"Yang Mulia, ada selir baru yang baru masuk istana. Dan dia sudah berani mempermalukan saya dengan memaksa saya berlutut padanya selama dua jam," kata Yuyan.
Yuyan saat ini sedang berada di Paviliun Seruni Jingga, paviliun milik selir agung. Yuyan berada di sini karena dia ingin mengadu pada selir agung atas perbuatan Ruyan padanya.
"Selir baru? Aku tidak tahu kalau ada selir baru," kata Selir Agung Shang Lianyi.
"Yang Mulia Kaisar membawa selir baru dari Kerajaan Yunxi," kata Yuyan.
"Sepertinya Yang Mulia Kaisar berencana memperluas wilayah dengan besar-besaran. Sebelumnya Yang Mulia Kaisar membawa putri dari Kerajaan Fengxu, lalu putri dari Kerajaan Lingxao, dan sekarang dari Kerajaan Yunxi," kata Lianyi.
"Yang Mulia, wanita yang kali ini benar-benar sangat sombong. Padahal dia sangat jelek tapi dia sama sekali tidak sadar diri. Saya benar-benar tidak suka padanya," kata Yuyan.
"Aku jadi penasaran padanya. Panggilkan dia ke sini," kata Lianyi pada seorang pelayannya.
Pelayan yang diberikan perintah langsung bergegas untuk pergi dan menjalankan perintah. Beberapa saat kemudian pelayan itu kembali ke tempat ini bersama Ruyan.
Yuyan cukup terkejut saat melihat penampilan Ruyan yang sekarang. Penampilan Ruyan saat ini terlihat berbanding terbalik dari pada penampilan Ruyan kemarin. Penampilan Ruyan sekarang benar-benar terlihat seperti seorang putri.
Ruyan membungkuk pada Lianyi sambil berkata, "Xi Ruyan memberi salam kepada Selir Agung."
"Bangunlah," kata Lianyi. Ruyan langsung kembali berdiri dengan tegak.
Ruyan melihat ada Yuyan di sini. Ruyan bisa menebak dengan mudah kenapa dirinya dipanggil ke sini. Yuyan pasti mengadu pada selir agung. Ruyan pikir masalah kemarin sudah selesai. Namun, Yuyan malah ingin memperpanjang masalah ini.
"Aku dengar kau membuat salah satu selir di sini berlutut selama dua jam," kata Lianyi.
"Saya tidak akan menyangkal, Yang Mulia," kata Ruyan sambil melirik ke arah Yuyan yang berdiri di sebelah tempat duduk Lianyi.
"Kenapa kau melakukan hal itu?" tanya Lianyi.
"Saya hanya membalas perbuatan Selir He dengan balasan yang setimpal," kata Ruyan tanpa rasa takut.
"Oh? Memangnya apa yang Selir He lakukan padamu?" tanya Lianyi sambil menatap Ruyan dengan penasaran.
"Selir He berteriak-teriak pada saya dan memaksa saya untuk berlutut. Padahal peringkat saya lebih tinggi dari pada Selir He," kata Ruyan. Lianyi cukup kagum dengan keberanian Ruyan saat mengatakan hal itu.
"Bohong! Beraninya kau berbohong pada Selir Agung!" teriak Yuyan.
Ruyan benar-benar tidak habis pikir dengan kalimat yang dilontarkan oleh Yuyan. Bisa-bisanya dia menuduh Ruyan berbohong. Padahal dirinya sendiri yang sedang berbohong di sini.
"Selir He, apakah Anda tahu tentang peribahasa yang mengatakan bahwa 'semakin ingin ditutupi, semakin nyata terlihat'? Sebaiknya Anda jangan berbohong, Selir He. Ada banyak saksi yang menyaksikan kejadian kemarin. Sebaiknya kita lupakan saja kejadian kemarin. Jangan merepotkan Selir Agung seperti ini," kata Ruyan dengan tenang.
"Apa kau sedang menggurui aku? Apa kau pikir aku bodoh? Aku tidak bohong! Panggil saja saksi itu lalu kita dengarkan kesaksian mereka!" teriak Yuyan. Yuyan berani mengusulkan hal tersebut karena Yuyan sudah menyuap semua saksi kecuali Mei.
Ruyan hanya diam saja dan menunggu reaksi Lianyi. Namun, Lianyi juga hanya diam menunggu aksi Ruyan melawan Yuyan.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau takut padaku sekarang? Aku ini sudah berada di sini selama bertahun-tahun sebelum dirimu. Aku yakin kau takut pada seorang senior sepertiku," kata Yuyan sambil tertawa dengan sangat keras.
Ruyan masih diam untuk menunggu reaksi Lianyi. Namun, Lianyi juga tetap diam.
"Yang Mulia, lihatlah dia. Dia benar-benar takut sekarang. Jelas-jelas dia lah yang berbohong, bukan saya," kata Yuyan sambil tertawa.
Yuyan merasa percaya diri karena dia pikir Lianyi berada di pihaknya karena Yuyan adalah selir yang lebih senior dibandingkan oleh Ruyan. Terlebih lagi dia sudah memanipulasi para saksi agar para saksi mengatakan bahwa Ruyan yang bersalah. Oleh karena itu, sekarang dia berani menantang Ruyan. Namun, sebenarnya Lianyi tidak memihak siapa pun di sini. Lianyi hanya menjalankan tugasnya untuk menjaga ketenangan di harem.
"Saya sama sekali tidak takut pada Anda, Selir He," kata Ruyan.
"Kau pasti takut karena kau diam saja dari tadi," kata Yuyan.
Ruyan merasa sudah lelah dengan Yuyan sekarang. Ruyan sama sekali tidak ingin menanggapi Yuyan dan ingin segera pergi dari tempat ini. Namun, Ruyan harus menyelesaikan masalah ini terlebih dulu sebelum dia bisa pergi dari tempat ini. Ruyan sangat berharap bahwa Lianyi akan membantu untuk menyelesaikan masalah ini.
Sementara itu, Lianyi juga sudah tidak habis pikir dengan kelakuan Yuyan. Lianyi mulai menyesali keputusannya untuk menanggapi aduan Yuyan. Ini bukan pertama kalinya Yuyan membuat masalah dan mengadu padanya. Namun, entah kenapa Lianyi terus menanggapi masalah Yuyan.
"Selir He, apakah Anda sadar bahwa Anda sudah mulai kelewatan?" tegur Ruyan.
"Akui saja bahwa kau takut dan minta maaflah padaku lalu aku akan membiarkanmu hidup tenang di istana ini," kata Yuyan.
Ruyan menghela napas panjang setelah mendengar perkataan Yuyan. Ruyan sama sekali tidak sudi untuk meminta maaf dari Yuyan karena Ruyan sama sekali tidak merasa melakukan kesalahan pada Yuyan.
"Tidak," kata Ruyan.
Yuyan cukup terkejut saat mendengar penolakan Ruyan. Yuyan sempat percaya diri apabila Ruyan pasti akan meminta maaf padanya di hadapan Lianyi.
"Kau—"
"Sudah cukup." Lianyi memotong perkataan Yuyan.
Suasana langsung hening seketika. Yuyan hendak membuka mulutnya lagi untuk berbicara. Namun, Lianyi memberinya tatapan tajam. Sehingga Yuyan mengurungkan niatnya untuk berbicara.
"Maaf Anda jadi terganggu karena masalah kecil ini, Yang Mulia," kata Ruyan pada Lianyi.
"Tidak apa-apa. Tadi aku pikir ada masalah besar yang terjadi. Tapi ternyata ini hanya salah paham saja," kata Lianyi sambil tersenyum pada Ruyan. Lianyi ingin segera mengakhiri drama ini secepatnya.
"Tapi—"
"Kalian berdua boleh kembali keluar." Lianyi kembali memotong perkataan Yuyan dengan mengusir mereka berdua secara halus.
"Terima kasih, Yang Mulia," kata Ruyan sambil membungkuk pada Lianyi.
Yuyan benar-benar merasa sangat kecewa dengan Lianyi. Yuyan merasa bahwa Lianyi telah mengkhianatinya. Yuyan menatap Ruyan dengan penuh kebencian.
Ruyan dan Yuyan segera keluar dari paviliun ini. Begitu mereka keluar dari gerbang Pavilium Seruni Jingga, Yuyan berdiri menghalangi jalan Ruyan.
“Selir He, sebaiknya kita jangan memperpanjang masalah ini dan saling memaafkan. Mari kita hidup rukun di istana ini dan memiliki persaingan yang sehat,” kata Ruyan.
“Aku tidak akan memaafkanmu,” kata Yuyan.
“Oh, baiklah. Namun, Anda juga belum meminta maaf pada saya sama sekali,” kata Ruyan.
“Tunggu saja pembalasanku,” kata Yuyan. Yuyan berbalik arah lalu berjalan menjauh dari Ruyan.
***
Hari ini Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga di kediamannya. Tamu itu adalah Yuyan. Ruyan bertanya-tanya apa maksud kedatangan Yuyan ke tempat ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah dibebaskan?" tanya Ruyan."Sebenarnya aku kabur ...," kata Ruyan sambil memalingkan wajahnya dari Ruyan. Ruyan menatap Yuyan dengan wajah yang datar. "Apa kau belum puas terkena hukuman kemarin?" tanya Ruyan dengan nada sedikit mengancam. Yuyan langsung cemberut lalu berlutut di hadapan Ruyan. "Saya hanya ingin berterima kasih. Tolong jangan hukum saya," kata Yuyan dengan memelas. "Oh? Ternyata kau bisa berbicara dengan lebih sopan," sindir Ruyan. "Tentu saja saya bisa," kata Yuyan. Ruyan menghela napas lalu duduk di tempat duduk terdekat. Sementara itu, Yuyan masih berlutut di atas lantai. "Mau sampai kapan kau seperti itu? Duduklah," kata Ruyan. "Terima kasih Selir Xi," kata Yuyan kegirangan. Yuyan segera duduk di sebelah Ruyan. Yuyan sengaja duduk sangat dekat dengan Ruyan hing
Permaisuri mengirimkan dua peti hadiah berukuran besar pada Ruyan. Hadiah itu diberikan pada Ruyan sebagai tanda terima kasih. Ruyan merasa ini semua terlalu berlebihan. Ruyan membuka salah satu peti yang dikirimkan oleh permaisuri. Ternyata isinya adalah perhiasan. Ruyan membuka peti satunya lagi dan ternyata isinya adalah pakaian. Ruyan mengambil salah satu pakaian yang ada di peti itu lalu melihatnya. Ini adalah pakaian dengan ikatan di dada. Itu artinya, ini adalah pakaian yang bisa Ruyan gunakan selama masa kehamilan. Ruyan berpikir bahwa ternyata permaisuri cukup pengertian. "Oh, dari mana barang-barang itu?" tanya Shengli yang baru saja masuk ke dalam kamar Ruyan. Ruyan berbalik lalu membungkuk pada Shengli. "Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Ruyan. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Shengli. "Ini adalah pemberian Yang Mulia Permaisuri," kata Ruyan. "Ah, sepertinya dia sedang menyindirku," kata Sheng
Ruyan terbangun dari tidur cantiknya karena Ruyan merasa bahwa ada seseorang yang mencolek pipinya. Ruyan membuka matanya dan mencari tahu siapakah itu. Ternyata orang yang membangunkannya adalah Wenyuan. "Apa yang kau lakukan di sini, Pangeran?" tanya Ruyan. "Ayah menyuruh saya untuk datang ke sini dan membangunkan Anda," kata Wenyuan. Ruyan tertawa kecil sambil membayangkan Shengli menyuruh Wenyuan untuk datang ke sini. "Kau tidak perlu berbicara dengan formal padaku," kata Ruyan. Ruyan duduk dari posisi berbaringnya. Setelah itu, Ruyan memberi isyarat pada Wenyuan untuk duduk di sebelahnya di atas tempat tidur. "Apa Yang Mulia Kaisar menitipkan pesan untukku?" tanya Ruyan."Ayah bilang, Selir Xi harus lihat Ibuku," kata Wenyuan. "Sekarang?" tanya Ruyan. Wenyuan mengangguk menanggapi pertanyaan Ruyan. "Baiklah, aku akan ganti baju dulu," kata Ruyan. Ruyan segera memanggil Mei untuk membantunya
"Ada apa dengan Permaisuri?" tanya Shengli pada tabib yang memeriksa permaisuri. Permaisuri terbaring di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat pucat. "Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri hanya terkena demam biasa. Sepertinya Yang Mulia Permaisuri terlalu memaksakan diri untuk tetap bekerja hingga akhirnya pingsan," kata sang tabib."Apa Permaisuri akan baik-baik saja?" tanya Shengli. "Yang Mulia Permaisuri akan baik-baik saja setelah beristirahat. Saya akan membuatkan obat penurun demam," kata sang tabib. "Baiklah, pergilah," kata Shengli. Tabib itu membungkuk pada Shengli lalu segera bergegas untuk pergi. Setelah itu, Shengli memberi isyarat pada semua orang di kamar ini untuk keluar. Ruyan dan yang lainnya membungkuk pada Shengli lalu keluar meninggalkan Shengli dan Wanyin berdua di kamar ini. Begitu Ruyan baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar Wanyin, ada sesosok anak kecil yang menabraknya. Ruyan
Saat ini masih tengah hari. Namun Ruyan sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Akhir-akhir ini Ruyan memang sering tidur tanpa mengenal waktu. Shengli datang ke kediaman Ruyan di Paviliun Embun Pagi. Begitu melihat kedatangan Shengli, Mei langsung menyambutnya."Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Mei sambil membungkuk. "Di mana Selir Xi?" tanya Shengli. "Selir Xi sedang tertidur di dalam kamar," kata Mei. "Tidur? Di tengah hari seperti ini?" kata Shengli tidak percaya. "Iya, Yang Mulia. Akhir-akhir ini Selir Xi banyak tidur," kata Mei. Shengli mengangkat satu alisnya. Shengli penasaran kenapa Ruyan jadi banyak tidur seperti itu. Rasa penasaran Shengli berubah menjadi rasa khawatir. Apakah Ruyan sedang sakit?Shengli bergegas masuk ke dalam kamar Ruyan. Matanya langsung tertuju pada Ruyan yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Shengli duduk di atas tempat tidur Ruyan lalu menggoyangkan bahu Ruyan perlahan untuk membangunkannya. "Ruyan, bangunlah," kata Shengli. Ruyan m
Hari ini, tiba-tiba Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga. Orang itu adalah Selir Tingkat Tiga Meng Qinghe. Ruyan sangat bertanya-tanya kenapa Qinghe datang mengunjunginya.Qinghe membungkuk pada Ruyan dan berkata, "Salam pada Selir Xi.""Bangunlah," kata Ruyan.Qinghe pun kembali berdiri dengan tegak. Ruyan memberi isyarat pada Qinghe untuk duduk hadapannya."Ada perlu apa datang kemari Selir Meng?" tanya Ruyan penasaran."Saya hanya ingin berbincang santai dengan Anda, Selir Xi," kata Qinghe."Oh baiklah," kata Ruyan sambil mengangkat satu alisnya.Qinghe memberi isyarat pada pelayanannya untuk mendekat. Qinghe membuka keranjang yang dibawa pelayannya lalu mengambil isi dari keranjang itu. Ternyata isi dari keranjang itu adalah sepiring kue. Qinghe menyajikan piring itu di atas meja."Selir Meng, apa maksudnya ini?" tanya Ruyan."Saya hanya membawakan camilan untuk An