PoV Author
Pagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?
"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.
Tania menganggkat tangannya.
"Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis.
"Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.
Tania berjalan duduk di kursinya.
"Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi.
"Saya, Pak," ujar Nana mengangkat
"Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m
Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.
"Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag
Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me
Pagi ini, seorang perempuan yang beranjak remaja tengah berbaring di atas ranjang yang berwarna maroon, selimut bermotif Barcelona dan jangan lupakan dengan poster idol Korea Selatan yang ia gemari.Bip ... bip ... bip ...Ponselnya berdering tepat pukul 5.10 WIB. Tangan mungilnya nergerak ke arah ranjang yang ia tempati. Tapi, nihil.Perempuan itu menegakkan kepalanya dengan wajah bangal dan rambutnya bak singa."Aish, kenapa ponsel itu," gerutunya seraya mengacak tempat tidur.Melempar bantal, guling dan selimut ke lantai. Lalu, terlihat ponsel itu sudah berada di lantai dekat dengan sendal berbulu yang berwarna purple itu.Mungkin saja ponsel itu terjatuh saat dia tidur. Bergeser atau mungkin ponselnya berjalan sendiri.Gadis itu mematikan alarmnya lalu meletakkan ponsel di nakas, men-charger-nya dan bersiap-siap untuk mandi dan melaksanakan ritual paginya
PoV Assyifa"Dari pertama dia masuk kelas, Pak Kevin gak senyum sama sekali tahu, Fa. Walaupun Juwita melempar senyuman manis ke arahnya, gak ada respon apa-apa dari dia dan beberapa detik lalu dia tersenyum liat kamu," ucapan Nana membuatku terkejut.Tapi, tak kuperlihatkan betapa terkejutnya aku. Tak mungkin ia menyukaiku, aku ini gadis bodoh. Bahkan untuk memikirkan masa depan saja, tidak ada.Aku mengangkat bahu tanda tak tahu dan menatap kembali ke arah luar.Baru saja Pak Kevin membacakan nama berikutnya, bunyi bel istirahat berbunyi.Tepat pada pukul 10.00 WIB, Doni mendapatkan panggilan dari Pak Kevin."Ketua kelas," panggilnya pada Doni dan melihat ke arahnya."Berapa orang yang tak hadir pagi ini?" tanya Pak Kevin sambil menatap Doni"Hadir semua, Pak," tegas Doni."Terima kasih." Kevin berucap dan dibalas anggukan oleh Doni."Sampai di sini pe
Tok ... tok ... tok ...Di sela-sela mereka menyantap makan malam, terdengar suara pintu diketok oleh seseorang dari luar rumah. Jam seperti ini biasanya Pak Asep sudah pulang ke rumahnya.“Biar Ifa aja.”Gadis itu meletakkan sendok di piring lalu berjalan ke pintu depan.Ceklek!Pintu dibuka dari dalam oleh Assyifa.Terlihat seorang laki-laki bertubuh tinggi berdiri di depan pintu rumahnya dengan posisi membelakanginya.“Mau cari siapa?” tanya Assyifa sembari keluar rumah dan menutup pintu.Di saat pertanyaan itu berakhir, ia membalikkan tubuh menghadap ke arah gadis itu. Ternyata itu adalah Pak Kevin.“Saya akan memberikan hukuman padamu,” ucapnya sambil tersenyum manis ke arah Assyifa. Assyifa masuk kecalam rumah rumah dan kembali menutup pintu serta menguncinya.‘Gawat! Kalo Ayah sama Bunda sampai tahu, gimana?’ batinnya.“Ifa, siapa yang datang?” tanya bunda sedikit berteriak dari dapur.“Anu, kurir salah a
Drt ... drt ... drt ....Benda pipih itu kembali bergetar."Aish." Aku mengumpat.Brak.Aku membanting keras benda pipih itu ke lantai. Semuanya hancur berantakan.Lalu aku menuju kamar mandi untuk melakukan kewajiban dan bersiap-siap berangkat sekolah.****Saat aku sedang mengenakan jilbab hitam, lonceng yang ada di dekat jendela berbunyi.Kulihat Nana sudah selesai, lalu aku membuka jendela."Yuk," ajaknya untuk berangkat sekolah."Aku belum sarapan, Na" ucapku padanya."Kalo udah selesai, kamu paggil aku ya," ucapnya lalu menenteng tas."Oke," ucapku menutup jendela kamar kembali.****"Pagi Ayah, Bunda dan Bibi," seruku melihat mereka yang sedang menghidangkan makanan dan Ayah sedang duduk dimeja makan."Pagi, Sayang," sapa Ayah dan Bunda barengan."Pagi, Non Ifa," sapa Bibi tersenyum padaku.Aku segera duduk di samping Bibi dan kami menyantap sarapan den