LOGINAllianah is an only child. Dahil sa utang ng mga magulang niya ay siya ang naging kabayaran. Iyon ay pakasalan ang isang Ezekiel Saavedra. Inaamin niyang gawapo, mayaman, hot at matalino ang mapapangasawa niya ngunit ang hindi niya matanggap ay siya ang iginawang pang bayad sa utang ng kanyang mga magulang. Kahit labag sa kanyang loob ay tinanggap niya ang pagpapakasal kay Ezekiel. Ngunit mapipigilan niya kaya ang kanyang puso upang huwag umibig?
View More'Aku hamil anak kamu, Mas Zay.'
"Aaaaaa …." Kina Anggita Dharmasya berteriak horor, dadanya naik turun dengan napas yang memburu. Jantung Kina berdebar kencang, wajahnya pucat dan tubuhnya tegang. Dia bermimpi yang bukan-bukan, melakukan 'itu dengan kakak iparnya lalu dalam mimpi dia berakhir hamil.Setelah merasa sedikit tenang dari rasa syok tersebut, Kina buru-buru meraih HP. Di papan pencarian, Kina mengetik 'arti mimpi hamil. Banyak artikel yang bermunculan, namun sebagian mengatakan jika arti dari mimpi tersebut pertanda akan datangnya seorang jodoh."Jodoh sudah dekat?" Kina mengerutkan kening, membaca artikel di layar ponsel, "idih, dikira sumber air apa?! Gila, jodoh datang sedangkan aku masih pengangguran begini. Alah, hoaks ini!" gerutu Kina, kesal sendiri setelah membaca artikel dari arti mimpi hamil.Tak ada yang Kina bisa benarkan. Di situ dikatakan artinya jika jodoh seseorang yang memimpikan sudah sangat dekat, si pemimpi akan menikah dalam waktu dekat, jodoh yang selama ini si pemimpi tunggu ternyata berasal dari orang terdekat."Huh, kampret!" umpat Kina, memilih meletakan HP di atas nakas lalu segera bangkit dari ranjang.Kina memilih mandi kemudian segera keluar kamar. Mungkin keponakannya sudah datang, dan mereka akan bermain bersama.Semenjak berusia lima bulan, Kina lah yang mengasuh keponakannya. Sheila–kakanya, mengidap penyakit autoimun dan semakin parah setelah melahirkan. Sedangkan kakak iparnya, dia banyak pekerjaan.Zayyan LavRoy Azam! Kakak ipar Kina yang sangat tampan dan penuh pesona. Dia adalah makhluk tuhan yang bisa membuat perempuan menjerit hanya karena melihat rupanya. Namun, dibalik pesonanya, seorang Zayyan adalah sosok dingin, misterius dan kejam.Rumor mengatakan Zayyan tak pernah peduli pada Sheila, dia suami yang jahat. Tetapi Kina tidak percaya, Zayyan selalu bersikap sopan padanya dan tidak pernah menunjukkan bahasa kebencian. Karena seharusnya, jika Zayyan membenci Sheila, otomatis Zayyan juga membencinya bukan. Namun ini tidak.Walau begitu, Kina memang sedikit takut pada kakak iparnya. Pria tersebut sosok yang berbicara seadanya dan cuek minta ampun. Kina tak nyaman berada di sekitar Zayyan. Beberapa kali dia ke rumah sang kakak untuk mengasuh Zana, Kina selalu menghindar. Dia setakut itu pada Zayyan, berbicara dengan pria itu saja kadang Kina gagap."Untung Nona muda sudah bangun," ucap kepala pelayan di rumah Kina, berpapasan dengannya saat Kina akan turun ke lantai bawah."Memangnya kenapa, Kak?" tanya Kina."Nona Zana sudah dibawah, berserta Tuan Zay."Kina mengerutkan kening. Tumben sekali Zayyan mau mengantar Zana ke tempat ini. Apa terjadi sesuatu?"Yaudah deh nggak jadi turun. Kabari kalau Kak Zay pulang, baru nanti aku turun ke bawah, Kak," ucap Kina pada maid tersebut.Namun, ketika dia melangkah untuk kembali ke kamar, maid tersebut melarang dan menghadang."Nona harus kebawah. Tuan besar memerintahkan," panik maid itu. "Ck, apa lagi sih tuh pak tua?!" ketus Kina, akan tetapi tetap menurut dengan turun ke bawah.Kina memang menaruh perasaan benci pada orang tuanya sebab merasa kurang kasih sayang dan tak mendapat sikap adil dari orang tuanya. Sejak dulu orang tuanya hanya peduli pada Sheila (kakaknya yang sudah tiada). Kina paham kakanya butuh dukungan dan kasih sayang lebih sebab penyakit yang dia derita. Namun, haruskah itu membuat orang tua mereka tidak memberikan perhatian serta cinta pada Kina?Selama ini Kina mengemis kasih sayang pada orang tuanya. Akan tetapi bahkan setelah Sheila matipun mereka tetap tak peduli padanya. Enam bulan yang lalu, Kina menyelesaikan pendidikannya. Namun, sampai sekarang dia masih pengangguran. Kina dilarang bekerja agar Kina fokus menjaga Zana.Dulu, kakaknya diperbolehkan menempuh pendidikan di Luar negeri. Bahkan orang tuanya ikut tinggal di sana demi memastikan kondisi Sheila. Kina ditinggalkan di sini, dititip kepada neneknya.Namun, saat Kina yang punya cita-cita menjadi desainer dan ingin bersekolah di Paris, di pusat dunia fashion, orang tuanya melarang. Alasan karena Kina seorang perempuan dan tidak bisa menjaga diri.Hidupnya terasa tak adil, namun meskipun begitu Kina tak pernah menaruh kebencian pada Sheila dan Zana. Karena menurutnya yang salah adalah orang tuanya. Bukan kakak dan keponakannya."Kakaaaaaak …." Saat Kina tiba-tiba di bawah, suara teriakan bahagia mengalun di sana. Seorang anak perempuan cantik dengan rambut panjang–mengenakan dress berwarna pink, berlari ke arah Kina.Kina menyambut hangat, menangkap tubuh tersebut lalu membawanya ke dalam pelukannya."Eih, sudah cantik ajah." Kina berkata dengan manis, nadanya senang dan wajahnya ceria. Bukan hanya sebagai keponakan, baginya Zana adalah teman untuknya. "Tumben cantik, Na, biasanya datang ke sini belum mandi, masih pake piyama."Zana memang memanggilnya kakak, sebab Kina melarang bocah ini memanggilnya aunty atau mama. Kina merasa aneh dan tua kalau Zana memanggilnya Aunty. Sedangkan Mama, Kina merasa merebut Zana dari kakaknya. Oleh sebab itu dia menyuruh Zana memanggilnya Kakak. Dengan begitu dia berasa tetap berada awet muda serta tak merebut Zana dari ibu kandungnya.Sejujurnya Kina memang masih tergolong muda, usianya baru dua puluh tiga tahun–masuk dua puluh empat tahun. Sedangkan Kakaknya dan sang Tuan Zay, mereka sama-sama berusia 34 tahun.Katanya, Zayyan adalah teman kakaknya dahulu. Akan tetapi Kina tak pernah ingat jika Sheila dan Zayyan dulunya adalah seorang teman."Hehehe … karena Nana ingin melamar Kakak sebagai Mommy untuk Nana." Dengan ceria, gadis kecil yang cantik tersebut berucap. Lalu dia melepas pelukan tantenya kemudian menekuk lutut dilantai, seperti gerakan bersiap-siap lomba lari. Akan tetapi tangan Zana tak menyentuh lantai, melainkan terulur ke depan Kina--menyodorkan sebuah bunga mawar serta kotak mewah terbuka berisi permen pada Kina, "maukah Kakak menjadi Mommy Kina?"Deg deg deg'Orang-orang tertawa sebab merasa lucu dengan tingkah Zana, tetapi tidak dengan Kina yang sudah panik sendiri. Apa ini maksud mimpinya? Menikah dalam waktu dekat dan jodohnya berada dari keluarga terdekat. Ti-tidak!"Zana, kamu ngapain? Si--siapa yang menyuruhmu begini?" ucap Kina dengan taut muka muram serta malu secara bersamaan. "Daddy." Zana menjawab."Daddy kamu bego yah?!" galak Kina pada Zana, akan tetapi menyesali ucapannya sebab orang yang dia sebut 'bego tersebut ada di sana–duduk dengan aura alpha, menampilkan ekspresi datar serta dingin dan sedang menatap ke arah Kina. Matanya menghunus tajam ke arah Kina.Kina langsung menutup mulut dengan tangan, membungkuk sedikit pada sosok itu sebagai tanda maaf. Sialnya, sosok itu tetap menatapnya dengan tajam."Daddy bilang jika Kakak mengambil bunga dan permennya, maka Kakak bersedia menikah dengan Daddy. Tapi jika Kakak tidak mengambilnya, itu artinya Kakak bersedia menjadi Mommy baru Nana," ceria anak itu dengan senyuman lebar. Tanpa peduli jika Kina sebelumnya mengatai Daddynya.Bagi Zana, Kina adalah segalanya–Kina mama maupun sahabat, wanita inilah yang membesarkannya sejak bayi. Zana takut pada Daddynya, tetapi jika Kina menjadi ibunya, maka di rumah dia tidak merasa seram lagi. Sebab Kina akan tinggal denganya dan Daddynya."Kedatangan Tuan Zayyan kemari adalah untuk melamarmu sebagai istri, Kina. Ambil bunganya dan kemari lah," seru Luis, ayah Kina. Di depan orang, dia memang akan bersikap manis. Tetapi jika tak ada orang, mana mau dia bersikap seperti sekarang pada Kina.Tubuh Kina menegang kaku, jantungnya terasa akan copot dalam sana. Apa? Zayyan datang untuk melamarnya? Bagaimana bisa pria itu berpikir untuk menikahinya? Kina adik iparnya, dan bagi Kina Zayyan sudah seperti kakak untuknya. Dia menghormati pria itu serta segan.Kina menatap ragu-ragu pada Zayyan, akan tetapi langsung memalingkan wajah sebab pria tiba-tiba menyeringai padanya. Orang-orang tak akan percaya, akan tetapi Kina melihat dengan jelas.'Sudah dikasih isyarat dari mimpi, masih saja aku turun ke sini. Tahu gini mending tadi aku kabur dari balkon kamar.'Mengingat mimpinya tadi, Kina jadi merinding disko saat bersitatap dengan Zayyan.Zayyan tiba-tiba berdiri, berjalan mendekati Kina dan putrinya. Dia meraih permen di kotak putrinya lalu meletakkannya di tangan Kina.Zayyan menyunggingkan evil smirk pada Kina, menatap adik iparnya tersebut secara deep dan penuh maksud. "Sejujurnya aku datang bukan untuk melamarmu, Angie, tetapi sedang memberitahu keluargamu jika minggu depan kita akan menikah."Deg deg degSelamat datang di novel baru kita, MyRe. Semoga suka!!"Anak, sigurado ka na ba?" Tanong ni Papa habang nasa labas kami ng pinto ng opisina ni Mr. Saavedra. Tumingin ako sa kaniya at ngumiti. "Opo, Pa. Kahit dito man lang ay matulungan ko po kayo." Turan ko. "Salamat, Allianah." Nakangiti niyang sabi at niyakap ako. "Excuse me, Mr. Hovers, pinapasabi ni Mr. Saavedra na kung puwede ay si Ms. Allianah na lang po ang papasok sa loob." Magalang na sabi ng babaeng secretary ni Mr. Saavedra. "Bakit daw? Hindi puwedeng anak ko lang ang papasok sa loob." Wika ni Papa. "Pasensiya na po at bilin lang ni Mr. Saavedra. Maghintay na lang daw po kayo rito sa labas." Sabi ng babaeng secretary kay Papa. Magsasalita pa sana si Papa nang unahan ko siya. "Pa, okay lang po ako. Huwag po kayong mag-alala kaya ko na pong kausapin mag-isa si Mr. Saavedra." Sabi ko. "Pero, Allianah, paano kung may gawing masama sa 'yo si Mr. Saavedra? Kailangan kong sumama sa loob." Nag-aalala niyang sabi. "Pa, okay lang po ako. Kaya ko na po ang sarili ko. Kakausapin ko
Naggising ako kinabukasan dahil sa ingay na naririnig ko mula sa labas ng kwarto ko. Boses iyon ni Mama at halatang nag-aaway na naman sila ni Papa. Agad akong bumangon at binuksan ang pinto ng kwarto ko. "Hindi pwede ito, Harold. Saan tayo titira kapag kinuha na itong bahay natin?" At mas lalo akong nag-alala nang makita kong umiiyak na si Mama kaya agad akong bumaba ng hagdan at nilapitan sila. "Ma, Pa." Tawag ko sa kanila. "Allianah." Gulat na sabi ni Mama. "Kailangan ng malaman ni Allianah ang lahat, Irene. Huwag na nating ilihim pa ito sa kaniya." Wika ni Papa na ikinakunot ng noo ko. "A-ano pong dapat kong malaman, Papa?" Kunot noong tanong ko. "Huwag na, Harold. Dahil hindi pa rin naman ako papayag sa gustong mangyari ni Mr. Saavedra." Sabi ni Mama. Anong gustong mangyari ni Mr. Saavedra?"Pa, anong ibig niyong sabihin?" Naguguluhan kong tanong. "Anak, kapag hindi kami makabayad sa utang sa kompanya ay pati itong bahay at lupa na tinitirhan natin ay kukunin niya." Sabi n
Sa mga sumunod na araw ay palaging late na kung unuwi si Papa at minsan ay nadadatnan ko siya sa may sala na lasing at doon na rin siya natutulog. Palagi rin silang nag-aaway ni Mama dahil sa kalasingan niya. Ngayon ko lang nakikita si Papa na palaging lasing at hindi ko alam ang dahilan. Hindi na rin siya masaway ni Mama. "My God, Harold. You're always like this. Dapat ay tutukan mo ang kompanya at hindi alak ang sagot sa problema natin." Rinig kong sabi ni Mama nang minsan ko silang naabutan sa sala. "K-kahit anong g-gawin ko, Irene ay h-hindi ko na maisasalba ang kompanya." Sagot ni Papa. Bumuntong hininga ako dahil sa sinabi ni Papa. "Baka pwede pa nating pakiusapan si Mr. Saavedra. Baka maawa siya sa atin, Harold." Ang bigat din para sa akin na marinig mula sa kanila na hirap na hirap na sila upang isalba pa ang kompanya. "Iba ang hinihingi niyang kapalit. At hindi ko kayang ibigay iyon sa kaniya, Irene. Hindi ko kaya." Napakunot ang noo ko sa sinabing iyon ni Papa. Anong kap
Pagsapit nang sabado ay naggising ako sa katok na mula sa pinto ng aking kuwarto. Ilang sandali lang ay pumasok si Papa habang nakangiti sa akin. "Pa." Gulat kong sabi. Minsan lang siya kung pumasok sa kuwarto ko kapag may kailangan siyang sabihin. "Hindi ka namin nasamahan kagabi kumain. Sinabi rin sa amin ni Manang Ghie na halatang nalungkot ka nang sinabi niyang hindi mo kami kasama kumain." Paliwanag niya. Agad akong napangiti dahil kahit papaano ay ramdam din nila ako. Ramdam nila na kailangan ko sila. "Okay lang po iyon, Pa. Naiintindihan ko naman po na busy kayo palagi ni Mama." Turan ko. "Wala kang pasok ngayon, hindi ba? Gusto mo bang sumama sa kompanya?" Nakangiti niyang tanong. "Puwede po?" Tanong ko. "Oo naman. Magbihis ka na at hintayin kita sa sala." Sagot niya. Mabilis akong bumangon sa higaan dahil sa sinabi ni Papa. Agad din siyang lumabas ng kuwarto kaya mabilis akong kumuha ng susuotin kong damit at pagkatapos ay patakbong pumasok sa loob ng banyo. Bihira lan



![The Billionaire Conquer My Heart [Book lll]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)








Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.