertanda tangan di sini, nah kamu tanda tangan dan sertakan nama kamu juga."

What The Hell?

"Tapi Pak-"

"Apa masih kurang? Baiklah akan saya tambah lagi HVSnya." Dia kembali mengambil beberapa lembar HVS tetapi segera ku tahan.

"Ini cukup!" cegahku dengan segera.

"Baiklah, kau kerjakan di sofa itu. Karena setelah ini tak ada lagi jadwal kuliah, jadi kamu kerjakan itu di sini dan boleh keluar setelah selesai," ucapannya semakin membuatku terpekik.

Dia gilaaaaaa....

Aku salah menilai dia sebagai pangeran dari negri Jepang, ternyata dia tak lebih dari Dosen tua yang sialnya begitu tampan. Aku berjalan dengan lesu menuju sofa berwarna hitam yang berada di ruangannya. Aku mulai menulis kata tak masuk akal yang tadi dia ucapkan. Beribu cacian dan makian aku luapkan di dalam hati untuknya.

Dasar Dosen bossy

Dosen gila, gak waras

Dosen otoriter

Dosen tua

Aaahhhh menyebalkan...

Baru satu HVS saja, pergelangan tanganku sudah sangat sakit. Bisa patah nih lama-lama tanganku. Dasarr dosen Kejam....

"Sudah selesai?" tanyanya.

Apa-apaan dia, seenaknya saja kalau berbicara. Dia pikir aku ini cat women yang bisa menulis dengan cepat dalam waktu 10 menit.

"Belum," jawabku dengan singkat.

"Lamban!" ucapnya membuatku mendengus sebal. Sumpah yah hari ini adalah hari yang paling paling menyebalkan dalam kisah hidup Stella Anindita. Seorang putri tunggal dari keluarga Wiratmaja di perlakukan seperti ini oleh dosen gila kejam itu. Ini benar-benar sudah jatuh tertimpa gorilla juga.

Menyebalkan.....

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Marriage With Dosen   Bab 30

    “Pendek,” gumam Adrian meraba-raba kasur di bagian sisinya. Karena tak menemukan apapun, ia membuka matanya dan pandangannya langsung tertuju pada seseorang yang berdiri di hadapannya dengan memegang sesuatu. “Pendek,” gumamnya dengan suara serak khas baru bangun tidur. Ia mengucek matanya dan bangun dari rebahannya. “Ngapain kamu berdiri di sana? Kamu mau bersih-bersih?” tanya Adrian setelah matanya terbuka sempurna dan terlihat Stella sedang memegang peralatan bersih-bersih. “Pagi ini memang harus beres-beres, karena aku meliburkan ART yang suka membersihkan apartement kita.” Stella berucap dengan tenang. “Tetapi kenapa?” tanya Adrian. “Kamu ingin bersih-bersih sendiri?” “No, bukan aku y

  • Marriage With Dosen   Bab 29

    Stella sengaja pulang cepat ke apartement sebelum Adrian. Ia hendak mengambil semua pakaian dan beberapa kebutuhannya. Ia masuk ke dalam kamar dirinya bersama Adrian. Memang setelah mereka kembali dari kegiatan Baksos itu, mereka memutuskan untuk menempati satu kamar bersama dan kamar yang dulu di tempati Stella, kini di jadikan ruang kerja. Stella menatap ranjang yang tampak rapi di depannya. Ranjang itu adalah saksi mereka berbagi cinta, saling bercumbu dan menyalurkan hasrat cinta mereka. Banyak kejadian lucu dan indah yang tak bisa Stella lupakan. Air mata itu kembali mengalir tanpa bisa di cegah lagi. Stella memalingkan wajahny dan mengusap air mata di pipinya. Ia berjalan menuju ruangan pakaian dirinya dan Adrian. Ia menatap deretan kemeja Adrian yang tertata rapi dalam lemari. Tak bisa ia pungkiri kalau ia sangat merindukan suaminya itu. Kini mereka seperti dua

  • Marriage With Dosen   Bab 28

    “Stella!” seru Lenna dengan kernyitan di dahinya. Stella datang dengan isakan tangis dan badan yang menggigil karena basah kuyup. “Astaga Stell, lu kenapa?” Lenna segera menggiring Stella untuk masuk ke dalam dan mengambil handuk menyelimuti tubuh Stella. “Sebaiknya lu langsung bersih-bersih di kamar mandi, gue akan siapkan baju buat lu.” Stella bergegas masuk ke dalam kamar mandi di kostan Lenna. Lenna menyiapkan baju bersih untuk Stella. Setelah menyerahkannya ke Stella, ia membuatkan teh hangat. 5 menit berlalu, Stella keluar dengan wajah yang pucat dan begitu sembab. “Sini gue udah buatkan teh hangat buat lu,” ucap Lenna. Stella menurut dan duduk di kursi meja makan. Ia menggenggam mug

  • Marriage With Dosen   Bab 27

    Semua Dokter bersama suster dan perawat kembali pulang ke Jakarta dan akan mulai bekerja di AMI Hospital. Setelah kembali ke Jakarta, anggota Khoas semakin sibuk bekerja di AMI Hospital tanpa libur seperti para Dokter yang juga bersama mereka. Walau Adrian libur, ia tetap ke rumah sakit untuk menemani Stella, mengantar jemputnya juga. “Hai,” sapa Adrian saat menjemput Stella dari rumah sakit. Stella duduk di kursi penumpang setelah di bukakan pintu mobilnya oleh Adrian. “Astaga lelah sekali rasanya,” keluh Stella menyandarkan kepalanya ke sandaran jok. “Sabar, sebentar lagi kamu akan melewati masa terberat ini,” ucap Adrian mengusap kepala Stella diiringi senyumannya. “Kapan sih UGD di sin

  • Marriage With Dosen   Bab 26

    Stella perlahan membuka pintu kamar mandinya dan menjulurkan kepalanya ke arah ranjang. Adrian tampak asyik bermain game di atas ranjang. Ia kembali masuk ke kamar mandi dengan menghela nafasnya dan menatap ke bawahnya yang hanya menggunakan jubah handuk. Ia sungguh tidak mungkin tidur dengan pakaian yang sejak pagi ia gunakan beraktivitas, Stella mendengus dan merasa bodo amat, ia akhirnya keluar dari kamar mandi dan berpura-pura santai walau sebenarnya ia berdebar-debar dan merasa salting. Adrian melirik ke arah Stella yang terus membenarkan jubah handuk yang hanya sebatas paha itu. Ia hanya tersenyum kecil dan kembali fokus bermain game. Stella berjalan mendekati ranjang tetapi karena ia begitu canggung sampai ia tidak melihat kakinya menyandung karpet lantai dan ia tersungkur ke arah tubuh Adrian.&

  • Marriage With Dosen   Bab 25

    Stella yang keras kepala memaksakan diri untuk bangun dari blangkar dan menenteng infusannya. Baru saja ia membuka pintu, tatapannya beradu dengan Adrian yang juga berdiri di sana dengan pakaian pasien dan sama-sama menenteng infusan. Keduanya saling bertatapan penuh arti. “Hai,” sapa Adrian “Eh, hai,” jawab Stella tersipu. “Boleh aku masuk,” ucap Adrian yang di angguki Stella. “Hai Lenna,” sapa Adrian saat sudah masuk ke dalam ruangan. “Hai pak Adrian,” jawab Lenna dengan sedikit canggung. Suasana di sana kini begitu hening dan canggung, membuat ketiganya kikuk. “Ah St

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status