Share

Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)
Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)
Penulis: Krisdian13

Ipar Licik

Penulis: Krisdian13
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 06:20:34

WARISAN

"Nih jadi aku dapet tanah bapak dengan luas 4375 meter persegi, kamu yang dapet 625 meter persegi."

"Iya gak bisa lah, Mas. Masa kamu luas banget gitu, nah aku cuman dapet segni? Kurang dong! Tambahin lah!"

"Segitu juga udah cukup, Yu. Lebar 25 meter panjang 25 meter. Kalau buat bikin rumah juga gede. Pas buat kamu kalau segitu mah! Kalau aku kan, mau buat bikin toko juga, harus ada parkiran yang luas, toko juga yang gede jadi memang harus luas tanah nya."

Keningku mengernyit saat mendengar suara kakak dan adik iparku yang sedang membicarakan soal pembagian tanah milik orang tua mereka. Bukannya apa, aku heran kenapa hanya mereka berdua yang dapat warisan tanah? Bagaimana dengan Mas Rusdi dan juga Rehan?

Bukan hanya itu, seharusnya warisan dibagikan saat orangtua sudah tidak ada kan? Karena warisan adalah harta peninggalan mereka. Sementara sekarang, ibu dan bapak masih hidup meski keadaan nya memang sedang tidak baik-baik saja. Kenapa mereka sudah membahas soal tanah itu?

"Bagaimana dengan Mas Rusdi dan Reihan? Sisa bagian tanah kecil itu untuk mereka?"

Aku kembali menoleh ke arah ruang tamu saat mendengar suara Ayu yang kembali bicara.

"Mereka gak usahlah dikasih jatah! Rusdi itu, dia mana ada du-it buat mengelola tanah itu. Mau dijadikan apa? Rumah? Dia gak akan bisa bangun! Warung? Gak bakal punya modal juga. Lagian dia itu kalau usaha bangkrut terus kok! Makanya hidup nya dia itu susah, miskin terus!"

Aku memicing seketika.

"Eman-eman tanah itu, nantinya gak keurus. Mending biar aku saja yang kelola. Aku mau bikin toserba di sana nanti. Pasti ramai warga kampung yang belanja. Tanah itu, akan lebih bermanfaat jika ada di tanganku."

Heh, bagaimana bisa begitu? Warisan itu, mau diapakan kan terserah sama yang berhak. Kenapa jadi mas Haidar yang ngatur begitu? Lagipula, Mas Rusdi dan Reihan itu kan adiknya mas Haidar sendiri kenapa dia begitu tega?

Ini gak bisa dibiarkan. Mereka salah! Membagi warisan itu ada hukumnya. Tidak bisa seenak jidat seperti itu. Hanya karena mas Rusdi dianggap tidak akan mampu mengelola tanah itu, lalu itu dijadikan sebagai alasan supaya mas Rusdi gak dapat warisan? Meski mungkin Mas Rusdi memang gak bisa membangun sesuatu di sana, tapi tanah itu kan bisa di-jual. Mas Haidar ini bagaimana sih!

"Oh, ya bener juga Mas! Kalau begitu, biar kita saja yang menikmati warisan tanah itu!"

Gi-la! Kakak adik itu sama gi-lanya. Aku gak bisa diam saja. Mereka harus dikasih paham.

Aku baru saja melangkah ketika merasakan ada cekalan yang menahan langkahku.

"Mas Rusdi?"

"Mau ke mana?"

Aku lihat wajah lelah mas Rusdi menatap ku, penasaran.

"Nyamperin Ayu dan mas Haidar."

"Buat apa? Biarkan saja!"

Keningku mengerut, heran. Biarkan saja? Apa maksud perkataan mas Rusdi? Memangnya dia tahu apa yang akan aku lakukan? Atau, sedari tadi dia juga mendengar semuanya?

"Mas sudah mendengar semuanya?"

Mas Rusdi mengangguk samar.

"Terus kenapa mas bilang biarkan saja? Mereka salah, Mas! Harus diluruskan!"

"Gak usah, Nin. Nanti malah bikin ribut."

Aku menghela nafas, lelaki yang baru aku nikahi lima bulan yang lalu itu terlalu apa ya? Bo-doh?

"Mas, mereka bahas warisan. Pembagian Warisan itu jelas ada aturannya dalam agama. Cara pembagian nya sudah dijelaskan. Gak bisa dibagi seenaknya seperti itu, Mas!"

"Mas tahu—"

"Kalau tahu kenapa diam saja? Jangan membiarkan kakak dan adik Mas melakukan kesalahan, nanti kita juga dapat dosa nya!" Aku memberontak dan berniat nyamperin dua orang itu.

"Nin, kamu gak ngerti mereka!"

Aku kembali menoleh ketika lagi-lagi Mas Rusdi mencekal tanganku. Aku tidak paham apa yang dimaksud mas Rusdi. Tidak tahu mereka?

"Dan sekarang aku pengen tahu!"

Aku melepas cekalan tangan mas Haidar dengan paksa. Lalu berjalan cepat.

"Mas Haidar, Ayu!"

Mas Haidar dan Ayu menoleh, Ayu terlihat sedikit terkejut ketika melihatku tapi tidak dengan Mas Haidar.

"Ada apa?!" tanya Mas Haidar dingin, tatapan matanya nya tajam seperti biasanya dia selalu begitu saat menatap ku.

"Aku tadi mendengar percakapan kalian, soal pembagian tanah. Kenapa kalian sudah membicarakan itu padahal ibu dan bapak masih hidup?" tanyaku balik menatap mata Mas Haidar tanpa takut sedikitpun.

Aku lihat mas Haidar menggelengkan kepalanya sambil melirikku sinis. "Rusdi, Rusdi. Apa sih yang bisa dia lakukan dengan baik? Mendidik istri aja gak becus! Sampe-sampe doyan nguping begini."

Aku me-lotot.

"Mas Haidar! Gak usah mengalihkan pembicaraan apalagi dengan cara menjelekkan mas Rusdi! Aku sama sekali gak nguping karena kalian ngomong itu cukup keras, dari ruang tengah aku bisa denger dengan jelas!"

"Nina! Kamu berani banget sih! Dia itu kakak ipar kamu!" Ayu membentakku.

Aku menoleh ke arahnya lalu menye-ringai dia memperingatkan aku supaya gak berani sama kakak ipar tapi apa yang dia lakukan sekarang?

"Kamu juga gak seharusnya mem-bentak aku, Ayu! Karena aku kakak ipar kamu!"

Bisa kulihat wajah ayu langsung berubah merah padam.

"Cukup!!!" Sentak mas Haidar. Dia melangkah mendekat ke arahku.

"Denger ya, Nina! Kamu itu gak usah ikut campur! Kamu itu orang baru di sini dan kamu gak tahu apa-apa jadi gak usah ikut-ikutan urusan kami! Ingat status kamu di keluarga ini cuman menantu!!! Kamu bukan siapa-siapa, kamu cuman numpang di keluarga ini jadi lebih baik diam!!"

Baca selengkapnya di apk KBM App

Napen : KrisDian13

Judul : Melawan Ipar Sombong Dan Julid

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)   Awal Pembalasan

    WARISAN 10 Aku tertegun, duduk diam sambil menekuk lutut. Udara rasanya pengap sekali, seperti tidak ada oksigen, aku kesulitan bernafas. Kubiarkan laptop yang tadi sangat aku khawatirkan tetap tergeletak di lantai, sekarang semua rasanya sudah tidak penting lagi. "Kalau ibu usir Nina, itu artinya ibu juga ngusir aku," Aku memejamkan kedua mata dengan erat, ketika mendengar apa yang dikatakan mas Rusdi di luar sana. "Gila kamu Rus!! Kamu lebih milih wanita lain daripada ibu kamu sendiri?!" suara Mas Haidar terdengar menggelegar. "Tega kamu, ya!" "Tapi Nina bukan wanita lain, Mas. Dia istriku sekarang. Dia itu tanggungjawab ku! Apapun yang terjadi sama dia, aku akan mendampingi nya!" Tes! Airmataku jatuh, aku memang tidak salah memilih mas Rusdi sebagai suami, terlepas dari semua kekurangan nya tapi dia ternyata benar-benar mencintai aku. "Jadi, kamu lebih memilih wanita itu?" Kini yang aku dengar adalah suara ibu, suaranya sudah lebih tenang tidak terdengar bergetar lagi mes

  • Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)   Rencana Haidar Berhasil

    WARISAN 9 Aku menatap lembaran uang yang berhamburan di lantai mengambilnya lalu kembali melempar uang itu ke arah mbak Sinta tepat nya di muka nya yang menor itu! "Cukup ya mbak! Maksud mbak apa bersikap begini, hah??? Kenapa mbak tiba-tiba marah dan ngatain aku korupsi sampai melempar uang segala? Mbak Bersikap seolah-olah aku ini babu, tukang masak nya mbak?? Sorry ya! Aku gak sudi!!" "Asal mbak tahu, aku ke sini karena perintah ibu untuk mengantar makanan ini buat mbak dan mas Haidar. Uang yang dipakai untuk belanja juga uangku pribadi bukan dari ibu apalagi mbak!! Memangnya mbak pernah kasih uang? Kapan? Orang pelit kayak mbak, mana mungkin mau kasih uang!!" "Hehhh kurang ajar kamu ya!" "Yang kurang ajar itu mbak! Ngaca dongg!!! Sudah mending diantarkan makanan tapi malah ngelunjak!" "Kamu?? Berani ya! Makanan gak enak aja bangga!!" "Oh ya? Gak enak ya? Yaudah sini balikin kalau gak enak!!"Aku berusaha merebut kembali makanan yang tadi aku bawa, tapi mbak Sinta menahannya

  • Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)   Sombong!

    WARISAN 8 Pagi ini, aku sedang menyapu halaman rumah saat tiba-tiba saja sebuah mobil pengantar barang bangunan berhenti di depan rumah. "Mbak! Maaf numpang tanya," tanya sopir itu tanpa turun dari mobilnya."Tanya apa ya, Mas?" "Rumahnya mbak Santi di mana, ya?" "Mbak Santi? Oh, lurus saja, itu rumah yang warna ungu, dan pagarnya hitam, itu rumahnya!" Bisa kulihat lelaki itu tersenyum setelah mengucapkan terimakasih. Aku hendak kembali menyapu ketika menyadari kalau di dalam mobil itu juga ada mas Haidar. "Loh? Oh ... Manas-manasi ceritanya? Dasar kakak ipar e-dan!" Makiku ... Aneh sekali, kok ada model kakak ipar seperti itu. Untuk apa coba dia pura-pura bertanya alamat istrinya sendiri."Kamu ngomong sama siapa, Dek?" tanya Mas Rusdi yang datang dengan secangkir kopi. "Ngomong sendirian." "Loh? Masih pagi ini loh, Dek ... Udah ngomong sendirian aja. Nanti dilihat tetangga dikiranya kamu ... " Mas Rusdi tidak melanjutkan kalimatnya. "Dikira aku apa? E-dan? Yang E-dan itu

  • Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)   Keputusan Ibu

    WARISAN 7Aku akhirnya memutuskan untuk pulang, meski sebenarnya aku sempat keberatan untuk tinggal di rumah itu lagi, aku ingin tinggal di rumah orangtua ku saja.Di rumah mas Rusdi sempit, sedangkan yang menghuni lima orang, bukan tidak bersyukur tapi memang aku tidak terbiasa. Bahkan, saat pertama ke rumah ini kami harus membangun kamar baru yang sangat sederhana dari kasibot di bagian belakang rumah dekat dengan dapur. Ibu sedang duduk di ruang tamu saat aku dan mas Rusdi masuk, ada mas Haidar juga yang duduk di samping kanannya. Ibu melirik tidak suka ke arahku, sementara mas Haidar, tatapannya itu selalu tajam entah kenapa dia sepertinya sangat membenciku. Entah ada dendam apa sebenarnya dia itu. "Kalau ada masalah itu, jangan apa-apa lari ngadu ke orang tua, kayak anak kecil saja!" Itu celetukan mas Haidar, memang mulutnya lebih julid daripada perempuan aku heran ada model lelaki seperti itu. Aku ingin menimpali, tapi tangan mas Rusdi langsung menggenggam erat tanganku, aku

  • Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)   Mereka Tidak Tahu Siapa Aku Sebenarnya

    WARISAN 6 "Nina? Kok kamu di sini? Sama siapa? Di mana Rusdi?" tanya Hendro~ayah Nina ketika melihat putrinya membuka pintu. Karena sakit hati, Nina memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya tanpa berpamitan pada Rusdi. "Nina? Kamu nangis? Ya ampun? Kamu di apain di sana, Nak? Ayo duduk dulu!" Yeyen yang melihat sang putri datang dalam keadaan menangis langsung berlari merangsek dan memeluk putrinya. "Ceritakan, ada apa, Nak? Kamu kenapa pulang ke sini sendirian?" tanya Yeyen pelan. "Bu, kamu lebih baik ambil minum dulu untuk Nina!" titah Hendro. Nina menghela nafas, kemudian punggung tangan kanannya bergerak untuk menghapus air mata. "Mereka itu gila, Pak!" ucap Nina. "Siapa yang gila?" "Haidar dan ibunya," "Hus! Nina, kamu gak boleh bicara sembarangan soal ibu mertua kamu sendiri," tegur Hendro. Nina melengos. "Kamu diapain sama mereka, Nin? Dipukul? Ditampar? Cerita sama ibu!" Yeyen datang sambil membawa minum untuk Nina. "Enggak Mah. Nina gak diapa-apain. Cuman, si

  • Melawan Ipar Sombong Dan Julid (Mereka Tak Tahu Aku Kaya)   Menghasut

    WARISAN 5POV Haidar . "Makanya, kan sudah aku bilang lebih baik kamu diam saja! Gak usah ikut campur! Tahu kan akibatnya sekarang?" Aku tersenyum menyeringai. Mengingat saat ibu memarahi Nina tadi aku merasa sangat puas, apalagi sekarang ketika aku melihat perempuan menyebalkan itu menangis. Nina menoleh ke arahku, dia menghapus air mata menggunakan tangan kanannya lalu berjalan mendekat. Sejak tadi, aku sengaja mengadang nya di sini karena tahu Nina pasti akan lewat sini. "Mas Haidar! Kamu benar-benar keterlaluan. Aku heran kenapa ada orang licik seperti kamu! Jelas-jelas kamu yang duluan membahas soal warisan. Ingin membagi nya hanya berdua dengan Ayu. Kenapa kamu fitnah aku?! Kamu sengaja bicara pada ibu seolah-olah aku yang menginginkan warisan itu, kan?! Supaya ibu marah sama aku?" "Haha, iya! Memang aku sengaja. Kenapa? Kamu gak terima? Sudahlah orang miskin kaya kalian itu harusnya diam saja, nurut saja apa kata aku. Kamu tahu kan? Tanah itu akan lebih bermanfaat kalau aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status