Share

Apa Ini?

Penulis: Selia p
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 14:23:24

Hari berikutnya, Rani tiba di kelas dengan hati yang gak menentu. Tugas sastra yang masih nunggu untuk dikerjain, ditambah lagi dengan perasaan aneh yang muncul tiap kali dia mikirin Pak Ardi. “Kenapa sih gue jadi sensi banget sama dia?” pikir Rani, sambil nyalin materi dari buku ke kertas.

Pak Ardi datang lebih cepat hari itu. Masuk dengan senyum lebar, seolah udah tahu bakal ada kejadian yang bikin kelas makin hidup. “Selamat pagi, semuanya!” sapanya dengan gaya yang bikin semua mata langsung ke dia.

Rani yang udah bisa nebak bakal ada sesuatu yang aneh, buru-buru ngelirik ke Cinta. “Gue nggak mau jadi bahan obrolan lagi, Cin,” bisiknya pelan.

Cinta, yang udah dari tadi nyengir-nyengir, malah nambahin, “Udah deh, lo liat aja nanti. Pak Ardi udah siap kasih kejutan buat lo.”

Rani buru-buru ngelirik ke depan, berharap Pak Ardi nggak langsung ngomongin dia lagi. Tapi ternyata, Pak Ardi langsung berdiri di depan kelas dan nyebut, “Oke, hari ini kita bakal analisis puisi tentang cinta, yang kayaknya cocok banget buat kita semua. Rani, lo bisa mulai duluan?”

Rani yang udah gelisah, langsung merasa darahnya kayak udah naik ke kepala. “Kenapa selalu gue?” pikirnya sambil nyamperin meja depan. “Apa gue salah kalau nggak ngerti tentang puisi?”

Pak Ardi langsung ngasih senyum yang entah kenapa bikin Rani makin gugup. “Gak usah khawatir, Rani. Lo pasti bisa, kan? Gue cuma nanya pendapat lo tentang tema ‘cinta’ dalam puisi ini.”

Rani yang udah panik, cuma bisa jawab dengan suara pelan, “Cinta itu... perasaan yang, ya, susah dijelasin, Pak.”

Semua mata di kelas langsung nyorot ke dia. Cinta yang dari belakang langsung berdiri dan nyeletuk, “Wah, lo tuh beneran deh, Rani. Lo kayak langsung ngasih jawaban romantis gitu.”

Pak Ardi, yang denger komentar itu, cuma ngasih senyum tipis. “Iya, Cinta. Cinta memang sesuatu yang susah dijelaskan, kadang bisa bikin kita bingung, kayak yang Rani bilang tadi.”

Rani, yang makin merasa kayak dihadapkan di depan panggung, cuma bisa senyum canggung. “Y-ya, Pak, gitu deh.”

Tapi yang paling ngeselin adalah saat Pak Ardi mulai ngasih penjelasan lebih dalam, dan kemudian ngelirik ke arah Rani dengan tatapan yang penuh perhatian. “Lo tahu gak, Rani, kalau sebenarnya cinta itu bisa datang dari hal-hal kecil yang kita abaikan?”

Rani yang udah nggak tahan lagi cuma bisa ngelirik Cinta dengan tatapan kesal. “Cin, lo tau kan gue nggak ngerti soal cinta-cinta begini.”

Cinta cuma senyum lebar dan nyengir. “Jangan salah, Rani. Lo udah bikin Pak Ardi makin tertarik sama lo. Jangan sampai kelewatan.”

Rani cuma meringis. “Kenapa sih, Cin? Ini kelas sastra, bukan acara pacaran.”

Dika yang sebelumnya cuma nyengir di belakang, akhirnya ikut komentar. “Tapi, Rani, lo tahu gak, Pak Ardi itu sering banget ngeliatin lo. Jadi, jangan kaget kalo dia tuh ngeh sama lo lebih dari yang lo kira.”

Rani langsung ngerasa gemeteran. "Gue cuma mau ngerjain tugas, gak mau jadi bahan gosip," pikirnya.

Kelas selesai, dan Rani buru-buru ngelipet bukunya. Tapi, sebelum dia sempat berdiri, Pak Ardi manggilnya. “Rani, bisa sebentar?”

Rani yang udah bisa nebak, cuma bisa menghela napas. “Ada apa, Pak?”

Pak Ardi cuma nyengir santai. “Gue cuma mau ngingetin, kalo lo butuh bantuan buat tugas, gue ada di ruang dosen. Jangan ragu buat dateng, ya?”

Rani langsung ngerasa kaya ada yang aneh banget. “Pak Ardi, kenapa sih lo ngasih perhatian ke gue terus? Gue cuma mahasiswa biasa, kok.”

Pak Ardi cuma nyengir, “Lo lebih dari itu, Rani. Gue tahu lo bisa lebih dari apa yang lo pikirkan.”

Setelah itu, Pak Ardi pergi, dan Rani yang masih bingung cuma bisa ngelirik Cinta yang udah nyengir lebar. “Gimana, Rani? Gimana rasanya jadi pusat perhatian Pak Ardi?”

Rani langsung ngelus dada, bener-bener nggak ngerti sama situasi ini. “Ini nggak lucu lagi, Cin. Gue beneran nggak siap.”

Dika yang ikut nyengir, “Tenang, Rani. Lo bakal kebiasa kok, sama perhatian yang bikin deg-degan itu.”

Tapi Rani gak tahu kenapa, meskipun dia merasa risih dan canggung, ada sesuatu dalam dirinya yang gak bisa nolak perhatian Pak Ardi. Dan itu bikin dia makin bingung.

---

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mas Dosen, I Love You   Kehilangan dan Kesendirian

    Malam itu, Rani duduk di meja belajarnya, menatap layar ponselnya yang menampilkan pesan dari Pak Ardi. Tapi dia tidak merasa ingin membalasnya. Rasanya, hati Rani sedang dipenuhi kebingungan dan kecemasan yang begitu besar, hingga membuatnya tak mampu mengumpulkan kekuatan untuk sekadar mengetik beberapa kata.Di layar ponselnya, pesan Pak Ardi itu tersisa tidak terbaca:"Rani, gimana skripsinya? Kalau ada yang mau dibahas, langsung hubungi saya aja, ya. Jangan sungkan."Tapi Rani tidak membalas. Tidak ada energi untuk itu. Sebab, ada satu masalah besar yang membuat semua perhatiannya teralihkan dari skripsi ke kosan.Pagi tadi, dia baru saja menerima pesan dari pemilik kosan yang memberi tahu kalau dia belum melunasi pembayaran sewa bulan ini. Uang yang harus dia bayar untuk bulan ini lebih dari yang dia perkirakan. Kosan kecilnya di pinggir kota itu memang murah, tapi sekarang setelah beberapa bulan ini uang yang dia punya benar-benar menipis.

  • Mas Dosen, I Love You   Tenang

    Seminggu berlalu sejak bimbingan terakhir di rumah Pak Ardi. Hidup Rani terasa jauh lebih teratur dari biasanya. Revisi skripsinya berjalan lancar, tugas-tugas kuliah lain sudah selesai, dan dia bahkan berhasil tidur cukup tanpa begadang nonton drama Korea. Untuk pertama kalinya, Rani merasa seperti mahasiswi ideal yang punya hidup terencana.Setiap pagi, dia bangun tepat waktu, berangkat ke kampus tanpa terlambat, dan menyempatkan sarapan di kantin bersama Cinta dan Dika.“Hidup lo kenapa rapi banget belakangan ini? Lagi ikut retret, nih?” goda Cinta sambil menyuap nasi goreng.“Lagi tenang aja, Cin,” jawab Rani sambil tersenyum santai. “Nggak ada tugas numpuk, nggak ada drama… rasanya kayak hidup baru.”“Tumben nggak ada yang ngeluh soal skripsi,” komentar Dika sambil memutar gelas tehnya.Rani mengangguk mantap. “Soalnya progress-nya lancar, Di. Pak Ardi bantu banget, ternyata dia nggak se-ngeselin yang gue pikir sebelumnya.”

  • Mas Dosen, I Love You   Semakin Dekat

    Keesokan harinya, Rani kembali ke kampus dengan perasaan campur aduk. Pengalaman bimbingan di rumah Pak Ardi kemarin masih membekas di pikirannya. Tapi dia berusaha keras untuk fokus. Skripsinya masih jauh dari selesai, dan dia nggak mau bikin masalah lagi dengan dosen pembimbingnya itu.Saat jam makan siang, dia berjalan menuju ruang dosen dengan naskah revisi di tangannya. Namun, begitu tiba di depan pintu, dia malah berhenti dan menarik napas panjang.“Udah sampai sini, masa balik lagi? Jangan bego, Ran,” gumamnya pada diri sendiri.Setelah mengetuk pintu, suara tegas Pak Ardi terdengar. “Masuk.”Rani membuka pintu dengan hati-hati. Pak Ardi sedang duduk di meja kerjanya, mengenakan kemeja biru muda yang digulung sampai siku. Matanya langsung tertuju ke arah Rani.“Rani, duduk. Ada yang mau didiskusikan?” tanyanya dengan nada santai.Rani mengangguk pelan dan menyerahkan dokumen revisinya. “Ini, Pak, revisi yang Bapak minta ke

  • Mas Dosen, I Love You   Bimbingan Skripsi Rasa Keluarga

    Hari itu, suasana kampus terasa lebih ramai dari biasanya. Tapi buat Rani, dunia sedang terasa seperti film slow-motion. Ada rasa campur aduk yang sulit dijelaskan. Bukan karena skripsinya, tapi karena dia baru saja mendapat pesan dari Pak Ardi:> "Rani, hari ini kita lanjutkan bimbingan di rumah saya. Anak saya sedang kurang enak badan, jadi saya nggak bisa tinggal lama di kampus."Mata Rani langsung membelalak saat membaca pesan itu. Bimbingan… di rumah Pak Ardi?! Ini pertama kalinya dia diminta datang ke rumah dosennya. Meskipun konteksnya profesional, tapi tetap saja, rasanya bikin deg-degan.Cinta, yang duduk di sebelahnya, langsung heboh saat Rani menceritakan rencana itu.“Lo serius? Bimbingan di rumah Pak Ardi? Ran, ini kesempatan emas buat lo. Jangan lupa observasi detail rumahnya. Gue pengen tahu semuanya. Warna sofa, jenis lampu, bahkan koleksi majalahnya!”“Cii, gue bimbingan, bukan jadi agen rahasia!” balas Rani sambil mengusap wa

  • Mas Dosen, I Love You   Misi Balas Budi Yang Berantakan

    Setelah kejadian di ruangan Pak Ardi, Rani merasa dia harus melakukan sesuatu untuk menebus rasa bersalahnya. Dia nggak mau terlihat seperti mahasiswi ceroboh yang cuma bisa bikin masalah. Maka, dia memutuskan untuk mengambil langkah besar: bantuin Pak Ardi mengurus dokumen-dokumen di ruangannya.Rani sengaja datang lebih awal ke kampus keesokan harinya. Dia membawa sekantong kecil kue yang dia beli di perjalanan—niatnya buat mencairkan suasana. Saat sampai di ruangan Pak Ardi, dia mengetuk pintu dengan hati-hati.“Masuk,” terdengar suara tegas dari dalam.Rani membuka pintu pelan. Pak Ardi tampak sibuk dengan tumpukan berkas di meja. Saat melihat Rani, dia sedikit mengangkat alis. “Ada apa, Rani?”“E-eh, ini, Pak. Saya cuma mau bantu beresin dokumen. Dan ini, saya bawa kue buat Bapak…” Rani meletakkan kantong kue di meja dengan sedikit gugup.Pak Ardi menatap kantong itu sebentar sebelum akhirnya tersenyum kecil. “Terima kasih, Rani. Tapi kamu nggak perlu repot-repot.”“Nggak apa-apa

  • Mas Dosen, I Love You   Hilang

    Keesokan harinya, gosip di kampus belum mereda. Bahkan, ada tambahan bumbu baru: “Pak Ardi dan Rani terlihat mesra di perpustakaan.” Itu semua berkat ulah Rina, yang entah bagaimana selalu tahu segala kejadian di kampus dan menyebarkannya lebih cepat dari media sosial.Di kelas pagi itu, Rani datang dengan wajah kusut. Dia langsung duduk di pojokan, mencoba nggak menarik perhatian. Tapi tentu aja, keberadaan Cinta dan Dika bikin rencana itu gagal total.“Ran, gue nggak ngerti kenapa lo nggak sekalian aja bikin vlog hubungan lo sama Pak Ardi. Pasti views-nya tembus satu juta!” celetuk Dika sambil nyengir lebar.Rani menatapnya tajam. “Dik, kalau lo ngomong kayak gitu lagi, gue sumpahin lo nggak lulus semester ini!”Cinta, yang duduk di sebelahnya, ikut nimbrung. “Tapi serius, Ran. Gue kemarin denger dari anak jurusan lain, mereka bener-bener percaya kalau lo dan Pak Ardi punya hubungan spesial. Gue sih nggak nyalahin mereka. Chemistry kalian tuh—”“CI!” potong Rani dengan suara setenga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status