/ Romansa / Married With My Bodyguard / Bab 3. Bertemu teman lama.

공유

Bab 3. Bertemu teman lama.

작가: Oot
last update 최신 업데이트: 2021-10-27 16:24:53

"Evan, is that you?" Bola mata Wilda membulat menandakan dia sangat terkejut mendapati Evan duduk di hadapannya. Lebih tepatnya, di kursi para mahasiswa barunya. Evan, teman lama yang pernah menjalin kasih dengannya, selama masih duduk di bangku kuliah. Mengapa dia ada di sana? Apa Evan melanjutkan sekolah mengambil pascasarjana lagi? Pikirnya di dalam hati.

Wilda sampai tidak menyadari orang-orang sedang menatapnya bingung. Mungkin Arsy juga, karena nama yang disebutkan Wilda itu adalah mama pria yang sekarang duduk di kursi belakangnya, alias pria yang baru saja direkrut ayahnya menjadi ajudan pribadinya.

Sedangkan yang dipanggil hanya tersenyum kecil. Dia juga sebenarnya terkejut. Bertemu Wilda lagi di sebuah tempat yang tidak terpikirkan adalah hal yang langka. Namun dia mencoba untuk tidak terlalu mencolok. Dengan gesture tangannya, dia mempersilakan Wilda untuk melanjutkan perkenalan dirinya.

Suasana ruangan itu sedikit awkward setelahnya. Wilda menjadi sedikit canggung lantaran ada Evan di hadapannya, begitu pun dengan Evan yang tidak bisa menguasai dirinya untuk tidak senyum-senyum sendiri selama wanita itu memberikan materi pelajaran. Di sisi lain, para mahasiswa pun menjadi tidak fokus karena mereka sibuk mengawasi Wilda dan Evan.

"Sy, pacar lo bukan sih? Kok matanya nggak bisa kontrol lihat cewek lain?" Bagas tidak tahan untuk tidak berkomentar. Jika memang laki-laki tampan berwajah matang itu adalah kekasih temannya, mana mungkin dia akan memperhatikan dosen pengganti mereka dengan mata yang sangat kelaparan itu.

"Ssst ... aku udah bilang jangan bikin gosip. Kamu liat sendiri 'kan, sepertinya mereka saling mengenal." Arsy balas berbisik di dekat bahu Bagas.

"Berarti lo masih available ya??" tanya Bagas lagi dengan semakin semangat.

"Ck!" Arsy berdecak. Kembali fokus pada layar monitor di hadapannya. Namun Bagas masih tidak puas. Dia menarik-narik rambut Arsy yang sedang terjuntai di pundaknya.

"Sy ... jawab dong, masih available nggak?"

Arsy menggendikkan bahunya tanpa menoleh ke arah Bagas.

"Ehm ..." tiba-tiba suara pria yang duduk di belakang Arsy itu terdengar. Hanya sebuah deheman, namun Bagas cukup tau jika pria dewasa itu sedang memperingatinya.

Bagas berbalik dan memamerkan wajah malasnya. Dia pun menyerah menggoda Arsy yang benar-benar serius mengikuti penjelasan dari Wilda.

Sementara Wilda sendiri ... sekalipun dia terlihat serius dalam menjelaskan materi belajar, dia sama sekali tidak melewatkan pemandangan aneh di depan sana. Saat Evan yang tadinya sedang menatap dirinya tiba-tiba teralih kepada dua anak remaja tanggung di kursi depannya. Evan mengawasi mereka yang terlihat sibuk berbisik-bisik entah sedang membahas apa.

Kemudian, saat si anak perempuan kembali fokus mendengarkan materi mata kuliah, si anak laki-laki masih tetap berusaha mengganggunya. Lalu tiba-tiba saja Evan berdehem. Memberi tatapan peringatan kepada anak laki-laki itu. Ajaibnya anak kecil itu terlihat takut setelahnya.

Apakah Evan merasa terganggu melihat anak laki-laki itu mengganggu si anak perempuan? Kalau iya, kenapa? Apakah Evan menyukai anak gadis itu? Jika tidak, apakah Evan hanya tidak suka konsentrasinya terganggu gara-gara mereka?

Pada akhirnya Wilda kehilangan sedikit fokusnya karena pikirnya sudah bercabang ke mana-mana.

*****

Jam mata kuliah yang dibawakan Wilda akhirnya selesai. Perempuan itu sangat ingin menghampiri Evan, tapi dia ragu-ragu. Berharap Evan sendiri yang menghampirinya. Dengan gerakan lambat, dia membereskan barang bawaannya dengan ekor mata yang tak pernah lepas dari sosok Evan. Laki-laki yang masih tetap duduk diam di kursinya.

Sesaat kemudian, pria itu terlihat berdiri, berjalan sedikit lalu berhenti lagi setelah gadis di depannya ikut berdiri. Kemudian dia lanjut berjalan saat gadis itu pun berjalan di depannya. Wilda mempersiapkan diri karena dia yakin Evan akan menyapanya.

"Wilda, glad to see you again. Sampai ketemu lagi ya ..."

Itu saja!!!

Itu sa-ja??

Evan memang menyapanya, tapi tidak berhenti sama sekali. Laki-laki itu hanya berbicara sambil tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya, lalu pergi begitu saja mengikuti gadis yang tadi.

Wilda merasa terabaikan. Bukankah dulu Evan dikenal sebagai sosok yang ramah dan luwes? Kenapa sekarang dia bisa menyapa seseorang sambil berjalan seperti anak SD yang sedang pamit kepada gurunya? Anak SD saja ada tradisi cium tangan malahan.

Siapa gadis itu? Apakah pacar Evan? Tapi mengapa terlihat sangat muda? Sungguh tidak sepadan dengan laki-laki itu, batin Wilda penasaran.

Meanwhile di loby fakultas ....

Arsy sedang ada keperluan dengan dosen pembimbing untuk thesis-nya. Lagi-lagi dia sangat risih dengan ekor yang selalu mengikutinya sekarang. Dia tiba-tiba berbalik saat posisi Evan hanya berjarak ting langkah kecil darinya.

Bugh!

Mereka sukses bertubrukan. Dagu evan membentur pucak kepala Arsy yang kecil. Wanita itu langsung mendesis kesakitan.

"Maafkan saya, Nona. Saya tidak sengaja." Evan refleks memegang kepala Arsy sambil meminta maaf dengan sopan.

"Aku tadi mau bilang, kamu di sini saja. Nggak perlu ikutin aku terus. Aku nggak nyaman sama semua orang." Suara dingin Arsy menunjukkan dengan jelas jika dia ingin Evan jauh-jauh darinya. Dia merasa seperti orang asing sekarang. Semua mahasiswa tidak berhenti memandangnya dan Evan sejak tadi. Mungkin dikira mereka sepasang kekasih.

"Maaf, Nona. Sa_"

"Ini perintah!"

Evan langsung terkejut mendengar Arsy membentaknya. Iya, anak kecil itu membuat suara tingginya barusan. Memerintahnya layaknya majikan yang sesungguhnya. Darah Evan mendidih. Harga dirinya seperti diinjak oleh anak kecil tengil sok berkuasa seperti Arsy. Egonya tersentil, ingin membalas dengan kata-kata yang menggambarkan amarahnya. Namun tentu saja dia harus menahannya bukan?

Anggap saja Arsy sama seperti anak bosnya di kantor yang bernama Delisha. Yang mirip sekali dengan Arsy dari sifatnya yang manja dan kekanak-kanakan. Setiap Delisha memerintah, semua orang mau tidak mau harus menurut. Tidak peduli bagaimana tidak sopannya dia memberi perintah, semua orang harus bersabar karena mereka digaji. Anggap saja dengan Arsy sekarang pun begitu. Apalagi gajinya empat kali lipat dari biasanya. Jiwa dan raganya sepenuhnya milik nona besar itu sekarang.

"Baik, Nona. Saya akan menunggu di sini." Akhirnya Evan mengalah. Tentu saja setelah kewarasannya berhasil mengambil alih kontrol atas dirinya. Tangannya diupayakan agar tidak mengepal dengan begitu keras, karena Arsy bisa saja melihatnya.

Tanpa menjawab, Arsy langsung berbalik lagi. Dia geleng-geleng kepala saat menyadari barusan dia sudah membentak seseorang lagi. Hari ini dia sudah melakukan hal itu sebanyak dua kali. Satu kali terhadap Sarah, ibunya, satu kalinya lagi barusan, terhadap Evan. Ini bukan dirinya. Dia tidak pernah merasa sampai sekesal itu pada orang lain.

Sesampainya di ruang dosen pembimbingnya, dia menunggu bersama dengan anak didik lainnya.

"Sy!"

Arsy menoleh lalu tersenyum. Berjalan mendekati seseorany yang melambaikan tangan kepadanya. Itu Tere, mahasiswa yang satu dosen pembimbing dengan Arsy.

"Pak Wira masih lama nggak Ter?" tanyanya seraya ikut duduk di sebelah Tere, di dekat kaca transparan. Dia menanyakan keberadaan bapak dosen yang dia kira sudah stand by di ruangannya.

"Masih ngajar sampai jam sebelas. Dua puluh menit lagi lah," jawab Tere seraya melihat jam tangannya.

"Ohh ... i see. Kamu udah lama di sini?"

"Lumayan. Pokoknya aku nggak melewatkan momen penting mu dari atas sini ..." Tere mencolek dagu Arsy sambil menggoda.

"Apaan maksudnya?"

Tere memberi kode dengan menunjuk ke arah bawah dari jendela transparan. Arsy pun mengikuti. Lalu dia langsung mengerti jawabannya.

"Astaga. Kamu ngeliat aku sama dia?"

Tere mengangguk. "Kalian berdua lagi marahan? Siapanya kamu, Sy? Dari tadi anak-anak pada bahas soal pacar barumu."

"Ah, aku malas membahas ini. Tapi dia itu ajudan aku. Bodyguard gitu. Entah kenapa papa tiba-tiba kasih aku bodyguard. Katanya buat memastikan aku nggak diganggu laki-laki yang suka godain aku. Terlalu berlebihan." Arsy menceritakan semuanya kepada Tere. Rasanya lega bisa terbuka pada seseorang tentang sesuatu hal yang sudah dipendam cukup lama.

"Ha? Bodyguard? Hari gini?? Eh tapi dapat dari mana cowok cakep gitu, Sy? Kayaknya matang banget orangnya." Tere tidak segan-segan mengagumi Evan yang ada di bawah sana. Eh, kenapa dia sedang mengobrol dengan perempuan lain sekarang?

"Memang udah berumur, Ter. Delapan tahun di atas aku. Makanya aku merasa aneh banget, kayak diikuti om-om."

"Eh tapi om-om kamu itu lagi digodain cewek tau? Lihat." Tere menunjuk lagi ke bawah. Ke tempat dimana Evan dan seseorang sedang bercengkerama di loby fakultas.

"Oh, itu ibu Wilda. Dosen pengganti bu Retno. Kamu nggak ambil mata kuliah bu Retno ya?"

Tere menggeleng. "Oh, terus, kok kayaknya dia kenal sama si bodyguard-mu?"

"Iya. Kayaknya kawan lama yang baru bertemu kembali. Tadi juga ibu Wilda shock ngeliat dia ada di ruangan. Sampai nggak sadar nyebutin nama dia. Dari nadanya sih sepertinya mereka teman akrab dulu." Arsy berucap sambil memperhatikan interaksi Evan dan Wilda dari atas. Sepertinya tadi Evan baru menyapa Wilda sekilas lantaran buru-buru mengikuti dirinya. 

See? Belum apa-apa dirinya sudah merepotkan Evan.

*****

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Nellaevi
Evan...sabar yaaa,nanti Arsy jd jodohmu ...
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Married With My Bodyguard   Bab 33. Ingat Benjamin.

    Demian dan Sarah sudah menunggu Evan dan juga puteri mereka Arsy, di ruangan kantor Demian yang super lux. Kedua orang tua paruh baya itu sudah tidak sabar ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi di kampus tadi. Ada dua hal yang menjadi topik hangat dalam berita tadi : ciuman dan pertunangan. Entah kenapa hal tersebut bisa mencuat ke media. Suara-suara langkah kaki terdengar dari luar. Dalam hitungan detik, pintu yang terbuat dari bahan kayu jati itu terdorong ke dalam dan Evan yang pertama kali muncul. "Masuk, Van." Demian mempersilakan. Di belakang laki-laki itu, muncul Arsy yang sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja. Sarah mengulurkan tangan kanannya dan Arsy langsung menggapainya. Gadis kecil itu langsung duduk di sebelah kanan Sarah dan langsung memeluk sang ibu. Siapa pun sudah bisa menebak, dia pasti tertekan dengan berita ini. "Gimana ceritanya, Van? Apa yang terjadi?" Demian memberi waktu untuk Evan bercerita. "Ehm. Ini se

  • Married With My Bodyguard   Bab 32. Foto eksklusif.

    Kejadian di kampus tersebut rupanya langsung sampai ke telinga Demian yang sedang berada di kantor. Dia dan Sarah sedang mengawasi rapat pemegang saham saat kabar tentang pertunangan Arsy dan Evan menjadi trending topik di kampus sang puteri. Demian dan Sarah terpaksa keluar dari ruangan karena ajudan mereka menunjukkan sejumlah foto yang kini beredar di website kampus. Foto yang membuat Sarah seketika terkena migrain. "Bagaimana bisa ada foto ini? Siapa yang mengambil?" tanya wanita itu tidak percaya. Lebih ke bingung kenapa ada foto Evan dan Arsy sedang berciuman di dalam ruangan. Kalau dilihat dari pakaian Arsy, jelas-jelas itu sepertinya saat sang puteri sedang sidang thesis. "Ini foto lama. Kira-kira satu bulan yang lalu. Siapa yang sudah iseng mengambil foto ini?" Wanita itu tidak habis pikir. Dia sama sekali tidak keberatan karena Evan mencium Arsy. Lebih ke khawatir karena foto itu telah beredar dan sekarang sedang menjadi konsumsi publik. Apalagi per

  • Married With My Bodyguard   Bab 31. Gelato time.

    Bukan hanya Wilda yang syok mendengar ucapan Evan barusan, melainkan wanita yang dia akui sebagai tunangan, yaitu Arsy. Bukankah mereka sudah sepakat untuk merahasiakan hal ini dulu, apalagi di kampus?Kaki Arsy refleks bergerak ke arah Evan dan menarik pergelangan tangan laki-laki itu. Dia khawatir Wilda akan melemparkan pertanyaan lagi untuk memperjelas maksud Evan. Lagian sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian. Arsy sama sekali tidak nyaman.Evan merasakan sentuhan tangan Arsy di kulitnya. Biasanya itu selalu berhasil membuat dirinya merasa nyaman. Namun tidak untuk sekarang. Rasa kesal yang menguasai hatinya masih tinggi. Apalagi Wilda seperti tidak percaya atas fakta yang barusan dia deklarasikan. Oh, mungkin bukan tidak percaya. Tidak terima lebih tepatnya."Tunangan? Cihhhhh," ejek wanita itu dengan gaya yang memuakkan. "Arsy itu anak konglomerat. Mimpi aja dia mau sama kamu yang bukan siapa-siapa, Van. Lagian ya kali keluarga Wijaya nggak bi

  • Married With My Bodyguard   Bab 30. Bukan urusan anda!

    Sesuai kesepakatan kedua pihak keluarga, untuk saat ini pertunangan Evan dan Arsy masih menjadi hal yang dirahasiakan. Alasannya karena Arsy masih akan wisuda dan alangkah tidak baik jika kabar pertunangan mereka akan menambah kericuhan suasana kampus menjelang hari H. Arsy menurut saja karena baginya itu cukup masuk akal. Namun tidak bagi Evan. Semenjak dia diperkerjakan menjadi bodyguard Arsy dulu, laki-laki itu sudah sangat tahu bahwa Demian menyembunyikan sesuatu yang sangat penting terkait keselamatan puteri bungsunya. Maka dari itu, Evan memilih untuk mengikuti apa yang disarankan oleh orang tua mereka saja. Hal itu pulalah yang menyebabkan Evan tidak bisa terlalu menunjukkan kedekatannya dengan Arsy sekarang. Dia harus banyak-banyak mengelus dada saat dia melihat Bagas sering mendekati calon istrinya. Terkadang dia sudah sengaja berdiri begitu dekat dengan wanita, namun tidak kunjung membuat Bagas peka dan sadar diri. Benar-benar minta ditampol, rutuk Evan di dalam ha

  • Married With My Bodyguard   Bab 29. Another signal.

    Arsy memandangi cincin berlian yang kini melingkari jari manisnya. Sudah satu hari berlalu sejak dia dan Evan resmi bertunangan. Perasaannya yang masih bercampur aduk didominasi oleh rasa tidak percaya bahwa kini dia sudah terikat dengan seorang lawan jenis yang sempat mengabdi sebagai bodyguard-nya. Walaupun masih hanya bertunangan, bagi Arsy ini sudah jelas sangat mengikat dan sangat sakral. Dia sepenuhnya milik Evan dan begitu juga sebaliknya. Arsy sempat bagai kehilangan arah. Bertunangan adalah salah satu fase hidup yang belum pernah dia masukkan ke dalam list target yang ingin dia capai dalam waktu dekat. Dulu, dia berencana akan bekerja setelah wisuda S2-nya. Sekarang dia tiba-tiba berada di sebuah situasi dimana bekerja bukanlah sebuah kewajiban. Karena itu lah yang diucapkan Evan kemarin. Setelah ini, mereka akan mempersiapkan pernikahan dan setelah itu Arsy akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya menghabiskan waktu di rumah. Evan memang belum mengutarakan

  • Married With My Bodyguard   Bab 28. Misi Benjamin.

    Evan akhirnya sepakat untuk menunda keinginannya menerima tawaran Demian. Baginya permintaan Arsy adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan dengan baik mengingat gadis itu adalah calon istri Evan. Di samping itu, keinginan Arsy juga bagaikan angin segar untuk Evan yang masih mempertanyakan perasaan wanita itu kepadanya. Jika Evan tidak salah menangkap maksud sang kekasih, Arsy ingin mereka selalu bersama dan berdampingan dalam mengurus segala kebutuhan pertunangan keduanya. Bagi Evan, ini adalah sebuah kemajuan di dalam hubungan mereka. Dua minggu berlalu dengan cepat. Tiba-tiba saja hari H sudah tiba di depan mata. Acara pertunangan yang dilaksanakan secara privat di sebuah hotel itu sebentar lagi akan dimulai. Tamu yang diundang tidak banyak, hanya beberapa kerabat dekat dari keluarga Wijaya dan Gunawan. Teman-teman Evan darn Arsy pun belum diundang mengingat ini masih sebatas acara pertunangan saja. Arsy tidak bisa menutupi kegugupan yang mulai menyelimuti dirinya

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status