Kata-kata Leonard ibarat petir yang menyambar di siang bolong.Ekspresi Pak Hansen akhirnya berubah."Kamu!" Harvey hendak berbicara lagi, tetapi Juan segera menghentikannya."Oke! Anak yang kurang ajar itu salah orang tuanya. Jojo memerintahkan orang untuk membakar aula, dia sudah melakukan kesalahan yang nggak bisa diperbaiki!""Kalian bertiga, berkemaslah sekarang," kata Juan dengan berat hati. "Aku akan mengatur mobil untuk mengantar kalian ke kaki gunung.""Apa nggak bisa menunggu sampai besok?" pekik Bu Mitha. "Kenapa sih kamu buru-buru sekali mau mengantar kami ke kaki gunung larut malam begini?""Kamu mau baru berangkat besok pagi, terus bersujud tiga kali setiap menaiki anak tangga menuju Kuil Kriso bersama para peziarah lain?" sahut Juan. "Dunia teknologi zaman sekarang sangat canggih! Kalau kalian pergi ziarah sebagai hukuman, pasti ada yang akan merekam kalian dan memviralkannya! Kamu sih nggak punya rasa malu, tapi aku masih punya!"Selama sekian tahun pernikahan mereka, J
Bu Mitha refleks sedikit menganga, Juan juga menatap putranya dengan bingung.Apa mereka benar-benar menganggap Jojo hanyalah anak kecil yang asal bicara? Apa Harvey mencoba bersikap superior terhadap Leonard dengan mempertanyakan Leonard seperti ini?Jantung Juan berdebar kencang. Sebagai seorang kakak, wajar saja dia terkadang merasa sakit hati melihat Leonard unggul darinya.Namun, Juan tidak pernah menunjukkan apa yang dia rasakan karena dia tahu betul betapa pentingnya Leonard bagi keluarga Ferdian."Leonard, kamilah yang gagal mendidik Jojo dengan baik."Juan segera melangkah maju untuk meredakan suasana. "Jojo, ayo ke sini!"Dalam keadaan seperti ini, tentu saja Jojo tidak mau meninggalkan dekapan Bu Mitha yang melindunginya.Juan mengedipkan matanya pada istrinya sehingga Bu Mitha terpaksa menggendong Jojo dan meletakkannya di atas lantai.Juan pun memegang tangan Jojo, lalu mereka berdua menghadap Leonard. Tangan Juan yang besar memegangi kepala Jojo."Jojo, ayo sama-sama deng
Semua orang terkejut dengan celotehan Jojo. Juan membelalakkan matanya dan refleks mengangkat tangannya untuk segera menghampiri dan menutup mulut Jojo.Ekspresi Pak Hansen tampak tenang. Dia melirik Jojo dengan sorot mendalam. Rongga matanya tampak cekung dan bayangan menutupi matanya.Juan dapat merasakan aura intimidasi yang menguar dari tubuh Pak Hansen, jantungnya mulai berdebar kencang dengan panik."Kamu bicara omong kosong apa sih!"Harvey balas membentak, ekspresinya langsung menjadi suram. Kemarahannya membuatnya kehilangan akal sehat. Tangannya mengepal dan seluruh otot wajahnya menegang.Perkataan Jojo membuat kemarahan Harvey mencapai puncaknya, pria itu siap meledak kapan saja."Huhuhu! Ayah jahat padaku!"Selama ini, Harvey tidak pernah bersikap jahat pada Jojo. Pria itu selalu memperlakukan Jojo dengan acuh tak acuh. Jojo tidak berani mendekati Harvey walaupun ingin karena wajah tegas pria itu.Harvey baru sesekali menunjukkan kebapakannya saat Jojo terluka.Saat ini, H
Juan menatap Bu Mitha dengan ekspresi agak malu. Istrinya terus mencecar Leonard dengan menargetkan kelemahan Leonard.Jadi, Juan segera angkat bicara untuk meredakan suasana, "Ziko dan Jojo sama-sama ketakutan karena mengalami kebakaran itu. Ziko masih kecil dan kepalanya terbentur, makanya dia jadi kesulitan bicara. Tapi, yang terpenting dia baik-baik saja. Aku yakin Jojo bukanlah tipe anak yang akan menyakiti Ziko."Juan berkata dengan sungguh-sungguh, nada bicaranya terdengar ramah dan hangat, "Leonard, kepolisian sudah menangkap pelaku pembakaran aula sekolah. Kamu juga telah menghukum cucuku dan Harvey, bahkan kakak iparmu ikut berlutut di sini bersama mereka. Kuharap kamu akan lebih mengutamakan perdamaian ...."Leonard langsung menyela Juan."Jojo, aku sudah memberimu kesempatan untuk jujur."Jari-jari pendek Jojo mencengkeram matras di bawah lututnya."Bukan aku yang menyebabkan benjolan di kepala Ziko!"Bu Mitha akhirnya bangkit berdiri di depan Jojo. "Leonard! Berhentilah me
Apa mungkin Leonard mencoba menjatuhkan Harvey?Harvey pun makin waspada karena Leonard juga meminta Ziko untuk ikut serta dalam kelas privat Jojo.Ucapan Harvey itu ditujukan kepada Juan, Pak Hansen dan para tetua keluarga Ferdian.Leonard memunggungi Harvey dan bertanya dengan dingin, "Kamu lagi mengajariku?"Leonard bahkan tidak melihat ke arah Harvey. Namun, pembawaannya yang seperti dewata itu membuat orang takut bahkan hanya dengan melihat punggungnya.Ekspresi Harvey berubah menjadi lebih suram. Dia menggerakkan bibirnya dan bisa merasakan adanya tekanan yang menekannya dari luar sehingga membuatnya sulit bernapas.Tekanan yang berat itu membuat leher Harvey tertekuk dan dia refleks tunduk pada Leonard. Harvey pun menjawab, "Aku … aku nggak mungkin berani."Kursi roda Leonard berputar 180 derajat dengan mulus, dia menghadap Harvey dan Bu Mitha.Dahi Harvey langsung berkeringat deras. Saking derasnya, keringatnya sampai menetes dari wajahnya yang tampan paripurna itu.Jojo sontak
Begitu melihat Leonard, Jojo langsung mengerutkan tubuhnya dalam pelukan Bu Mitha. Anak itu seperti tikus yang melihat kucing.Bu Mitha pun menoleh dan ikut terkejut.Sambil menggendong Jojo, dia refleks tersenyum kepada sosok paman Harvey yang sangat berbakat dan luar biasa itu."Leonard, kapan kamu datang? Kamu bahkan nggak bersuara."Bu Mitha tertawa dengan datar karena merasa bersalah. Jantungnya berdebar kencang. Dia sedang bertanya-tanya apa mungkin Leonard mendengarnya mencaci-maki pria itu dan Ziko barusan?Jojo bersembunyi dalam pelukan Bu Mitha dan menyandarkan kepalanya di lengan Bu Mitha.Lalu, Jojo melihat Ziko yang berdiri di samping Leonard dan refleks berkata, "Kamu masih hidup!"Ziko berdiri tegak dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Ekspresinya tampak agak dingin karena dia fokus menatap papan nama leluhur keluarga Ferdian. Anak itu bahkan tidak melirik Jojo.Aula leluhur tampak remang-remang. Jojo mengamati Ziko dengan saksama, tetapi tidak melihat ada yang a