"Aduh capek banget sih hari ini!"
Rani mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk meregangkan otot. Gadis muda blasteran Indonesia-Jepang dengan nama lengkapnya Naomi Maharani itu sedang mengerjakan tugas laporan keuangan.Hari ini adalah hari pertama Rani kerja di PT Graha Abadi. Baru pertama kali masuk, Rani sudah mendapatkan banyak kerjaan.Selain parasnya yang cantik jelita, Rani juga gadis muda yang pintar dan teliti. Dia bekerja cukup serius di hari pertama, sampai tak terasa, eh udah jam makan siang saja.Rani melirik ke arah jam dinding, Jam menunjukkan pukul 13.35 WIB. "Hah! sudah setengah 2 siang, pantas saja cacing-cacing diperut ku mulai memberontak. Saking seriusnya aku bekerja sampai lupa jam makan siang." gumam Rani sendirian.Rani mulai menutup laptop nya untuk mencari makan siang. Pas sekali saat Rani membuka pintu ada seseorang pria tampan yang lewat tepat di depan ruangannya.Dari belakang sini, Rani melihat tubuh pria itu tinggi kira-kira 180 sentimeter. Bahunya lebar dengan dada yang cukup bidang. Rambutnya yang tertata rapi, dan memiliki brewok tipis di sekitar pipi dan dagunya. Pria itu terlihat maco sekali.Rani juga mencium aroma yang harum ketika dia lewat tadi.Rani terpaku dengan ketampanan dan keharuman pria tersebut. Tapi baru ingat pas perutnya bunyi.“Omong-omong, aku belum tau kantin di mana.” Setelah ingat, Rani mengejar pria itu. “Hei, Mas maaf tunggu!”Pria itu berhenti dan menoleh. Wajahnya sangat datar.“Maaf, Mas, mau tanya kalau kantin sebelah mana ya?" tanya Rani mengabaikan tatapan tajam pria itu.Pria itu menoleh dengan kaku, tatapannya dingin, tanpa ada senyum, dan tanpa ada jawaban pula. Pria itu malah melenggang berjalan lagi tanpa menghiraukan pertanyaan Rani."Loh, kok ngga dijawab? " Rani merasa tertegun dengan sikap pria tersebut.Rani membuntuti pria itu dari belakang, Rani jadi merasa sebal mengapa dia tidak menjawab pertanyaannya.Di sisi lain Rani memang orang yang sangat penasaran tentang hal apapun, tak terkecuali saat posisi seperti itu.Saat Rani mengejarnya, tiba-tiba pria itu belok ke arah kanan dengan sedikit cepat."Maaaasss!" teriak Rani spontan dari belakang takut ketinggalan.Pria dengan kaki yang jenjang dan tinggi membuat langkahnya terlihat cepat. Rani sampai berlari kecil untuk menjangkaunya.Setelah hampir dekat Rani spontan menarik lengan baju pria tersebut. "Mas tunggu! aku tanya gak di jawab sombong banget sih" kata Rani sambil membolakan mata ke arah wajah pria tampan itu.Rani mulai merasa emosi di campur dengan perut yang sudah keroncongan. Rani memang cukup berani untuk hal-hal seperti ini, apalagi Rani merasa tidak dihiraukan.Pria itu hanya menunjuk dengan bibirnya ke arah belakang kepala Rani yang lebih pendek. Dengan bibir yang merah merona membuat Rani jadi salah fokus.Rani mengernyitkan dahinya, dan menoleh ke arah belakang "ohh.. itu dia kantinnya" gumam Rani.Wajah Rani langsung berbinar melihat kantin dibelakang nya, seperti sudah menemukan harta Karun.Belum ada satu menit saat Rani menoleh kembali, pria itu sudah berjalan agak jauh dari tempat Rani berdiri."Loh sudah jalan aja itu orang, aku sampai ngga sempat bilang terima kasih! orang apa bukan sih!" Rani bergumam sendirian.Tanpa memperdulikan pria itu lagi, Rani langsung menuju kantin dan memesan makanannya.Rani makan sendirian di kantin itu, dalam waktu kurang dari 60 menit Rani sudah selesai makan.Dia belum mempunyai teman di hari pertamanya kerja, di ruang kerjanya pun Rani hanya seorang diri.Setelah selesai dan mencuci tangan, Rani langsung bergegas menuju ruang kerjanya.Saat dalam perjalanannya kembali keruangan, sebuah pesan masuk ke ponsel Rani. Itu pesan dari Pak Riko, HRD kantor ini."Rani, tolong ke ruangan CEO ya sekarang!"Rani langsung membalas pesan dari pak Riko dan bergegas balik arah mencari ruangan CEO yang pak Riko maksud.“Duh… ada apa yah… emangnya aku buat salah ya? kenapa tiba-tiba di panggil ke ruang CEO? padahal di hari pertama ini aku cuma kerjain laporan, dan aku mengerjakan nya dengan benar! Bahkan sampai jam makan siangku hampir lewat."Rani terus menggumam ketakutan sambil menggigiti jarinya. Dengan wajah yang sedikit cemas, dadanya pun berdegup, banyak pertanyaan di dalam benak Rani. Sampai akhirnya tiba di depan ruang CEO."Seperti nya ini ruangannya" gumam Rani dalam hati.Rani menarik nafas panjang dan mengetuk pintu ruang CEO yang pak Riko maksud."Silahkan masuk" suara pak Riko terdengar dari dalam.Saat Rani membuka pintu Rani terkejut melihat pria aneh itu duduk di kursi mewah dan pak Riko hanya berdiri di sampingnya.Pria dengan wajah datar itu duduk di depan laptop mahalnya. Rani merasa bingung dan terheran-heran."Loh kok dia ada disini" dengan suara yang lirih sambil menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya."Rani silahkan duduk disini dulu" pak Riko mempersilahkan Rani duduk te
Rani malah diam membisu di hadapan pak Bagas, karena dia bingung harus menjawab apa. "Mengapa kamu diam saja ran?" tanya pak Bagas."Maaf pak, saya bingung mau jawab apa." kata Rani sambil menundukan kepalanya."Kalau begitu sebaiknya kamu kembali keruang kerjamu."Pak Bagas menyuruh Rani kembali ke ruang kerja. Di dalam ruang kerja, Rani hanya bengong memikirkan jawaban apa yang harus di katakan nanti jika Bagas menanyakan kembali hal yang sama.Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu.Tok.. tok.. tok.."Iya, silahkan masuk" jawab Rani.Rani melihat ke arah pintu, betapa terkejutnya Rani yang datang adalah pak Bagas. Rani langsung beranjak berdiri "ada apa pak?" Tanya Rani pura-pura lupa dengan janjinya."Ada apa katamu? Aku datang kesini untuk menagih jawabanmu Rani" kata Bagas.Rani menoleh ke arah jam dinding dan melirik ke arah pak Bagas "masih jam 4 sore pak, belum waktunya pulang" kata Rani."Saya CEO nya disini loh" Bagas menghampiri Rani dan duduk di bangku Rani, Rani yang
"Ohh tidak, dia Malah asik main handphone dan tidak mendengarkan aku! Oh tidak bagaimana jika benar dia jadi suamiku nanti" Rani bergumam dalam hati dengan tatapan yang menyebalkan melihat sikap pak Bagas.Tiba-tiba pak Bagas memandang Rani dengan senyuman manisnya dan meletakkan handphone nya. Paras pak Bagas memang membuat Rani selalu salah fokus. Rani yang sedang sebal tak karuan di buatnya mencair dan tersipu."Jangan macem-macem ya pak, lihatnya bisa biasa aja tidak!" Jawab Rani ketus."Baiklah kalau begitu, kita pulang saja yuk. Biar saya yang mengantar kamu, kamu tidak boleh naik taksi." Sambil bergegas pak Bagas membereskan tas nya dan berjalan begitu saja menuju pintu keluar, tanpa menunggu Rani membereskan barang-barangnya.Rani benar-benar tidak habis pikir dengan cara pak Bagas. Tanpa pikir panjang Rani pun membereskan barang-barangnya dan segera mengejar pak Bagas."Tunggu aya pak!" triak Rani dari meja makannya.......Sampainya di depan rumah Rani, pak Bagas turun da
Satu bulan berlalu.. Bagas tak membiarkan satu hari pun terlewati tanpa pembuktian cinta pada Rani.Hari demi hari dia jadikan kesempatan besar untuk meluluhkan pujaan hatinya tersebut.Waktu pernikahan sudah tinggal 2 hari lagi.Keseriusan cinta pak bagas untuk mendapatkan hati Rani seperti nya tidak sia-sia.Semakin hari Rani semakin mulai terbiasa dan mulai mau menerima takdir yang terlalu mendadak ini.Rani yang awalnya keras dan selalu cemberut kepada pak Bagas kian hari mulai memberi senyum.Rani pun masih tak menyangka mengapa seorang CEO yang tampan dan mapan bisa jatuh cinta pada dirinya. "Tinggal 2 hari lagi, sungguh aku masih tidak menyangka! Tapi wajah tampannya selalu membuat aku terlena dan tak berkutik" Rani bergumam di depan laptopnya. Rani yang profesional kerja tidak mau ambil cuti atau sesuka hati untuk bolos kerja. Rani ingin membuktikan bahwa dia mempunyai kemampuan bekerja di luar cinta pak bagas.Tok.. tok.. suara pintu ruangan Rani di ketuk."Iya, silahkan m
Acara resepsi pernikahan pun berjalan dengan sangat lancar dan penuh kebahagiaan.Rumah mewah dan megah menanti kehadiran kedua pengantin baru tersebut.Di dalam perjalanan menuju rumah baru, Rani bertanya kepada Bagas."Mas hari ini kan aku sudah menjadi istrimu, apakah aku masih di perbolehkan untuk bekerja di kantor?"Pak Bagas merangkul mesra Rani dan mendekatkan wajahnya "jika itu tidak membuat mu lelah, tidak membuatmu kesusahan lakukan saja sayang, aku tidak akan memberhentikan mu bekerja jika kamu tidak ingin" jawab Bagas dengan sangat lembut."Benar ya mas hmmm, aku senang sekali mendengar nya, ku kira kamu akan memberhentikan aku untuk bekerja disana" jawab Rani dengan manja.Rani menyenderkan kepalanya di bahu sang CEO tampan.Tak terasa mereka pun sampai di depan rumah.Pak Joko supir mereka dengan sigap membuka pintu mobil untuk keduanya, dan segenap pembantu yang lain sudah siap siaga menurunkan barang dari bagasi mobil."Mas terimakasih banyak ya, aku benar-benar menjadi
Malam ini menjadi malam yang tak akan terlupakan untuk Rani, begitu pula untuk Bagas.Hal yang tidak pernah Rani perbuat sebelum nya. keperawanan nya yang di jaga selama ini, ternyata terlabuh pada seorang CEO yang tampan dan mapan. Rani menatap wajah Bagas yang tertidur pulas di sampingnya. Dengan tatapan yang sendu, tangan Rani mencoba mengelus pipi suaminya yang sedang tidur."Tampan sekali suamiku, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah merona, dengan brewok tipis yang menggoda, oh tidak!!" "Hmmm.. bulu matanya lentik sekali, alisnya pun tebal. Hihihi aku baru pertama kali melihatnya dengan seksama begini! ternyata lebih indah ya, kalau di perhatikan begini." Rani bergumam sendirian.Selama ini, Rani yang jual mahal memang jarang menatap Bagas berlama-lama. Jangankan berlama-lama, menatap nya sebentar saja Rani sudah meleleh.Rani malah mencubit hidung suaminya agak keras karena gemas."Au" Bagas terbangun kaget.Rani pun ikut kaget. "Eh kebangun!" kata Rani"Kenapa kamu
Rani tercengang melihat berbagai makanan di atas meja."Apa! ini sarapan atau acara hajatan mas?""Yaa, aku sengaja menyuruh bi Pinem menyiapkan semuanya. Agar kamu bisa dengan mudah memilih atau boleh menghabiskan semua." jelas Bagas yang hanya mengambil satu buah Roti di atas piringnya."Besok-besok ngga perlu seperti ini mas, aku manusia normal kok! segini banyak nya untuk apa? mubazir buang-buang makanan!"Sambil mengoceh Rani mengambil piring dengan nasi yang cukup banyak dan berbagai lauk pauk bervariasi.Tak lupa juga dia membuka toples kerupuk kulit kesukaannya."Wah ada kerupuk kulit juga mas, kok tau sih" tanya Rani sambil memakan kerupuk kulit itu."Kamu kira selama ini, aku tidak memperhatikan apa saja yang kamu makan? menu semua ini, ya yang biasa kamu pesan kan?" Rani terlihat sangat senang menyantap hidangan di hadapannya.....Pak Riko tiba-tiba datang membawa sebuah amplop.Bagas dan pak Riko terlihat sedang duduk berdua di ruang tamu, ntah apa yang mereka bicarakan.
Memandang pantai saat sunset memang dapat meningkatkan kekaguman.Mengalihkan sejenak, hiruk pikuk suasana ibu kota Jakarta yang tak lepas dari suatu pekerjaan yang melelahkan.Hari berganti malam, Mereka berdua memutuskan untuk dinner di sebuah Restoran lain, yang tak jauh dari penginapan nya.Kemanapun berjalan, Bagas terus menggandeng tangan Rani, seperti layaknya pengantin baru pada umumnya, yang sedang di mabuk asmara. Bagaimana dunia milik berdua.Lampu yang berkelap-kelip melingkari tiap sudut dinding atas restoran, membuat indah mata memandang.Tiap sudut ruang pun juga terdapat patung-patung khas Bali. Bagas memesan menu-menu yang mahal.Beberapa minuman manis dan air mineral sudah di hidang kan lebih dulu.Tak lama, pelayan pun mengantarkan pesanan nya.Ada Caviar Almas, dua piring daging kobe Wagyu, Bluefin Tuna atau di sebut tuna sirip biru, Jamur matsutake dan lobster. Mereka menyantapnya dengan lahap.Ada yang bergetar dari dalam tas Rani.Seketika, Rani merogoh ponsel