Siang ini Bara kumpul di warung belakang bersama teman-temannya yang lain seperti biasa. Mereka tidak kembali ke sekolah sejak bel istirahat pertama tadi, yaa mereka berencana bolos dan nongkrong di warung itu.
Disana bukan hanya Bara dan teman-temannya, tapi ada juga kakak kelas 3 dan adik kelas 1 yang mulai tau tempat kabur kakak kelasnya, lebih tepatnya mereka mau jadi penerus kakak kelasnya jadi murid bandel.
Seperti Irham, ia memang sudah bandel sejak SMP kelas 2. Dan sekarang ia di ajak bolos oleh Rendi ke warung belakang, tentu saja ia menyetujuinya tanpa banyak tanya.
Sampai di warung belakang, Rendi memperkenalkan Irham kepada kakak kelas dan teman seangkatannya disana. Cowok kalau kumpul, udah gak pernah mempermasalahkan umur walaupun tetap menghargai kakak kelas. Mereka kumpul bareng-bareng layaknya seumuran, ada masanya harus serius dan tidak, mereka bisa paham situasi. Beda dengan cewek, lebih gila senioritas.
"Heii a," Sapa Irham saat melihat Yasir di pojok warung sedang bermain game.
Yasir mendongak, menatap Irham dengan wajah ramahnya, "eehhh, Irhaamm.. apa kabar??"
"Baik a. Aa baik?"
Yasir mengantongi ponselnya di saku celana, lalu menyesap rokok yang ada di tangannya. Ia sedikit bergeser untuk memberi tempat agar Irham bisa duduk disampingnya. Untung saja ia baru menyelesaikan game onlinenya, jadi saat Irham menyapa, Yasir tidak kesal karena diganggu. Ya gak enak aja rasanya kalo lagi main game terus diganggu.
"Alhamdulillah baik. Dieu duduk.. kenalin ini Fatur, yang itu Heri" kata Yasir memperkenalkan temannya kepada Irham. Fatur dan Heri berjabat tangan dengan Irham dengan ramah. Ya, cowok memang gitu kan? Gampang berteman, dengan siapa saja.
"Kalo si Bara balik dari kamar mandi, ketemu si Irham pasti di judesin tuh kaya cewek pms" celetuk Heri yang duduk tak jauh dari Irham. Heri baru ingat Irham adalah cowok yang mengantar Qiya pulang waktu itu.
Riza tertawa mendengar ucapan Heri, "bener juga Her, harus siap siaga, siapa tau bentar lagi ada keributan."
"Kenapa sih a? Bara siapa?" Tanya Irham kepada Yasir, ia tidak mengerti dengan topik yang sedang dibicarakan.
"Saingan maneh Ham" jawab Heri dengan mata yang kembali pokus menatap layar ponselnya.
"Udah udaahh.. ini gimana nih classmeeting? Tahun ini osis nyerahin bagian perolahragaan ke anak-anak yang suka nongkrong disini. Katanya kita biar lebih berguna buat sekolah," ucap Alan, kakak kelas 3 yang paling disegani disana.
"Bagi-bagi kepanitiaan aja Lan, gimana?" Saran Yasir. Mereka sudah akrab jadi sudah terbiasa memanggil nama kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun tidak mempermasalahkan.
"Boleh tuh, mau ngusulin berapa lomba olahraga ke osis? Katanya kasih tau aja mereka olahraga apa yang mau di lombain, nanti sekalian mereka rapat sama Pak Pahru," jelas Alan.
"Tapi gue gak srek, harusnya kalo kita dikasih tanggung jawab ngurusin bidang olahraga, ya perwakilan kita ikut rapat juga kan? Sialan emang tu osis-osis" ucap Alan lagi dengan kesal.
"Yaudah Lan, protes aja sih. Marahin aja anak-anak osis mah" ujar Bara yang baru kembali dari kamar mandi. Kayaknya abis BAB tuh dia, lama banget di kamar mandi.
Bara mendengus ketika melihat Irham diantara mereka, "mules lagi aing liat maneh" ucapnya menatap Irham.
"Dih, salah gue apa?" Tanya Irham tidak terima dengan ucapan Bara.
"Hahahahha tuhkaann gue bilang apa, mau ada perang dunia, iya kan Her?" ujar Riza yang disetujui oleh Heri.
"Muka lo asem banget Bar, serius!" Kata Vero meledek ekspresi Bara.
"Daripada si eta tah, jore!!"
Irham melotot mendengar hinaan Bara kepadanya. "Ganteng gini di bilang jelek, gimana elo yang burik?" Balas Bara.
"Huussttt!!! Lagi bahas classmeeting juga," lerai Yasir yang sudah mulai pusing mendengar perdebatan dua manusia ini.
Irham paham sekarang, kenapa Bara disebut sebagai saingannya. Ternyata Bara adalah cowok yang ia temui di kelas tadi pagi, cowok yang ia tebak menyukai Qiya. Mungkin saja, Bara merasa kalau ia adalah saingannya, ya emang benar sih. Irham juga ingin balikan dengan Qiya. Baiklah, ternyata sudah ada yang mengincar Qiya. Tapi rasa percaya diri Irham tinggi, ia merasa menang dari Bara karena Qiya lebih dulu mengenalnya dan pernah ada hubungan dengannya.
......
Selesai membahas classmeeting, mereka mulai pulang dan sisa beberapa orang yang masih betah nongkrong di warung belakang. Yasir sudah pulang jam 1 siang tadi, katanya ngantuk.
Sebelum pulang Yasir berpesan kepada Bara dan Irham agar mereka tidak mengantar Qiya pulang. Kata Yasir lebih percaya Qiya dianterin abang Grab daripada harus dianterin mereka, walaupun Yasir percaya Irham akan menjaga Qiya dan tidak aka memodusi adiknya, tapi yasudahlah daripada disebut pilih kasih dengan Bara mending larang aja dua-duanya kan?
Mendengar larangan Yasir, Bara mendengus kesal, besok ada ulangan matematika. Bahaya kalau ia ketauan mengantar Qiya pulang, bisa-bisa Yasir tidak memberinya contekan. Bandel-bandel gitu, Yasir master matematika di kelasnya. Sayang sekali jika tidak mendapat contekan dari Yasir.
Berbeda dengan Irham yang tetap menunggu Qiya di depan, ia sudah paham sikap Yasir yang melarangnya. Yaa biasalah kakak kalau ke adik cewek suka posesif, tapi bagi Irham gas aja udah. Toh ia juga tau kalo Yasir sebenarnya merestuinya dengan Qiya, pede aja dulu.
Ia melihat Rena dan Imel, biasanya mereka jalan ke depan berempat dengan Qiya dan Sarah. Kenapa sekarang hanya berdua? Apa Qiya masih di kelas?
"Heh!! Kemana aja lo?! Gak masuk jam terakhir" tanya Imel dengan galak kepada Irham.
"Santai Mel.. di ajak Rendi urang bolos ke warung belakang."
"Mau-mau aja diajak gak bener" gumam Rena yang masih bisa didengar Irham.
"Qiya kemana? Masih di kelas?"
"Dia juga sama kaya lo, kabur sama si Sarah dari abis istirahat" jawab Imel.
Irham ber-oh ria mendengar jawaban Imel. Ia sudah tidak heran ketika mengetahui Qiya kabur. Sejak ia pindah sekolah, entah sudah berapa kali ia mengetahui Qiya kabur. Entahlah gadis itu jadi ikutan bandel kaya kakaknya, walaupun bandelnya cuma sebatas kabur sekolah doang.
Dan baiknya, kalau kabur sekolah, Qiya suka langsung pulang kerumah, gak mampir atau main kemana-mana. Jika ditanya mamah sama ayahnya Qiya cuma jawab "gurunya gak masuk jadi bisa pulang cepet, dibolehin kok," orang tuanya pun percaya-percaya saja, padahal mereka juga tau, kalo di sekolah anak-anaknya kabur bukan hal aneh lagi. Bahkan murid pintar dan teladan pun pasti pernah melakukannya. Begitulah kata Yasir.
Orangtua Qiya tidak melarang, selagi Qiya kaburnya ke rumah bukan keluyuran di luar. Beda sama Yasir yang sedikit di kasih kebebasan, cowok harus punya banyak pengalaman di luar untuk bisa memilih dan membedakan yang baik dan tidak.
Tak terasa seminggu lagi ulangan semester dan seminggu setelahnyaclassmeeting. Qiya dan teman sekelasnya telat berdiskusi siapa yang akan ikut lomba mewakili kelas mereka.Qiya tidak ada niat mengikuti lomba apapun, malas. Menurutnya mending nonton saja dan mendukung teman-temannya, terutama Rissa dan Rena yang mengikuti lomba cerdas cermat. Awalnya Rissa menolak mengikuti lomba itu, ia merasa tidak cukup ilmu untuk mengikuti lomba cerdas cermat, berbeda dengan Rena yang memang pintar."Belajar lo dua minggu lagi ngadu otak," suruh Qiya kepada Rissa.Sekarang mereka sedang beristirahat di kantin, selesai menghabiskan makanannya mereka tidak berniat langsung kembali ke kelas, melainkan nongkrong dulu di kantin sambil bercanda.
"Eehh anak kelas lo ada yang cakep tuh Ham, siapa namanya?" Tanya Riza. Sekarang mereka sedang berkumpul di warung belakang.Irham menyesap rokoknya dengan santai lalu balik bertanya, "yang mana dulu nihh??""Itu loh, yang suka sama si Qiya,"Mendengar nama Qiya di sebut sontak Bara menoleh menatap Riza dengan sinis, "kalo nanya yang ada nama si Qiyanya keaingajaatuhRiz, ampun ihka babaturan teh.""Bacot!" Balas Riza.Irham diam tidak peduli dengan Bara yang marah-marah karena temannya bertanya tentang teman Qiya kepadanya. Ya wajar aja padahal Riza nanya ke Irham, toh ia satu kelas dengan Qiya pasti tau siapa teman dekat Qiya.
Ulangan semester telah dilaksanakan dari dua hari yang lalu. Baru dua hari tapi Qiya sudah ingin muntah dengan kertas-kertas soal. Qiya rasa ia benar-benar salah masuk jurusan, ia selalu mendapat soal yang berisi angka-angka, serius Qiya tidak suka menghitung. Ilmu yang diajarkan oleh guru selama satu semester ini juga tidak banyak yang masuk ke otaknya yaa salah Qiya juga, soalnya kalo belajar suka gak pokus dan tidur.Hari ini ulangan pelajaran Biologi dan dua pelajaran lain, lumayan gak ketemu angka, besok baru hitung-hitungan soalnya Matematika Minat, padahal tidak ada yang minat. Qiya bisa sedikit bernapas lega hari ini. Walaupun tetap bikin pusing saat liat soal, banyak bahasa latin di soal Biologi yang bacanya saja Qiya tidak bisa. Salah apa Qiya sampai bisa nyasar ke jurusan Ipa? Sulit sekali ya ampun."Ren, liat LJK lo dong" pi
Hari pertamaclassmeetingini Qiya datang bersama Yasir jam 9. Qiya pikir acaranya sudah mulai, ternyata belum. Teman kelas Qiya sebagian tidak datang ke sekolah, padahal Qiya rasa acara ini akan rame sampai beberapa hari kedepan. Semoga ekspetasi Qiya tentangclassmeetingini benar, semoga tidak membosankan.Hari ini lomba cerdas cermat, pidato dan lomba futsal, yang bermain hari ini di lomba futsal hanya dua grup. Grup kelas 10 ips2 dan 11 ipa1 . Qiya hanya berniat menonton lomba cerdas cermat untuk mendukung Rissa dan Rena. Ia duduk di dalam aula baris paling depan bagian menonton.Rissa, Rena dan Ferra sudah siap di tempat peserta lomba. 5 menit lagi lomba dimulai. Ternyata duduk dan menonton cerdas cermat cukup membosankan, jika bukan karena Rissa dan Rena, rasanya Qiya ingin pulang saja.
"Lo suka sama si Fatur, Qiy?" Qiya mendengus kesal ketika indra pendengarannya berkali-kali mendengar pertanyaan yang sama dari Irham. "Kenapa sih si Irham harus peka kalo gue lagi liatin kak Fatur," gumam Qiya yang tidak mungkin terdengar oleh Irham yang jalan di belakangnya. "Hah? Apa Qiy? Gadenger gue," ucap Irham sambil mencondongkan badannya ke arah Qiya. Qiya bergidik ketika merasakan nafas Irham di dekatnya, ia mendorong dahi Irham agar menjauh. "Apaan sih! Gue gak ngomong sama lo!" Irham menegakkan tubuhnya, ia juga menatap sinis Qiya yang tidak juga menjawab pertanyaannya. "Lo suka sama si Fatur?!" Tanya Irham lagi dengan penuh penekanan.
Qiya terus memikirkan perkataan Bara siang tadi, ia tidak menanggapinya dengan serius tapi tetap saja hatinya berbeda dengan yang ia ucapkan. Tak bisa dipungkiri, Qiya terkejut mendengar pertanyaan Bara, ia jadi salah tingkat siang tadi. Malam ini, Qiya berguling-guling di kasur karena tidak bisa tidur. Pertanyaan Bara benar-benar tidak bisa hilang dari pikirannya. Semuanya terasa mendadak, ia tidak pernah berpikir Bara akan mengatakan hal itu secepat ini. Ia jadi takut jika besok ketemu Bara jadi canggung. Qiya meraih ponselnya berniat menelepon Rena untuk curhat. Tapi ia urungkan niatnya ketika melihat jam di ponselnya sudah menunjukan pukul setengan 12 malam, Rena pasti sudah tidur. Qiya akhirnya memutuskan untuk menonton drama korea yang belum selesai ia tonton. Qiya larut dalam
Qiya memukul bahu Rissa pelan, "lo bilang pada nongkrong di depan!""Yaa tadi memang pada nongkrong di depan! Gue gak tau kalo mau pada masuk, kan gak nanya," bela Rissa."Apa ?!! Qiyanya lagi ngamuk!!" Teriak Ajeng merespond panggilan seseorang dari luar pintu kamar Qiya."Heh! Ngapain di jawab!!" Kesal Qiya.Suara tawa menggema di luar, Qiya yakin teman-teman Yasir sedang memertawakan tingkah Bara yang iseng memanggil Qiya yang malah mendapat jawaban dari teman Qiya yang lain."Aahh anjir!! Ada kak Fatuuurrr!!!" Ucap Qiya prustasi.Gadis itu beranjak untuk menutup mulut Sarah yang terlihat akan jahil memanggil Fatur. Kurang ajar m
Yasir menghampiri Qiya yang sedang memasak nasi goreng di dapur, pagi sekali, kedua orangtuanya sudah pergi ke pasar, entah mau membeli apa. Mereka ditinggal tanpa makanan untuk sarapan. Jadinya ya terpaksa Qiya harus membuat sarapannya sendiri."Tambahin dong porsinya, gak inget punya kakak ya lo! Masak cuma buat sendiri," omel Yasir ketika melihat nasi goreng yang baru setengah matang itu."Bacot! Buruan ambil lagi nasinya" suruh Qiya.Yasir menyerahkan sepiring nasi putih untuk ditambahkan ke nasi goreng yang sedang Qiya buat. Setelah itu Yasir Membuka kulkas untuk mengambil susu, "eehh, mau ikut gak lo? Gue mau ke jembatan panjang"Tanpa menoleh Qiya menjawab, "kapan?""Ya sekara