Share

PERTEMUAN KEDUA

BAB 5

"Maaf, O- om." 

Suaranya yang takut-takut membuatku enggan melepaskannya, dan tertarik untuk sedikit mengerjainya. Namun, niatku tidak terwujud, sebab beberapa pasang mata sudah menatap ke arah kami. Aku juga harus segera menemui Denis, dia sudah menunggu terlalu lama. Aku melepaskannya segera berjalan menuju meja tempatku dan Denis duduk tadi. 

"Papa, kenapa lama sekali?" tanya Denis dengan wajah cemberutnya. 

"Maaf, Sayang. Papa mengantri panjang tadi," jawabku memberi alasan. Dengan refleks Denis pun memutar kepala untuk melihat ke arah kasir. 

"Tidak ada, Papa!" serunya menyanggah ucapanku, begitu dia melihat tidak ada satu orang pun di kasir. 

"Tadi Papa menjadi pelanggan terakhir, Sayang," jawabku memberi alasan. Denis pun hanya menganggukan kepalanya. 

Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil, entah kenapa aku merasa penasaran dengan gadis yang menabrak dan kutabrak tadi. Iya, dia adalah gadis yang sama. Penampilannya sangat berbeda dari gadis-gadis kebanyakan yang kutemui. 

Tidak ada kulit cerah dan glowing seperti keinginan para wanita sekarang. Tidak ada make up yang menghiasi wajah manisnya, tubuhnya pun terbilang mungil. Saat aku tengah asik dalam lamunanku, Denis menginterupsi.

"Papa, kenapa Papa melamun?" tanya Denis, sepertinya dia tahu, ada yang aku pikirkan. 

Denis memang anak yang pintar, cara bicaranya kadang tidak seperti anak 5 tahun. Saat dirasanya aku melakukan kesalahan, dia akan dengan cepat menegurku. Dia juga bukan anak yang rewel, dia sangat patuh.

Namun, kenapa, tidak ada pengasuh yang betah mengurusnya, gaji yang lebih dari pantas juga aku berikan. Ah ... mungkin masalah ada pada mereka, aku juga tidak berniat untuk menanyakan alasannya. Jika mereka sudah mengatakan ingin berhenti, maka aku akan menyetujui saat itu juga, tapi dengan syarat, setelah aku menemukan pengganti. 

Kami sudah sampai di rumah, Denis sudah dibawa pengasuhnya untuk mandi. Saat aku sedang duduk bersantai di balkon kamarku, ponselku berdering. kulihat nama penelpon dan kembali meletakkannya. Untuk hari ini aku tidak ingin diganggu, aku ingin bersantai tanpa memikirkan pekerjaan. Yahh ...  tanpa wanita juga. Kesibukan yang padat, membuat hasrat birahiku turun, beberapa hari ini aku tidak membutuhkan mereka. 

Malam pun tiba, baru saja pengasuh Denis kembali menanyakan, apa aku sudah menemukan penggantinya. Sepertinya aku harus cepat, aku tidak ingin dia menanyakan untuk ketiga kalinya. Ponselku berdering, setelah melihat nama si penelpon, aku langsung mengangkatnya. 

"Halo, Yud, gimana? Kau sudah menemukan pengasuh baru untuk Denis?" tanyaku lebih dulu. Tidak peduli, apa keperluan dia menelepon. Aku lebih dulu menanyakan kepentinganku sekarang. 

"Tadi sore telepon nggak diangkat, sekarang ditelepon, buru-buru amat langsung tanya!" ucapnya dengan kesal. 

Iya, panggilan yang kuabaikan sore tadi, adalah telepon dari Yuda. Sekarang aku baru menjawab teleponnya, karena ada kepentinganku dengan dia juga. 

"Cepat, ada apa?" Akhirnya aku menanyakannya. 

"Gadis itu bersedia," jawabnya singkat.

"Gadis siapa? Apa kau gila, aku tidak sedang menginginkan gadis atau wanita mana pun. Aku menginginkan pengasuh untuk Denis!" ujarku dengan sedikit penekanan.

"Iyaaa, Bapak Ganda yang terhormat! Gadis itu bersedia menjadi pengasuh anak Bapak, Denis!" jelasnya juga dengan penuh penekanan.

Ah iya, aku melupakan itu. Sebelumnya Yuda sudah mengatakan ini, saat aku menemuinya setelah selesai meeting dengan para chef. 

"Dia seorang gadis?" tanyaku kembali memastikan.

"Iya, dia seorang gadis berusia 20 tahun," ucap Yuda yakin. 

"Apa? Yang benar saja! Gadis muda mana yang ingin menjadi baby sitter? Tidak mungkin, jangan konyol. Gadis dengan usia muda sepertinya, tidak bisa untuk menjadi pengasuh Denis. Dia pasti masih labil, untuk menghadapi bocah 5 tahun," jelasku panjang-lebar untuk membuka pikirannya. 

Saat pertemuanku dengannya beberapa hari lalu, aku tidak terlalu fokus dengan pembicaraan mengenai pengasuh Denis. Sebab itu, detail tentang gadis yang dimaksud Yuda pantas untuk menjadi pengasuh Denis, baru pahami sekarang. 

"Tidak, kau tenang saja. Dia gadis yang baik dan sederhana," ucapnya yang membuatku sedikit yakin. 

"Baiklah, aku percaya padamu," ucapku memcoba percaya. 

Delia POV

Tanpa aku duga, Lila membawa Yuda ke rumah sewa kami. Aku begitu terkejut, Yuda pun sama. Sepertinya Lila sengaja, ingin mempertemukanku dengan Yuda. Sebab berkali-kali panggilan telepon dari Yuda, terus saja aku abaikan. 

Yuda begitu merasa bersalah dan meminta maaf berulang kali kepadaku. Aku pun yang tadinya masih merasa kesal karena menunggunya di cafe, akhirnya memaafkannya. Aku pun menyetujui tawarannya untuk menjadi baby sitter atasannya. 

Ini adalah kali kedua aku menunggu di cafe ini, untuk bertemu dengan orang yang sama. Dia berjanji akan mempertemukanku dengan orang yang akan menjadi Boss-ku, orang tua dari anak yang akan kuasuh. Semoga dia tidak mengingkari janjinya, jika itu terjadi, aku tidak akan mau melihat wajahnya lagi. 

Setelah kurang lebih setengah jam aku menunggu, akhirnya dia datang juga bersama dengan seseorang yang sepertinya pernah aku jumpai sebelumnya, seseorang yang aku rasa tidak asing, tapi siapa? Ah ... sudahlah mungkin hanya perasaanku saja. 

Kedua pria tampan ini sedang duduk di hadapanku. Mata elang seorang pria yang kurasa adalah calon boss-ku itu, terus menatapku dengan intens. 

"Delia, ini Pak Ganda. Dia adalah ayah dari seorang Putra yang nantinya kamu asuh," ucap Pak Yuda, memperkenalkan calon Boss-ku.

"Pak Ganda, Dia adalah Delia. Seorang gadis yang bersedia menjadi pengasuh putra sematawayangmu," ucap Pak Yuda kembali memperkenalkanku kepada Pak Ganda. 

Selang setengah jam, Pak Yuda izin pergi lebih dulu. Dia mengatakan, tidak memiliki banyak waktu. Sebab ada meeting penting yang harus dia hadiri, dan sekarang tinggalah aku berdua dengan Pak Ganda. Meski tadi Pak Yuda mengatakan umur Pak Ganda 37 tahun, tapi dia terlihat lebih muda dari usianya. Dia tampan, tapi di mana istrinya? mungkin istrinya memiliki kesibukan. 

"Ehem ...." Dia mengintrupsiku.

Aku pun hanya tersenyum paksa. Ingin memulai pembicaraan, tapi aku bingung, harus mulai dari mana.  Aku tidak memiliki kalimat pembuka yang pas. Kepergian Pak Yuda, benar-benar membuat suasana mendadak kaku dan hening. 

"Sepertinya kita pernah bertemu, wajahmu tidak asing," ucapnya dengan mata menatap ke arahku. 

Ternyata, dia pun merasa demikian, tapi di mana kami bertemu? aku benar-benar lupa. Aku pun mencoba berpikir, dan ya ... aku ingat! Bola mataku pun seolah akan keluar dari tempatnya.

"Iya, Pak, saya rasa juga begitu. Tapi saya lupa." Aku pura-pura lupa untuk mengetahui, dia mengingat pertemuanku dengannya atau tidak. 

Seolah berpikir, dia kemudian berseru. "Kita bertemu di cafe seberang taman bermain! Kamu menabrak saya dan saya juga menabarak kamu," ucapnya yakin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status