Share

2. Duel

last update Last Updated: 2023-09-01 22:42:43

"Apa Bapak tidak puas dengan bagian ini?" Diandra berhenti di halaman yang mungkin menyebabkan Zaid marah.

"Huk... Uhukk..." Zaid tersedak.

"Pelan pelan makannya Pak." Diandra memberikan air minum pada Zaid. Zaid segera meminum air itu.

"Glupp...glup.." Zaid menghabiskan satu gelas penuh. Wajahnya merah karena tersedak dan merasa malu.

Sedangkan Diandra, dalam hatinya merasa sangat senang. Ia memang bermaksud untuk membuat Bosnya itu kesal. Bukan Diandra namanya jika tidak membalas perbuatan snag Bos yang sangat kenak kanakan seperti ini.

"Kamu mau ngebunuh saya atau gimana?" Tanya Zaid.

"Bapak kok ngomong gitu?" Diandra pura-pura tidak paham.

"Kenapa angkanya berubah drastis dari yang ini?" Zaid menunjukan proposal yang tadi ia baca.

"Hmm.. Itu... Mungkin salah print Pak. Mohon maafkan saya."

"Bukan itu yang saya maksud Di. Kenapa jumlahnya jauh lebih besar dari print outnya?"

"Ooo.. Yang bener yang ini Pak. Memang sejak awal rincian dana ini yang bener Pak. Kami berusaha merevisinya sesuai keinginan Bapak, tapi setelah mempertimbangkan segala aspek, perkiraan rincian dana yang tepat ya ini Pak."

"Kamu mempermainkan saya, ya?" tanya Zaid. Wajahnya berubah lebih ketat lagi.

"Saya tidak punya kuasa ataupun kesempatan untuk kurang ajar sama Bapak. Saya mana berani mempermainkan Bapak," Jawab Diandra.

"Lalu? Ini apa?"

"Duhh.. Saya mau menjelaskan berapa kali Pak?" Diandra mendekatkan wajahnya ke layar komputer dan jaraknya sangat dekat dengan wajah Zaid.

"Bapak perhatikan ini. Ini adalah jumlah yang wajar Pak." Tunjuk Diandra pada jumlah harga pada bagian yang terpaksa dikuranginya pada print out proposal yang ada di meja Zaid.

"Saya lihat kok," Zaid menjauhkan wajahnya sedikit dari depan layar komputer.

"Berarti tidak ada yang perlu saya jelaskan lagi dong Pak. Ini sudah sangat sangat wajar. Kita memang butuh jumlah dana segini untuk menampilkan kemewahan dari brand produk yang kita kerjakan."

"Saya sudah meminta kamu mengecilkan jumlahnya. Kamu bisa membuat yang lebih efisien dari ini."

"Saya sudah membuat jumlah yang sangat efisien seperti di proposal yang Bapak pegang. Tapi Bapak sepertinya tidak senang jika beberapa bagian dari konsep diubah. Karena itu Bapak memanggil saya kesini kan, Pak?"

Diandra kembali ke posisi duduknya semula. Wajahnya tidak menampilkan sedikitpun rasa takut pada Zaid.

"Kamu tahu itu, tapi saya juga tidak akan menyetujui anggaran yang kamu buat ini."

"Baiklah, jika begitu kita kerjakan seadanya saja, Pak."

"Mulut kamu itu asal bicara ya, Di. Saya sekarang sedang serius?"

"Saya lebih serius dari Bapak sekarang," Jawab Diandra.

"Saya akan memindahkan tugas ini ke Tim lain. Kembalilah ke ruangan kamu, kamu hanya membuat saya lebih pusing."

"Saya tidak keberatan dengan ide Bapak. Tapi sebelumnya maaf Pak, konsep ini berasal dari Tim saya. Saya tidak akan membiarkan Bapak sekalipun menggunakan konsep ini jika Bapak menugaskannya ke Tim lain."

"Kamu sangat kasar dan sombong Di. Lihat saja, siapa yang akan berhasil diantara kita."

"Silahkan Pak. Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, saya mohon izin untuk menikmati sisa makanan saya."

"Keluarlah!"

"Baik Pak. Selamat siang."

Dengan perasaan lega, Diandra keluar dari ruangan Zaid. Sedangkan Zaid tambah kesal. Bukannya menemukan jalan tengah dari masalah, ia justru hanya berdebat dengan Diandra.

Zaid lalu menutup file dan juga proposal yang ada di mejanya. Ia memilih untuk menghabiskan Sushi favoritnya tanpa memikirkan kerjaan.

Ia masih punya waktu empat hari lagi sebelum kliennya meminta hasil akhir dari project yang direncanakan perusahaannya.

"Sushi ini memang sangat enak. Aku tidak menemukan yang lebih enak dari ini dimanapun. Selepas ini aku akan meminta Tim lain untuk mengerjakan proyek ini. Kenapa aku harus menuruti keinginan Diandra yang sangat aneh itu. Huhh... " Ungkap Zaid.

Sedangkan Diandra hampir tiba di ruangan. Ia berpapasan dengan rekan timnya. Ia merupakan Ketua Tim 2 dan memiliki tiga rekan.

"Bu, kenapa tadi Ibu buru buru?" Tanya Bianca.

"Biasa Bi. Si bos masih gak puas dengan kinerja kita. Ada aja yang gak sesuai."

"Padahal kita mau makan siang bareng tadi Bu. Jadi Ibu sekarang udah jadi makan siang atau belum?"

"Baru dia suap. Saya udah lapar banget."

"Kasian banget Ibu," ucap Fifi.

"Mau gimana lagi Fi, Bos kita sangat sangat perfeksionis."

Sedangkan seorang lagi rekan tim Diandra, yaitu Jojo hanya menyimak obrolan ketiganya.

***

"Tikk.. Tok.. Tik.. Tok.. " Suara jam di ruangan kerja Diandra.

Waktu sudah menujukkan pukul 6 sore, ketiga rekan Diandra sudsh pulang kerja. Hanya dia sendirian yang ada disana. Ia harus mengerjakan pekerjaan untuk brand lain.

Ia tidak punya cukup waktu jika tidak menyiapkannya hari ini. Diandra tidak mau membawa pekerjaannya ke rumah. Di kantor saja sudah cukup melelahkan.

Sekitar lima belas menit, Diandra selesai juga. Ia bersiap siap untuk pulang.

"Tap.. Tap.." Langkah kakinya melewati ruangan Tim satu. Ia melihat rungan Tim satu masih dengan formasi lengkap.

Diandra sudah menduga jika Zaid akan melimpahkan pekerjaannya ke Tim 1. Tim satu dipimpin oleh Ketua Tim baru yang masih sangat antusias bekerja. Zaid sangat memanfaatkan itu.

"Lama lama kalian pasti juga akan lelah, nikmatilah waktu kalian sekarang," gumam Diandra.

Diandra melanjutkan perjalanannya menuju parkiran mobil. Disana ia bertemu dengan Zaid. Zaid akan segera masuk ke dalam mobilnya, sedangkan Diandra masih berda di tengah jalan. Diandra tidak memperdulikan Zaid, begitu juga Zaid. Zaid masih sangat kesal dengan tindakan Diandra.

Terdapat genagan air di sebelah posisi Diandra dan saat mobil Zaid lewat, "Byurr.." Sah percikan air langsung muncrat dan mengotori pakaian Diandra.

"Manusia gak ada adab!!" Umpat Diandra. Zaid tersenyum smirk melihat Diandra dari kaca spion mobilnya.

"Siapa yang mengerjaiku lebih dulu, ini belum ada apa apanya Diandra," ucap Zaid. Ia menambah kecepatan mobilnya dan menghilang dari pandangan Diandra.

"Dasar angkuh, gak minta maaf, malah pergi gitu aja. Benar benar gak ada adab."

Diandra benar benar kesal dengan Zaid.

"Lebih baik aku pulang sekarang, dari pada kedinginan karena pakaianku basah."

Diandra segera masuk ke dalam mobilnya dan langsung menuju rumah. Jalanan cukup ramai dan membuat waktu menjadi lebih lama tiba di rumah.

Berkendara sekitar 45 menit, Diandra tiba di rumahnya.

"Assalamualaikum Bu," ucap Diandra.

"Walaikumsalam Di," Sambut sang Ibu.

"Loh.. Baju kamu kenapa basah gitu, Di?"

"Gak Papa Bu, cuma kecipratan air aja."

"Siapa yang tega ke kamu gini, Di?"

"Biasa Bu. Ulah Orang gak ada adab, si Bos nyebelin itu Bu."

"Pak Zaid? Bos kamu?" Tanya Ibu Diandra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Married to My Anemy   118. The End

    Gimana Mas bisa tenang Sayang, hah?""Istighfar Zaid. Untuk apa kamu meributkan hal yang gak perlu diributkan Zaid!""Gak perlu gimana Ma? Zaid benar benar terluka, Ma." Zaid sangat kecewa dan langsung meningggalkan tempat itu. Diandra segera menyusulnya. "Mas, tunggu Diandra." Diandra mengejar Zaid tergesa-gesa. "Mas!" Diandra mempercepat langkahnya. Bersyukurnya, Diandra berhasil mengejar Zaid sebelum Zaid menyalakan mesin mobil. "Huhhh" Napas Diandra tersengal. Zaid mulai mengendarai mobilnya sangat laju. Bukan cuma laju, tapi juga ugal-ugalan. "Mas, istighfar!" Diandra menyentuh lengan Zaid. Wajah Diandra terlihat lumayan pucat. Zaid masih saja diam dan enggan menurunkan kecepatan laju mobilnya. "Mas, Diandra mual. Pelan pelan please Mas!" Suara Diandra melemah. Diandra sungguh merasa sangat mual. "Huek.." Mendengar Diandra seperti itu, Zaid langsung khawatir. Segera ia menurunkan kecepatan mobilnya. "Mas berhenti sebentar!" D

  • Married to My Anemy   117. Terbongkar

    iandra dan Bianca sangat bertekad untuk menggolkan proposal mereka kali ini. Apapun yang terjadi Diandra benar-benar tidak akan mundur. Walaupun harus bertengkar atau berdebat habis habisan dnegen Zaid. Belakangan ini Zaid memang sedikit santai dan kendur terhadap Diandra dan timnya. Sekarang Zaid sudah mode sadar, sesadar sadarnya.Setelah berada di dalam ruangan Zaid sekitar 10 menit, Diandra dan Bianca mulai menyerang Zaid. "Kami sudah mengusahakan yang terbaik Pak. Kami rasa Bapak terlalu ketat dan tidak memberi kami ruang. Seharusnya gak begitu Pak!" Tegas Diandra.Satu minggu berlalu"Halo Pak, saya sudah menemukan orang yang Bapak cari. Kami sudah menahannya agar tidak meninggalkan negara ini. Namanya Jason, Pak. Salah satu orang kepercayaan dari keluarga Bapak. Orang itu tidak mengakui tuduhan yang telah kami sampaikan, padahal jelas jelas pelakunya adalah orang itu.""Baiklah. Kerja bagus, saya akan segera menemui orang itu." Zaid mematikan ponselnya. "Siapa yang menelpon M

  • Married to My Anemy   116.

    Malam harinya, Diandra sedang menonton televisi dan bersantai. Ia ingin melupakan sejenak pekerjaannya yang sangat menganggu. Sementara itu, Zaid juga baru selesai mandi dan sepertinya akan segera bergabung dengannya."Di, udah makan malam belum?""Belum Mas, lagi malas makan. Gak mood gara gara urusan kantor.""Hohh.. Mas laper nih Di. Kita pesan makan online aja gimana?""Boleh Mas. Beli apa ya?""Hemm.. Empek empek sayang?""Hohh boleh tu Mas."Zaid segera duduk di sebelah Diandra. Ia mengeluarkan ponselnya dan merangkul Diandra. Satu tangannya memegang ponsel, satunya lagi udah merayap kemana-mana. "Ini tangannya gak sopan banget ya Mas!" "Gak papa dong sayang. Udah seminggu yang lalu kita tidur bareng dan gak ngapa ngapain sejak itu. Mesum juga kan sama istri sendiri.""Mas lupa ya kalau kita menikah kontrak?""Mas ingat Sayang. Dari awal Mas gak ada niat menikah kontrak sama kamu. Mas beneran tulus mau menikah sama kamu. Mas jatuh

  • Married to My Anemy   115. Fakta Fakta

    115."Wahh.. Sepertinya itu dilakukan oleh orang yang berkuasa Mas. Kalau malam itu kita beneran gak melakukan apa apa, berarti tadi malam kita beneran melakukannya untuk yang pertama kali. Dan gak pernah buat dosa dong Mas. Diandra pernah merasa bersalah banget karena kejadian itu.""Hah?" Zaid belum konek. "Iya Mas, Diandra dan Mas Zaid gak pernah ngelakuin dosa. Kita menikah bukan karena one night stand. Ini murni cuma kecelakaan, yang menjebak kita untuk segera menikah Mas. Alhamdulillah," Diandra merasa sangat plong, semua yang mengganjal dibenaknya hilang. Zaid masih memproses semua perkataan Diandra. "Ad apa Mas?""Diandra, sungguh ini darah perawankah? Kita tidak pernah berhubungan malam itu. Dan satu hal lagi, ini pertama kalinya kita berhubungan?" Zaid ingin memastikan. "Yes Mas.""Alhamdulillah Ya Tuhan. Ternyata diri Mas memang tidak pernah bertindak melanggar larangan Allah. Kamu masih suci saat Mas nikahi. Dan kita melakukannya dalam ikat

  • Married to My Anemy   114.

    Kalau gak mau nerima yang ini, simpan saja sayang. Kalau yang ini harus kamu terima ya Di." Zaid memberikan sebuah bungkusan paper bag pada Diandra. "Apa lagi ini Mas?" Tanya Diandra. Bungkusan itu sudah berada di tangan Diandra. Diandra melihat isi dari paper itu, dan isinya ternyata berupa baju. "Ini apa Mas?" "Bukalah dan lihat. Mas gak tahu kamu suka apa. Mas udah berusaha memilih yang terbaik." Diandra segera membuka bungkus itu dan membentang isi dari paper bag itu. "Bagus banget Mas." Wajah Diandra terlihat bahagia. Sangat berbeda dari ekspresi Diandra saat menerima perhiasan tadi. "Kamu suka?""Suka.""Makasih Mas. Hemm terus kita mau kemana Mas?""Kamu mau kita kemana?""Hemm.. Gak tau sih Mas. Tapi ini masih jam 10, gak kecepatan kalau kita pulang sekarang Mas?""Mas tau harus kemana. Kamu yakin bakal ikut aja?""Yakin lah Mas.""Hohh.. Kalau gitu ayo kita ke suatu tempat.""Baiklah," Jawab Diandra. Diandra dan Zaid

  • Married to My Anemy   113

    "Iya Ma."Mereka bedua menuju kasir untuk membayar dan segera keluar dari toko itu. "Di, kita pergi ke suatu tempat lagi ya!""Kemana Ma?""Restoran.""Ohh.. Iya boleh Ma. Diandra juga kehabisan energi pengen makan, laper Ma. Padahal tadi Diandra udah makan banyak.""Hahaha.. Itu karena energinya udah kepake buat jalan jalan sama Mama sayang." "Hahah iya mungkin Ma."Sementara itu di tempat lain Zaid udah menunggu kedatangan kedua wanita yang sangat berharga di hidupnya itu."Mama sama Diandra kok lama banget ya?" Zaid masih berusaha santai menunggu. Sementara itu, Bu Rina dan Rinal sendang dalam perjalanan menuju restoran. "Ibu yakin restoran W kan Bu?""Iya Ri. Nak Zaid tadi bilang itu nama restorannya. Nanti setelah tiba disana, kita diminta telepon aja.""Baiklah Bu. Kita berarti udjah bener. Tinggal belok di perempatan depan ini, kita langsung sampai.""Oki Ri."Sedangkan di tempat lain, Diandra dan Bu Tata juga sedang slama perjalanan ke restoran yang dimaksud oleh Zaid. "Ki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status