Share

BAB 2. Mendadak Kencan

“Duh… ada apa yah… emangnya aku buat salah ya? kenapa tiba-tiba di panggil ke ruang CEO? padahal di hari pertama ini aku cuma kerjain laporan, dan aku mengerjakan nya dengan benar! Bahkan sampai jam makan siangku hampir lewat."

Rani terus menggumam ketakutan sambil menggigiti jarinya. Dengan wajah yang sedikit cemas, dadanya pun berdegup, banyak pertanyaan di dalam benak Rani. Sampai akhirnya tiba di depan ruang CEO.

"Seperti nya ini ruangannya" gumam Rani dalam hati.

Rani menarik nafas panjang dan mengetuk pintu ruang CEO yang pak Riko maksud.

"Silahkan masuk" suara pak Riko terdengar

dari dalam.

Saat Rani membuka pintu Rani terkejut melihat pria aneh itu duduk di kursi mewah dan pak Riko hanya berdiri di sampingnya.

Pria dengan wajah datar itu duduk di depan laptop mahalnya. Rani merasa bingung dan terheran-heran.

"Loh kok dia ada disini" dengan suara yang lirih sambil menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya.

"Rani silahkan duduk disini dulu" pak Riko mempersilahkan Rani duduk tepat depan meja pria aneh itu.

Rani menarik kursi dengan sangat hati-hati. Rani duduk dan sedikit menundukkan kepala.

"Rani, perkenalkan ini pak Bagas Emilio CEO di kantor kita ini" kata pak Riko menjelaskan.

Rani membelalakkan matanya tak percaya. Rani langsung merasa bersalah dan juga takut karena baru saja dia berani bertingkah tidak sopan terhadap pak Bagas. Apalagi hari ini, hari pertama Rani bekerja.

Rasa takut Rani makin menjadi-jadi "apa ada yang salah dengan laporan yang ku buat? atau karena kejadian tadi, aku sudah tidak sopan menarik bajunya? omaygat!! habis aku!" gumam Rani dalam hati ketakutan.

Dengan tangan yang sedikit gemetar "Oh iya, perkenalkan pak, nama saya Naomi Maharani, biasa di panggil Rani."

Rani langsung berdiri dan menjabat tangannya ke arah pria wajah datar itu dengan senyum Rani yang paling manis seakan belum terjadi apa-apa sebelumnya.

Tak di sangka pria jutek itu malah tersenyum dan juga langsung berdiri dan membalas jabatan tangan Rani.

"Bagas" pria itu hanya menyebut satu nama dan kembali duduk menyender di kursi mewahnya.

Rani pun juga kembali duduk dengan menundukkan kepalanya, Rani benar-benar takut di pecat karena kejadian tadi.

"Kamu tau kenapa kamu di panggil kesini?" Kata Bagas.

"Oh kejadian tadi ya pak, maaf ya pak saya ngga tau kalau bapak CEO disini, saya cuma gemas karena bapak ngga langsung menjawab pertanyaan saya tadi. Sekali lagi saya minta maaf ya pak!" Rani langsung menjelaskan panjang lebar dengan tangan memohon dan kepala yang tetap menunduk.

Keadaan hening sesaat karena Rani mengoceh panjang lebar. Karena suasana tiba-tiba canggung, Bagas pun menyuruh Pak Riko untuk keluar dulu, sehingga tersisa mereka berdua di sana.

"Riko kamu boleh tinggalkan kami berdua sekarang, dan melanjutkan pekerjaanmu" seru Bagas menyuruh pak Riko pergi dari ruangan nya.

"Baik pak" kata pak Riko.

Rani melirik sedikit ke arah pak Riko yang berlalu pergi. Hati Rani terasa tak karuan, kali ini Rani tidak berkutik.

Pak Bagas membuka laptopnya di atas meja, dan meluncurkan pertanyaan untuk Rani.

"Coba jelaskan identitas kamu dengan lengkap" kata Bagas.

Jantung Rani berdegup kencang seperti kembali di interview dengan pertanyaan tersebut.

"Iya, pak, nama saya Naomi Maharani, saya berumur 25th, lulusan program studi manajemen dari fakultas Indonesia, dan saya belum menikah" kata Rani.

"Apa kelebihan kamu?" Pertanyaan kedua pak Bagas.

"Saya mampu berfikir kreatif, mampu berkomunikasi dengan baik, memiliki inisiatif yang tinggi, bisa bekerja dengan tim, dan percaya diri pak" jawab Rani dengan lugas.

"Tempat tinggal?" Tanya Bagas lagi.

"Saya tinggal di jalan setia blok A jakarta selatan pak" kata rani.

"Sudah punya pacar?" Tanya Bagas lagi.

Rani mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan pak Bagas kali ini. Rani merasa bingung karena pertanyaan itu terlalu privasi untuk sebuah interview kerja.

"Pertanyaan aneh, untuk apa dia menanyakan sudah punya pacar atau belum? itu kan tidak ada hubungan nya dengan pekerjaanku" gumam Rani dalam hati.

Rani diam tak langsung menjawab, dia tertegun dengan pertanyaan itu. Rani juga bingung harus menjawab apa.

"Sudah punya pacar belum?" Tanya pak Bagas lagi.

Rani terkejut dan langsung menjawab "Belum pak saya single" Rani kembali menundukkan kepalanya malu.

"Kalau single, mau ngga kamu berkencan dengan saya nanti sore?" Kata Bagas.

Rani spontan mengangkat kepala dan membolakan matanya lebar-lebar, mulutnya pun terbuka menganga.

Rani benar-benar terkejut mendengar pertanyaan ini, jantungnya yang sejak tadi sudah berdebar menjadi lebih kencang.

"Duh bapak bercanda ya" Rani menjadi salah tingkah wajahnya memerah.

"Kita saja baru bertemu hari ini pak, bapak ngeprank saya ya hehe?" kata Rani mencoba mencairkan suasana.

"Mau tidak? Atau kamu ngga usah kerja lagi disini?" Kata-kata pak Bagas mengancam.

Rani makin tertegun tidak bisa berkata apapun, Rani juga takut kalau ini pertanyaan jebakan. Dan Rani juga bukan wanita murahan dengan gampangnya pak Bagas mengajaknya berkencan padahal baru saja berkenalan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status