Share

QIYA KABUR

Penulis: Almah Kartika
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-03 11:56:56

Siang ini Bara kumpul di warung belakang bersama teman-temannya yang lain seperti biasa. Mereka tidak kembali ke sekolah sejak bel istirahat pertama tadi, yaa mereka berencana bolos dan nongkrong di warung itu.

Disana bukan hanya Bara dan teman-temannya, tapi ada juga kakak kelas 3 dan adik kelas 1 yang mulai tau tempat kabur kakak kelasnya, lebih tepatnya mereka mau jadi penerus kakak kelasnya jadi murid bandel.

Seperti Irham, ia memang sudah bandel sejak SMP kelas 2. Dan sekarang ia di ajak bolos oleh Rendi ke warung belakang, tentu saja ia menyetujuinya tanpa banyak tanya.

Sampai di warung belakang, Rendi memperkenalkan Irham kepada kakak kelas dan teman seangkatannya disana. Cowok kalau kumpul, udah gak pernah mempermasalahkan umur walaupun tetap menghargai kakak kelas. Mereka kumpul bareng-bareng layaknya seumuran, ada masanya harus serius dan tidak, mereka bisa paham situasi. Beda dengan cewek, lebih gila senioritas.

"Heii a," Sapa Irham saat melihat Yasir di pojok warung sedang bermain game.

Yasir mendongak, menatap Irham dengan wajah ramahnya, "eehhh, Irhaamm.. apa kabar??"

"Baik aAa baik?"

Yasir mengantongi ponselnya di saku celana, lalu menyesap rokok yang ada di tangannya. Ia sedikit bergeser untuk memberi tempat agar Irham bisa duduk disampingnya. Untung saja ia baru menyelesaikan game onlinenya, jadi saat Irham menyapa, Yasir tidak kesal karena diganggu. Ya gak enak aja rasanya kalo lagi main game terus diganggu.

"Alhamdulillah baik. Dieu duduk.. kenalin ini Fatur, yang itu Heri" kata Yasir memperkenalkan temannya kepada Irham. Fatur dan Heri berjabat tangan dengan Irham dengan ramah. Ya, cowok memang gitu kan? Gampang berteman, dengan siapa saja.

"Kalo si Bara balik dari kamar mandi, ketemu si Irham pasti di judesin tuh kaya cewek pms" celetuk Heri yang duduk tak jauh dari Irham. Heri baru ingat Irham adalah cowok yang mengantar Qiya pulang waktu itu.

Riza tertawa mendengar ucapan Heri, "bener juga Her, harus siap siaga, siapa tau bentar lagi ada keributan."

"Kenapa sih a? Bara siapa?" Tanya Irham kepada Yasir, ia tidak mengerti dengan topik yang sedang dibicarakan.

"Saingan maneh Ham" jawab Heri dengan mata yang kembali pokus menatap layar ponselnya.

"Udah udaahh.. ini gimana nih classmeeting? Tahun ini osis nyerahin bagian perolahragaan ke anak-anak yang suka nongkrong disini. Katanya kita biar lebih berguna buat sekolah," ucap Alan, kakak kelas 3 yang paling disegani disana.

"Bagi-bagi kepanitiaan aja Lan, gimana?" Saran Yasir. Mereka sudah akrab jadi sudah terbiasa memanggil nama kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun tidak mempermasalahkan.

"Boleh tuh, mau ngusulin berapa lomba olahraga ke osis? Katanya kasih tau aja mereka olahraga apa yang mau di lombain, nanti sekalian mereka rapat sama Pak Pahru," jelas Alan.

"Tapi gue gak srek, harusnya kalo kita dikasih tanggung jawab ngurusin bidang olahraga, ya perwakilan kita ikut rapat juga kan? Sialan emang tu osis-osis" ucap Alan lagi dengan kesal.

"Yaudah Lan, protes aja sih. Marahin aja anak-anak osis mah" ujar Bara yang baru kembali dari kamar mandi. Kayaknya abis BAB tuh dia, lama banget di kamar mandi.

Bara mendengus ketika melihat Irham diantara mereka, "mules lagi aing liat maneh" ucapnya menatap Irham.

"Dih, salah gue apa?" Tanya Irham tidak terima dengan ucapan Bara.

"Hahahahha tuhkaann gue bilang apa, mau ada perang dunia, iya kan Her?" ujar Riza yang disetujui oleh Heri.

"Muka lo asem banget Bar, serius!" Kata Vero meledek ekspresi Bara.

"Daripada si eta tah, jore!!"

Irham melotot mendengar hinaan Bara kepadanya. "Ganteng gini di bilang jelek, gimana elo yang burik?" Balas Bara.

"Huussttt!!! Lagi bahas classmeeting juga," lerai Yasir yang sudah mulai pusing mendengar perdebatan dua manusia ini.

Irham paham sekarang, kenapa Bara disebut sebagai saingannya. Ternyata Bara adalah cowok yang ia temui di kelas tadi pagi, cowok yang ia tebak menyukai Qiya. Mungkin saja, Bara merasa kalau ia adalah saingannya, ya emang benar sih. Irham juga ingin balikan dengan Qiya. Baiklah, ternyata sudah ada yang mengincar Qiya. Tapi rasa percaya diri Irham tinggi, ia merasa menang dari Bara karena Qiya lebih dulu mengenalnya dan pernah ada hubungan dengannya.

......

Selesai membahas classmeeting, mereka mulai pulang dan sisa beberapa orang yang masih betah nongkrong di warung belakang. Yasir sudah pulang jam 1 siang tadi, katanya ngantuk.

Sebelum pulang Yasir berpesan kepada Bara dan Irham agar mereka tidak mengantar Qiya pulang. Kata Yasir lebih percaya Qiya dianterin abang Grab daripada harus dianterin mereka, walaupun Yasir percaya Irham akan menjaga Qiya dan tidak aka memodusi adiknya, tapi yasudahlah daripada disebut pilih kasih dengan Bara mending larang aja dua-duanya kan?

Mendengar larangan Yasir, Bara mendengus kesal, besok ada ulangan matematika. Bahaya kalau ia ketauan mengantar Qiya pulang, bisa-bisa Yasir tidak memberinya contekan. Bandel-bandel gitu, Yasir master matematika di kelasnya. Sayang sekali jika tidak mendapat contekan dari Yasir.

Berbeda dengan Irham yang tetap menunggu Qiya di depan, ia sudah paham sikap Yasir yang melarangnya. Yaa biasalah kakak kalau ke adik cewek suka posesif, tapi bagi Irham gas aja udah. Toh ia juga tau kalo Yasir sebenarnya merestuinya dengan Qiya, pede aja dulu.

Ia melihat Rena dan Imel, biasanya mereka jalan ke depan berempat dengan Qiya dan Sarah. Kenapa sekarang hanya berdua? Apa Qiya masih di kelas?

"Heh!! Kemana aja lo?! Gak masuk jam terakhir" tanya Imel dengan galak kepada Irham.

"Santai Mel.. di ajak Rendi urang bolos ke warung belakang."

"Mau-mau aja diajak gak bener" gumam Rena yang masih bisa didengar Irham.

"Qiya kemana? Masih di kelas?"

"Dia juga sama kaya lo, kabur sama si Sarah dari abis istirahat" jawab Imel.

Irham ber-oh ria mendengar jawaban Imel. Ia sudah tidak heran ketika mengetahui Qiya kabur. Sejak ia pindah sekolah, entah sudah berapa kali ia mengetahui Qiya kabur. Entahlah gadis itu jadi ikutan bandel kaya kakaknya, walaupun bandelnya cuma sebatas kabur sekolah doang.

Dan baiknya, kalau kabur sekolah, Qiya suka langsung pulang kerumah, gak mampir atau main kemana-mana. Jika ditanya mamah sama ayahnya Qiya cuma jawab "gurunya gak masuk jadi bisa pulang cepet, dibolehin kok," orang tuanya pun percaya-percaya saja, padahal mereka juga tau, kalo di sekolah anak-anaknya kabur bukan hal aneh lagi. Bahkan murid pintar dan teladan pun pasti pernah melakukannya. Begitulah kata Yasir.

Orangtua Qiya tidak melarang, selagi Qiya kaburnya ke rumah bukan keluyuran di luar. Beda sama Yasir yang sedikit di kasih kebebasan, cowok harus punya banyak pengalaman di luar untuk bisa memilih dan membedakan yang baik dan tidak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Me and Seniors   MEMULAI YANG BARU

    Belum lama putus, Qiya sudah terlihat bersemangat lagi. Sudah kembali menjadi Qiya yang biasanya. Hal itu memang terdengar positif untuk Qiya. Tapi tidak dengan penglihatan orang sekitarnya. Terutama Arumi, entah sejak kapan kabar Qiya putus dengan Irham sudah menyebar ke seantero sekolah. Oh hampir saja lupa, ini semua karena ulah Rendi tempo hari. Qiya mendengus kesal saat berjalan melewati Arumi ketika akan pergi ke kantin. Qiya cukup menyesal menolak tawaran Rena yang ingin menemaninya ke toilet sebelum menyusul teman-temannya yang lain."Emang dasar jalang sih ya... baru aja putus udah bisa ketawa ketiwi lagi. Parahnya sih udah ada cowo baru? Kesian deh cowo barunya."Sindiran itu membuat langkah Qiya terhenti. Dia bilang apa? Jalang? Ya ampun kasar sekali. Sebelumnya Qiya tidak mau meladeni, tapi kata Jalang yang keluar dari mulut Arumi sangat mengganggu harga dirinya."Jalangan siapa ya? Sama cewek yang mepet-mepetin pacar orang?

  • Me and Seniors   QIYA SUDAH YAKIN

    Terlentang di atas kasur empuk favoritenya. Qiya menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah keputusannya baik atau tidak, yang pasti sekarang Qiya kembali merasakan ragu.Ia merutuki kelabilannya lagi kali ini. Rasanya baru kemarin Qiya bertekad tidak akan bersama Irham ataupun Bara walaupun hatinya ada diantara dua cowok itu.Qiya tidak ingin menyakiti atau memberi harapan kepada salah satu dari mereka.Ya.. itulah yang Qiya pikirkan sebelum berbincang dengan Bara di kantin berdua.Entah apa yang Qiya pikirkan saat itu hingga bisa-bisanya mulut manisnya berkata "oke, kita jalanin dulu."Qiya mendengus kala otaknya mengingat jawabannya itu. Ia menarik salah satu bantalnya kemudian menutup kepalanya dengan bantal itu. "Aaaaarrrggghhh Zelqiya lo labil banget!!!"Qiya berguling-guling gelisah di atas kasur. Pusing memikirkan apa yang akan terjadi dengan hubungannya.Eh tapi, kalau Qiya

  • Me and Seniors   CAT LAPANGAN

    "Qiyaa.. lo sama Irham gak balikan?" Tanya Bara hati-hati.Qiya menoleh sebentar lalu tersenyum. Kakinya terus melangkah ke arah kantin berdampingan dengan langkah Bara."Balikan ya??" Tanya Bara lagi karena tidak mendapat jawaban."Nggaa.. kenapa? Mau pepet gue lagi?" Qiya tersenyum jail ke arah Bara."Iyalahh... target udah jomblo masa gak di gas."Qiya tertawa. "Jangan kak.. kita gini aja, gue gak mau kelabilan hati gue buat lo ngerasain apa yang di rasain Irham. Sekarang gue, lo bahkan Irham temenan aja. Oke?""Gue sebenernya gak bisa. Tapi mau gak kalo kita jalanin dulu? Gue gak maksa. Gimana nyamannya lo aja. Walaupun gue maunya kita ada status, kalo lo gak mau gue gak papa."Qiya berpikir sampai mereka tiba di kantin. Memesan es cekek untuk mereka berdua dan teman-teman Bara di lapang. Mereka duduk tak jauh dari penjual es. Duduk berhadapan dengan mata yang saling menatap."Oke, kita jalanin dulu."Mata Bara

  • Me and Seniors   KE KANTIN BERDUA

    Pukul 12 malam, Yasir baru pulang kerumah setelah puas bermain di rumah Fatur. Sebelum masuk ke kamarnya, Yasir menoleh ke arah meja makan karena tak sengaja melihat seseorang yang terduduk sambil memainkan ponselnya.Yasir mendekat dan melihat Qiya sedang memakan mie instan sembari menonton drama korea kecintaannya. Yasir meraih gelas lalu menuangkan air untuk ia minum.Yasir duduk di hadapan Qiya, menyimpan gelasnya di meja dan mengambil toples biskuit disana."Halal gak yaa kalo jual adek kaya lo?"Qiya mendongak kaget dengan pertanyaan Yasir. Ia menatap sinis ke arah sang kakak. "Menurut lo?!""Menurut gue mah halal.. daripada bikin pusing. Mending jual.""Apaan sih?"Yasir mendengus. Lalu memakan lagi biskuitnya. "Lo balikan sama si Irham?""Mana ada."Yasir mengerutkan

  • Me and Seniors   BARA PATAH LAGI

    Istirahat kedua, Bara berjalan ke arah kelas Qiya dengan senyum lebarnya. Hatinya berbunga-bunga walaupun otaknya hampir depresi karena mikirin cara buat pepet Qiya sedikit lagi. Tapi depresi terlalu hiperbola buat penggambaran keadaan otak Bara.Tangannya menggenggam satu kotak susu kesukaan Qiya. Biarlah ia dikatakan mengambil kesempatan disaat Qiya baru saja putus, bahkan putusnya pun karena Bara.Sampai di depan pintu kelas Qiya, Bara menarik nafas dulu sebelum masuk. Entah karena rasa bahagianya sedang membuncah karena Qiya atau memang Bara saja yang sedang lebay. Pokoknya saat ini Bara degdeggan berat.Setelah dirasa siap, Bara membuka pintu kelas itu lalu mengedarkan pandangannya mencari kekasih hatinya. Bara hanya melihat beberapa cewek teman kelas Qiya sedang merebahkan kepalanya juga ada Rendi yang sibuk dengan ponsel serta telinga memakai earphone.Bara menghampiri cewek yang

  • Me and Seniors   NGOBROL

    Irham menghentikan motornya di parkiran kedai dekat SMP mereka dulu. Tempat yang pernah mereka datangi saat masih berpacaran. Rasanya Qiya ingin menangis melihat tempat ini. Satu memori indah bersama Irham berputar lagi.Irham mengajak Qiya masuk ke dalam. Sepi. Pengunjung kedai memang anak sekolah. Berhubung sekarang masih jam masuk jadi kedai pasti sepi.Mereka duduk di pojok kedai, tempat yang dulu mereka tempati juga. Tempat ini sangat cocok untuk mengobrol."Ada apa?" Tanya Qiya langsung.Jujur saja, Qiya canggung sekarang. Entah harus bersikap bagaimana. Qiya tidak bisa bersikap sebagai teman seperti sebelum mereka balikan. Rasanya masih aneh."Tegang amat.." ucap Irham santai.Tapi Qiya tau, Irham juga sama canggungnya. Sorot mata Irham membuktikan kecanggungan. Namun, sepertinya Qiya juga harus santai untuk menghargai usaha Irham menyembu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status