Share

Bab 7

   Kaila mengetukkan penghapus di papan tulis sebagai penertiban kelas. 

"Semuanya dengerin gue dulu,"

Seisi kelas diam. Pasti ada hal penting.

"Nanti yang piket bersih-bersih kelas. Besok ada lomba kebersihan kelas setiap satu bulan sekali,"

"Sa, piala bergilir ya?" tanya Ema.

Kaila mengangguk. "Iya. Nanti bawa tanaman hias ya dari rumah. Terus botol bekas yang bakalan di jadikan pot,"

Aqila memgangkat tangannya. "Terus novel yang di pojok baca di perbarui juga gak? Masa itu-itu aja," hanya 3 novel berjenis romantis se-tebal kamus bahasa Inggris.

"Kalau punya novel sendiri boleh di taruh pojok baca, sama kamus bahasa inggris dan buku pengetahuan lainnya. Tapi ada yang kurang nih," sebagai bendahara kelas, uang kas akan keluar saat lomba kebersihan kelas tapi sedikit dan sisanya membawa barang dari rumah.

"Apa?"

"Udah lengkap tuh kai,"

"Di bagusin lagi, masa polosan doang?"

"Ok, kalau tugas dekor serahin ke gue," ucap Aqila percaya diri.

"Penilaiannya besok sepulang sekolah, jadi sekarang yang piket dan gak tolong berpartisipasi ya. Gue gak mau kalau kelasnya kotor dan pengumumannya bukan kelas bersih meskipun gak juara. Emang kalian mau kena denda seratus ribu? Jangan pakai uang kas ya!" seharusnya Kaila pantas menjadi ketua, tapi karena ketegasan dan penagihannya bendahara lebih cocok. 

"Gak lah! Kelas kita bakalan jadi juaranya,"

"Semuanya jangan pulang dulu. Gak usah banyak alesan ok?" biasanya ada yang kabur alasan di jemput, di tungguin pacar, tidur siang, bantu bersih-bersih, ikut eksul, dan keberagaman alasan lain.

"Siap bos!"

"Laksanakan!"

"Kuy ayolah!"

Karena jamkos dan satu jam lagi bel pulang berbunyi. 

"Piket sekarang gak nih kai?"

Kaila mengangguk. "Iya, lebih cepat baik ok. Selesai piket, nanti ada yang ke toko Pelangi ya buat beli dekorasi kelas. Perlu di ganti tuh, masa iya kelas 11 Ips 5," 

Sebelum 11 Ips 1 perpindahan kelas sejak kenaikan kelas di berlakukan. Beberapa dekorasi dan balon huruf itu masih menancap di tembok.

"Gue sama Allisya aja," ujar Aqila antusias. "Mau kan sya?"

Allisya mengangguk. "Apa di toko Pelangi ada pulpen sama buku tulis?"

"Ada dong, gue sebutin ya. Pensil, pulpen, kotak pensil, penghapus, kain flanel, lem tembak, dakron, bros, kertas buffalo, buku gambar, binder, buku diary-emm" mulut Aqila di bungkam, Allisya bosan mendengarnya. 

"Apaan sih sya, gue kan sebutin semuanya,"

"Gak perlu. Kayak promosi aja,"

"La, lo piket!" perintah Kaila seperti mandor. 

"Iya ya," Aqila mengambil sapu kelas yang di letakkan di gantungan khusus untuk sapu, cikrak, dan pel-pelan.

Bersih-bersih kelas di laksanakan. Piket, mengelap kaca, mengusir debu di meja-meja dengan kemucing dan mengepel. 

Harum wangi, sejuk dan asri di rasakan oleh 11 Ips 1. 

Bel pulang sekolah berbunyi. 

"Duh capek banget nih,"

"Kai, boleh gak istirahat?"

Kaila yang tengah merapikan taplak meja pun mengangguk. "Boleh, tapi makannya disini dengan syarat harus bersih,"

"Ok,"

Aqila mengajak Allisya ke toko Pelangi. Tapi saat keluar kelas, Allisya melihat Daniel yang tengah mendekatkan diri dengan Luna di tembok. 

"Duh mata gue tiba-tiba burem nih," sindir Aqila keras. 

Sontak Daniel dan Luna menoleh.

"Sya? Aku anterin kamu pulang ya?" Daniel bersikap seolah-olah tidak ingat. 

"Jangan niel, biarin aja pulang sendiri. Dia udah gede, bisa lah jaga diri," ucap Luna menusuk ke ulu hati.

Aqila menghampiri Luna. "Lo siapa sih? Kenapa selalu sama Daniel hah?" Aqila mengangkat dagunya, menantang.

Luna mendorong Aqila. "Kenapa emang? Masalah?"

"Oh jelas! Allisya itu pacarnya Daniel!" sahut Aqila tersulut emosi.

"La, Luna sahabat gue. Jangan bentak dia kayak gini, nanti mentalnya down," ucap Daniel melerai. 

"Lo lebih peduli Luna daripada Allisya? Otak lo ke geser di dengkul niel,"

Beberapa siswa yang masih berlalu-lalang pun menghentikan langkahnya, menyaksikan perdebatan ini.

Allisya meraih tangan Aqila. "Ayo la ke toko Pelangi, jangan buang-buang waktu," ucapan Allisya menumpahkan sindiran halus.

"Sya, ayo pulang bareng sama kita," bahkan Daniel mengajak Luna, Allisya mau jadi obat nyamuk?

"Gak usah. Pulang aja," ucap Allisya malas. 

"Ok, jangan lupa makan ya?" perhatian b*llsh*t itu menguap di udara, Allisya tidak baper. 

"Ayo sya, tubuh gue kayak kebakar disini terus," sebelum pergi Aqila melirik sadis Luna. 

"Biasa aja dong matanya," ucap Luna tak terima. 

๐Ÿ’ ๐Ÿ’ ๐Ÿ’

Di toko Pelangi, Allisya melihat-lihat pulpen gel favoritnya.

"Sya, yang ini lucu deh," Aqila menunjuk pulpen gel berwarna biru laut dengan gliter kemerlip.

"Yang ini mbak?" tanya si penjual perempuan. 

Allisya mengangguk. "Tiga ya mbak, ini kan kembar," 

Aqila mengernyit. "Kok tiga? Satu aja sya,"

"La, gue beliin ini buat lo dan Kaila. Biar kita samaan," 

Aqila tersenyum senang, ah kembaran sama dengan couple-an. 

"Makasih banget sya," 

"Sama-sama. Eh dekorasinya la jangan lupa," untungnya Allisya ingat, bisa-bisanya Kaila akan angry.

"Mbak, kertas origaminya lima ya," Aqila memesan. 

"Banyak banget la, buat apa?" 

"Ada deh, biar rame kelasnya,"

Setelah membeli kertas origami dan pulpen gel, mereka kembali ke sekolah. 

"Allisya sama Aqila lama banget sih," gerutu Kaila. 

Kelas 11 Ips 1 memiliki aroma khas makanan dari mie ayam, mie instan, duren, parfum lagi biar wangi, dan ada yang membeli gorengan hangat sehingga kelas ini seperti buka warung lesehan.

Allisya dan Aqila memasuki kelas. 

"Ini dia, panjang umur tadi gue gosipin sendiri," Kaila menghampiri sahabatnya itu. "Beli dekorasi apa?"

Aqila mengeluarkan lima kertas origami. "Ini la, nanti kita buat macem-macem deh. Bisa pesawat, kupu-kupu, burung dan orang-orangan,"

"Gak gitu juga, emang nih kelas anak Tk?" 

"Gue ada ide!" itu Rizka. 

"Apa?" tanya ketiganya kompak.

"Jangan origami aja, kebetulan gue punya kertas karton di laci nih," Rizka memberikan kertas karton berwarna putih dan merah muda. "Biar gak origami mulu,"

Kaila meraih kertas karton itu. "Gue tau harus buat apa. Kita bikin struktur organisasi kelas dulu, terus kita bikin mading kelas. Nanti gue pilih siapa yang nulis kata-kata indah, puitis dan motivasi. Biar yang baca itu semangat,"

"Setuju!" seru semuanya kompak.

"Itu aja?" tanya Aqila. "Masa gak rame, tambah lagi dong,"

"Ok, selanjutnya ada tulisan viral di struktur organisase kelas. Biar informasi dan gambar menarik jadi referensi,"

"Di mulai dari sekarang! Priitt," ucap Kaila seperti wasit. "Di mohon kerja samanya ya guys,"

Semuanya sibuk membuat kupu-kupu dari origami dan beberapa burung.

"Pipit, Ria, Dia kalian ngisi mading ya. Pipit nulis puisi, Ria motivasi, Dia kata-kata mutiara,"

"Ini bahasa Indonesia apa ada bahasa Inggrisnya?" tanya Dia yang masih bingung. 

"Bahasa Indonesia aja, biar semuanya faham," Kaila seperti pemimpin disini, tapi demi kebersihan dan kenyamanan kelas. 

"Duh, gue gak tau lagi harus bikin puisi gimana," keluh Pipit.

Allisya yang mendengar itu pun ingin membantunya. "Ide gue aja. Nanti lo yang tulis,"

"Emang lo bisa?" tanya Pipit sedikit ragu.

"Bisa,"

Allisya mulai menyalurkan keluh kesahnya melalui puisi. 

"Kapan-kapan lo like ya blog halaman di F******k gue," pinta Allisya, semakin banyak yang menyukainya puisinya di hargai.

Puisi yang di ungkapkan Allisya adalah:

"Terjun"

Salah kata menyakiti hati

Meminta tidak di hargai

Sedingin es menyelimuti bumi

Laut menyapa senja mengakhiri

Hujan sebagai saksi

Tiupan angin membisiki

Inilah yang di nanti

Terhalang pilu menghimpit diri

"Sya, pas banget loh. Pinter banget lo buat puisi. Pasti lah, ehm," Pipit berdehem. "Semuanya dengerin gue!"

Seisi kelas menatap Pipit penasaran.

"Jangan lupa like blog halamannya Allisya ya guys," Pipit membantu memprosikan.

Allisya senang. 'Makasih banget pit,' batinnya. 

"Apa namanya?" tanya Pipit.

"Puisi gombalan. Masih 287 like sih,"

"Gak papa sya, nanti kita promosiin rame-rame,"

"Iya, karya lo harus di liat dan di hargai semua orang,"

Kaila menghampiri Allisya. "Sya, kalau lo mau ikutan kompetisi menulis puisi nasional, daftar aja ke gue ya? Soalnya formulir pendaftarannya terbatas, dan gue dapet itu,"

Mata Allisya berbinar. "Gue mau kok. Kapan?"

"Nanti gue kirimin filenya ya. Biar gue yang daftarin nama lo," Kaila begitu baik meskipun menyusahkan di waktu tertentu.

"Makasih kai," Allisya memeluk Kaila. 

"Sama-sama. Gak usah sedih ya sya," Kaila tau permasalahan cinta Allisya dengan Daniel. 

"Nanti cantiknya hilang loh sya,"

"Senyumnya eaa,"

"Manisnya ngalahin gula subhanallah,"

"Kalau cemberut saudaranya bebek,"

Allisya menatap semua temannya. Mereka ada dan mendukungnya, bahkan beberapa hari saja seperti mengenal lebih lama. Allisya beruntung di tempatkan di kelas 11 Ips 1. 

Allisya mengangkat sudut bibirnya. "Nih gue senyum,"

"Nah, itu baru Allisya kita. Ya gak guys?"

"Yap, semuanya adalah keluarga. Gak boleh ada yang sedih ataupun down,"

"Apa semboyan kita?" tanya Kaila membangkitkan semangat teman sekelasnya. Siang-siang begini kantuk menyerang tanpa ampun.

"Prioritas dan solidaritas!" seru mereka kompak. 

Di kantor guru, bu Diah yang masih di sana mengoreksi jawaban dari siswa mendengar suara itu dari CCTV. 

"Kompak banget, wah salut deh. Yang lain udah pulang, mereka berusaha menghias kelas," bu Diah tersenyum, meskipun tidak mengajar di kelas 11 ia tau bagaimana karakter semua siswa, ada yang penyendiri dan suka berbaur. Yang penyendiri ini perlu di rangkul, bukan di bully atau di diamkan, dia juga butuh teman dan sebuah kebahagiaan kecil dari seorang teman. Ehm, sorry curhat. 

๐Ÿ’ ๐Ÿ’ ๐Ÿ’

Next Chapter coming soon ใ€‹ ใ€‹ ใ€‹

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status