Share

3

Penulis: Azura Nucifera
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 12:44:39

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama dua bulan, akhirnya Ruyan sampai di Istana Kekaisaran Tianlong. Ruyan sampai di istana ini tanpa Shengli karena mereka berpisah di perbatasan. Shengli harus mengecek kondisi di perbatasan. Jadi Shengli menyuruh Ruyan untuk pergi ke istana duluan. 

Ruyan turun dari kereta kuda. Dia langsung disambut oleh seorang pelayan yang sudah menunggu kedatangan Ruyan. 

"Selamat datang di Istana Kekaisaran Tianlong, Yang Mulia Selir Xi," kata pelayan itu sambil membungkuk pada Ruyan. Ruyan mengangguk pada pelayan itu. 

"Yang Mulia, Yang Mulia Permaisuri sudah menunggu," kata pelayan itu. 

"Baiklah, tunjukkan jalannya," kata Ruyan. 

Pelayan tersebut segera menunjukkan jelan ke Paviliun Mahkota Langit, tempat tinggal Permaisuri Zhao Wanyin. Ruyan terus berjalan mengikuti pelayan itu sambil melihat sekeliling istana. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. 

Di dalam kamar, sang permaisuri terlihat sedang mengecek laporan. Wanyin langsung mengalihkan perhatian begitu Ruyan masuk ke dalam kamarnya. 

Ruyan bersujud di hadapan Wanyin sambil berkata, "Xi Ruyan memberi salam pada Yang Mulia Permaisuri. Semoga Yang Mulia Permaisuri selalu diberkahi oleh ketenangan dalam hidup."

"Bangunlah," kata Wanyin. 

"Terima kasih, Yang Mulia," kata Ruyan sambil berdiri. 

"Kalau tidak salah, peringkatmu adalah Selir tingkat dua. Apa aku benar?" tanya Wanyin memastikan. 

"Iya, benar Yang Mulia," kata Ruyan. 

"Penghuni harem di sini cukup banyak. Semoga kau betah. Kalau bisa, jangan sampai kau berselisih dengan para selir lain," kata Wanyan. 

"Saya akan selalu mengingat saran Anda, Yang Mulia," kata Ruyan. 

“Kalau kau tidak sengaja berselisih dengan selir lain, kau bisa mengadu pada Selir Agung selama Yang Mulia Kaisar belum kembali. Selir Agung yang mengurus urusan istana dalam selama Yang Mulia Kaisar tidak berada di sini karena aku harus mengurus pekerjaan Yang Mulia Kaisar yang menumpuk,” kata Wanyan. 

“Baiklah, Yang Mulia,” kata Ruyan.

"Kalau kau ingin tahu tentang sesuatu di istana ini, tanyakan saja pada Bai Mei. Dia akan menjadi pelayanmu mulai sekarang," kata Wanyan.

"Saya mengerti, Yang Mulia," kata Ruyan. 

"Mei, masuklah," panggil Wanyan. 

Seorang pelayan muda masuk masuk ke dalam kamar Wanyan. Dia membungkuk pada Wanyan dan Ruyan. 

"Bai Mei siap menjalankan perintah, Yang Mulia," kata Mei. 

"Bawa Selir Xi ke Paviliun Embun Pagi dan layani dia dengan baik," kata Wanyan. 

"Baiklah, Yang Mulia," kata Mei. 

Ruyan dan Mei segera berpamitan pada Wanyan lalu berjalan keluar dari kamar Wanyan. Mei menunjukkan jalan menuju ke Paviliun Embun Pagi. 

Ruyan merasa jalan di area harem ini cukup membingungkan. Dia merasa bahwa setiap jalan yang dia lalui sangat mirip. Ya, wajar saja dia merasa seperti itu karena ini pertama kalinya dia melalui jalan ini. 

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang selir yang dipikul oleh beberapa kasim menggunakan tandu. Mei dan Ruyan langsung menepi dari jalan itu untuk memberi jalan untuk rombongan selir itu. 

Mei membungkuk pada selir itu. Sementara itu, Ruyan hanya berdiri dengan tegak karena Ruyan tidak mengenal selir itu dan tidak mengetahui peringkat selir itu. 

"Berhenti," kata selir itu. Selir itu merasa tidak terima karena ada wanita asing yang berpenampilan 'lusuh' tidak membungkuk padanya. 

Para kasim yang memikul selir itu menghentikan langkah mereka. Setelah itu, mereka menurunkan tandu yang mereka pikul secara perlahan. Selir itu turun dari tandu lalu berdiri di hadapan Ruyan. 

"Siapa kau?" tanya selir itu. 

"Saya Xi Ruyan. Kalau boleh tahu siapa Anda?" tanya Ruyan balik. 

"Aku? Aku Selir Tingkat Tiga He Yuyan. Beraninya seorang pelayan baru sepertimu tidak membungkuk pada selir tingkat tinggi seperti aku," kata selir itu. 

Ruyan sangat mengerti kenapa dia bisa disangka sebagai pelayan. Saat ini dia hanya memakai pakaian yang sangat jauh dari kata mewah. Tentu saja dia hanya memakai pakaian biasa untuk perjalanan jauh. Dan dia belum sempat berganti pakaian saat dia tiba di istana ini. 

"Yang Mulia, beliau ini bukan—"

"Berlutut!" Yuyan tidak mau memotong perkataan Mei dan menyuruh Ruyan untuk berlutut padanya. 

Ruyan merasa dirinya memiliki kedudukan lebih tinggi dari Yuyan. Ruyan adalah selir tingkat dua dan Yuyan adalah selir tingkat tiga. Jelas-jelas kedudukan Ruyan lebih tinggi dari Yuyan. Oleh karena itu, tidak seharusnya Ruyan berlutut pada Yuyan. 

"Kenapa aku harus berlutut padamu?" tanya Ruyan. 

Pertanyaan Ruyan membuat Yuyan semakin kesal. Yuyan pun menampar pipi Ruyan dengan keras. Ruyan terdiam setelah mendapatkan tamparan dari Yuyan. Ruyan benar-benar tidak menyangka Yuyan akan menggunakan kekerasan seperti ini pada seseorang yang baru saja ditemuinya. 

"Beraninya kau!" teriak Yuyan. 

"Selir He, Anda tidak boleh—" 

Ruyan memberi isyarat pada Mei untuk berhenti berbicara. Ruyan masih ingin melihat apa yang akan dilakukan Yuyan selanjutnya. 

"Berlutut!" teriak Yuyan. 

"Apakah semua selir di sini sangat gila hormat? Sepertinya semua selir di mana-mana sama saja," kata Ruyan.

"Aku bilang berlutut!" teriak Yuyan. Emosi Yuyan benar-benar sedang memuncak saat ini. 

"Tidak," kata Ruyan.

"Buat pelayan ini berlutut," kata Yuyan pada para kasim. 

Para kasim segera berjalan ke arah Ruyan dan hendak memaksa Ruyan untuk berlutut. Namun, Mei segera bergerak ke depan Ruyan untuk menghalangi mereka. 

"Jangan sentuh Selir Xi," kata Mei. 

"Selir Xi, kau bilang? Sejak kapan Yang Mulia Kaisar tidur dengan perempuan rendahan seperti ini?" tanya Yuyan. 

"Beliau bukan wanita rendahan, melainkan putri dari Kerajaan Yunxi," kata Mei. 

"Yang Mulia membawa putri dari kerajaan lain lagi? Memangnya apa peringkatnya di sini?" Yuyan masih berusaha untuk bersikap keras walaupun dia merasa sedikit malu karena telah merendahkan Ruyan dihadapan banyak orang. 

"Peringkat Selir Xi adalah selir tingkat dua," kata Mei. 

Wajah Yuyan langsung memerah karena dia benar-benar merasa malu. Dia menghentakkan kakinya dengan keras lalu mencoba untuk pergi. 

"Tunggu," kata Ruyan. Ruyan tidak ingin melepaskan Yuyan begitu saja tanpa pembalasan. 

"Apa?" tanya Yuyan dengan kesal. 

"Berlutut," kata Ruyan. 

"Apa kau bilang?" tanya Ruyan sambil meninggikan suaranya. 

"Sepertinya kau harus membersihkan telingamu. Aku bilang berlutut," kata Ruyan.

Yuyan tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Akhirnya dia berlutut di hadapan Ruyan.

"Apa tidak ada yang ingin kau katakan?" tanya Ruyan. Yuyan hanya diam. Dia sudah terlalu kesal karena dia merasa dipermalukan seperti ini.

"Berlututlah selama dua jam," kata Ruyan. 

"Baiklah," kata Yuyan hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang. Namun, dia pasti akan membalas perbuatan Ruyan yang mempermalukan dirinya seperti ini. 

Setelah merasa puas, Ruyan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke paviliun yang akan ditinggalinya. Tentu saja Mei menunjukkan jalan pada Ruyan.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   21

    Hari ini Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga di kediamannya. Tamu itu adalah Yuyan. Ruyan bertanya-tanya apa maksud kedatangan Yuyan ke tempat ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah dibebaskan?" tanya Ruyan."Sebenarnya aku kabur ...," kata Ruyan sambil memalingkan wajahnya dari Ruyan. Ruyan menatap Yuyan dengan wajah yang datar. "Apa kau belum puas terkena hukuman kemarin?" tanya Ruyan dengan nada sedikit mengancam. Yuyan langsung cemberut lalu berlutut di hadapan Ruyan. "Saya hanya ingin berterima kasih. Tolong jangan hukum saya," kata Yuyan dengan memelas. "Oh? Ternyata kau bisa berbicara dengan lebih sopan," sindir Ruyan. "Tentu saja saya bisa," kata Yuyan. Ruyan menghela napas lalu duduk di tempat duduk terdekat. Sementara itu, Yuyan masih berlutut di atas lantai. "Mau sampai kapan kau seperti itu? Duduklah," kata Ruyan. "Terima kasih Selir Xi," kata Yuyan kegirangan. Yuyan segera duduk di sebelah Ruyan. Yuyan sengaja duduk sangat dekat dengan Ruyan hing

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   20

    Permaisuri mengirimkan dua peti hadiah berukuran besar pada Ruyan. Hadiah itu diberikan pada Ruyan sebagai tanda terima kasih. Ruyan merasa ini semua terlalu berlebihan. Ruyan membuka salah satu peti yang dikirimkan oleh permaisuri. Ternyata isinya adalah perhiasan. Ruyan membuka peti satunya lagi dan ternyata isinya adalah pakaian. Ruyan mengambil salah satu pakaian yang ada di peti itu lalu melihatnya. Ini adalah pakaian dengan ikatan di dada. Itu artinya, ini adalah pakaian yang bisa Ruyan gunakan selama masa kehamilan. Ruyan berpikir bahwa ternyata permaisuri cukup pengertian. "Oh, dari mana barang-barang itu?" tanya Shengli yang baru saja masuk ke dalam kamar Ruyan. Ruyan berbalik lalu membungkuk pada Shengli. "Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Ruyan. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Shengli. "Ini adalah pemberian Yang Mulia Permaisuri," kata Ruyan. "Ah, sepertinya dia sedang menyindirku," kata Sheng

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   19

    Ruyan terbangun dari tidur cantiknya karena Ruyan merasa bahwa ada seseorang yang mencolek pipinya. Ruyan membuka matanya dan mencari tahu siapakah itu. Ternyata orang yang membangunkannya adalah Wenyuan. "Apa yang kau lakukan di sini, Pangeran?" tanya Ruyan. "Ayah menyuruh saya untuk datang ke sini dan membangunkan Anda," kata Wenyuan. Ruyan tertawa kecil sambil membayangkan Shengli menyuruh Wenyuan untuk datang ke sini. "Kau tidak perlu berbicara dengan formal padaku," kata Ruyan. Ruyan duduk dari posisi berbaringnya. Setelah itu, Ruyan memberi isyarat pada Wenyuan untuk duduk di sebelahnya di atas tempat tidur. "Apa Yang Mulia Kaisar menitipkan pesan untukku?" tanya Ruyan."Ayah bilang, Selir Xi harus lihat Ibuku," kata Wenyuan. "Sekarang?" tanya Ruyan. Wenyuan mengangguk menanggapi pertanyaan Ruyan. "Baiklah, aku akan ganti baju dulu," kata Ruyan. Ruyan segera memanggil Mei untuk membantunya

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   18

    "Ada apa dengan Permaisuri?" tanya Shengli pada tabib yang memeriksa permaisuri. Permaisuri terbaring di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat pucat. "Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri hanya terkena demam biasa. Sepertinya Yang Mulia Permaisuri terlalu memaksakan diri untuk tetap bekerja hingga akhirnya pingsan," kata sang tabib."Apa Permaisuri akan baik-baik saja?" tanya Shengli. "Yang Mulia Permaisuri akan baik-baik saja setelah beristirahat. Saya akan membuatkan obat penurun demam," kata sang tabib. "Baiklah, pergilah," kata Shengli. Tabib itu membungkuk pada Shengli lalu segera bergegas untuk pergi. Setelah itu, Shengli memberi isyarat pada semua orang di kamar ini untuk keluar. Ruyan dan yang lainnya membungkuk pada Shengli lalu keluar meninggalkan Shengli dan Wanyin berdua di kamar ini. Begitu Ruyan baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar Wanyin, ada sesosok anak kecil yang menabraknya. Ruyan

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   17

    Saat ini masih tengah hari. Namun Ruyan sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Akhir-akhir ini Ruyan memang sering tidur tanpa mengenal waktu. Shengli datang ke kediaman Ruyan di Paviliun Embun Pagi. Begitu melihat kedatangan Shengli, Mei langsung menyambutnya."Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Mei sambil membungkuk. "Di mana Selir Xi?" tanya Shengli. "Selir Xi sedang tertidur di dalam kamar," kata Mei. "Tidur? Di tengah hari seperti ini?" kata Shengli tidak percaya. "Iya, Yang Mulia. Akhir-akhir ini Selir Xi banyak tidur," kata Mei. Shengli mengangkat satu alisnya. Shengli penasaran kenapa Ruyan jadi banyak tidur seperti itu. Rasa penasaran Shengli berubah menjadi rasa khawatir. Apakah Ruyan sedang sakit?Shengli bergegas masuk ke dalam kamar Ruyan. Matanya langsung tertuju pada Ruyan yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Shengli duduk di atas tempat tidur Ruyan lalu menggoyangkan bahu Ruyan perlahan untuk membangunkannya. "Ruyan, bangunlah," kata Shengli. Ruyan m

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   16

    Hari ini, tiba-tiba Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga. Orang itu adalah Selir Tingkat Tiga Meng Qinghe. Ruyan sangat bertanya-tanya kenapa Qinghe datang mengunjunginya.Qinghe membungkuk pada Ruyan dan berkata, "Salam pada Selir Xi.""Bangunlah," kata Ruyan.Qinghe pun kembali berdiri dengan tegak. Ruyan memberi isyarat pada Qinghe untuk duduk hadapannya."Ada perlu apa datang kemari Selir Meng?" tanya Ruyan penasaran."Saya hanya ingin berbincang santai dengan Anda, Selir Xi," kata Qinghe."Oh baiklah," kata Ruyan sambil mengangkat satu alisnya.Qinghe memberi isyarat pada pelayanannya untuk mendekat. Qinghe membuka keranjang yang dibawa pelayannya lalu mengambil isi dari keranjang itu. Ternyata isi dari keranjang itu adalah sepiring kue. Qinghe menyajikan piring itu di atas meja."Selir Meng, apa maksudnya ini?" tanya Ruyan."Saya hanya membawakan camilan untuk An

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status