Share

Bab 4 Main Cantik

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-13 11:44:04

Sabrina melemah. Wanita itu merasa tak bisa bernapas seolah tak ada oksigen yang bisa dihirupnya. Bulir bening yang sedari tadi ia tahan seketika luruh di pipi. Tak bisa dipercaya, suami yang selama ini dianggap setia nyatanya berdusta.

"Loh, Mba Sabrina. Kenapa menangis?" RT Yahya tercengang melihat tamunya tiba-tiba menangis.

Jaka menoleh ke arah Sabrina. Ia tak bisa menjelaskan.

"Maaf, Pak. Saya kelilipan," jawab Sabrina dengan suara lirih. Ia segera menghapus air mata yang tak bisa diajak kompromi.

"Oh iya, Pak. Kalau boleh tahu, dimana ya rumah Bu Miranda dan Pak Hasbi? Kami belum sempat memberikan kado pernikahan untuk mereka," tanya Jaka dengan alasannya lagi.

"Kado pernikahan? Memang kalian siapanya?" RT Yahya menatap kedua tamunya nanar.

"Kami sahabatnya, sekedar ingih mampir dan mengucapkan selamat saja." Wajah Jaka sungguh meyakinkan.

"Bu Miranda dan Pak Hasbi sudah lama menikah. Sudah 7 tahun lebih, masa baru memberikan kado selamat hari ini," pria yang memiliki jabatan RT itu mengkerutkan dahi.

"Oh i-iya, Pak. Karena kami saudara jauh. Mungkin pernikahan siri yang membuat mereka tak memberi kabar pada kami." Jaka masih mengelak. Dia tetap berusaha membongkar rahasia dibalik kesedihan sahabatnya, Sabrina.

RT Yahya sepertinya percaya dengan alasan, Jaka. Dia menunjukan pada Jaka dan Sabrina pada sebuah rumah yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah RT Yahya. Mungkin sekitar tiga ratus meter saja.

"Terima kasih banyak ya, Pak," ucap Jaka dan Sabrina. Pria paruh baya itu langsung pergi meninggalkan kedua tamunya setelah tugasnya selesai.

Sementara Jaka dan Sabrina kini telah berdiri di depan rumah minimalis modern berwarna putih. Di depannya banyak sekali tanaman bunga bias berwarna-warni. Rumahnya terlihat sepi. Jam di dinding baru saja menunjukan pukul sepuluh siang.

"Kita masuk lagi ke dalam mobil ya. Kita tunggu sampai pemilik rumahnya keluar terlebih dahulu," saran Jaka. Sabrina yang lemah, mengangguk saja karena dia belum mampu berbicara.

Jaka dan Sabrina kembali ke mobil. Mereka akan menunggu sang pemilik rumah yang dituju keluar.

Sepuluh menit berlalu, Sabrina merasa tidak sabar. "Kita keluar saja, Jak. Kita ketuk pintunya sekarang," pintanya. Hati Sabrina sudah memanas ingin segera marah dan meluapkan emosinya. Sebelah tangannya sudah menarik handle pintu mobil, bersiap keluar.

"Tunggu dulu! Jangan gegabah!" Jaka menahannya.

"Kenapa? Saya sudah tidak sabar ingin segera membuka semua kebusukan Mas Hasbi. Dia pendusta, pengkhianat! Dia harus merasakan betapa hati ini telah hancur dan sakit sekali rasanya," ungkap Sabrina bernada emosi. Air mata itu kembali membasahi pipinya. Rasa sakitnya tak bisa ditahan. Inginnya berteriak sekencang-kencangnya, akan tetapi suaranya tersengal di tenggorokan.

"Jangan sekarang, kamu belum punya bukti. Laki-laki selalu mampu mengelak tuduhan tanpa bukti." Jaka masih menahan langkah Sabrina yang dinilainya gegabah. Ia hanya ingin masalah sabrina selesai dengan baik-baik.

Wanita yang sudah sepuluh tahun dinikahi Hasbi itu nampak mematung dalam beberapa detik, mengurungkan niatnya yang berambisi. Sabrina menarik napas cukup dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan.

"Lalu, apa yang harus saya lakukan?" tanya Sabrina seraya menurunkan tatapannya. Ia tak tahu harus berbuat apa. Diusapnya kening yang terasa pusing.

"Kita kumpulkan bukti. Kita berdua tahu, Hasbi bukanlah orang biasa."

Perkataan Jaka ada benarnya. Sabrina paham. Hasbi adalah seorang Brimob. Lelaki itu mampu mengelak apalagi dengan tuduhan tanpa bukti.

Beberapa saat kemudian nampak sebuah kendaraan roda empat berwarna hitam nampak memasuki pekarangan rumah itu. Sabrina dan Jaka terkejut. Mobil itu adalah kendaraan yang dibeli hasil dari kerja keras Sabrina.

Wanita itu mengepalkan tangan saat seseorang yang dikenal keluar dari mobil itu, Hasbi dengan seorang wanita yang memegang tangan anak laki-laki.

Sabrina membulatkan kedua bola matanya. Pria di depan matanya benar-benar Hasbi, sementara wanita dan anak laki-laki itu nampak tak asing dalam pandangannya.

Terlihat keluarga kecil yang bahagia tertawa riang. Sabrina menutup mulutnya. Air matanya kembali merembes keluar. Jelas sekali suaminya menggandeng wanita dan seorang anak kecil. Anak kecil yang tempo lalu mendaftar sebagai siswa baru, namun langsung hilang seperti disengaja.

"Apakah saya sedang bermimpi? Katakan, Jaka. Katakan kalau ini hanya mimpi," lirih Sabrina. Suaranya terdengar bergetar. Jangankan untuk menghampiri suaminya atau pun membuat perhitungan, keluar dari mobil saja kini sudah tak mampu Sabrina lakukan. Lututnya bergetar lesu sementara tubuhnya terasa remuk tanpa tulang.

"Sabar, Sabi. Tenanglah. Saya yakin, kamu wanita kuat. Kamu harus kuat. Menangislah jika itu bisa membuat perasaan kamu lebih tenang, karena itu adalah hal yang wajar," tutur Jaka yang berusaha menguatkan sahabatnya. Ia mengangkat sebelah tangan berniat mengusap bahu Sabrina, akan tetapi diurungkannya kembali. Jaka sadar, kalau Sabrina adalah wanita bersuami.

Sabrina tak bisa membalas penuturan Jaka. Ia hanya bisa menangis tersedu-sedu. Ia sadar, ia hanyalah wanita lemah yang hanya bisa menangis saat perasaannya telah terluka.

Belasan menit Sabrina terseguk-seguk dalam tangisannya, dia kemudian mengeringkan air matanya. Menghapus pipinya yang basah lalu mengatur napas yang terasa sesak.

"Jangan biarkan kamu tersingkir tanpa mendapatkan hak kamu. Ingat, Sabi. Bukankah mobil yang dibawa Hasbi adalah hasil jerih payah kamu?" Jaka berusaha menyadarkan Sabrina tentang kemungkinan terburuk. Pria itu sudah tahu tentang cerita sehari-hari Sabrina, termasuk mobil itu dan semua aset milik Sabrina.

Sabrina mengangguk pelan. "Iya, Jak. Kamu benar. Saya tak akan membiarkan Mas Hasbi mengambil harta yang telah saya tabung sendiri."

Sabrina bahkan ingat betul, sudah beberapa bulan ia tak menerima haknya sebagai istri yakni nafkah pinansial dari suaminya. Hasbi selalu beralasan kalau gaji bulanannya selalu dikirim pada ibunya yang tengah sakit.

"Kita akhiri pengintaian hari ini ya. Kumpulkan semua aset pribadi kamu, jangan sampai Hasbi mengambilnya. Jangan biarkan wanita lain menikmati hasil keringat yang telah kamu keluarkan," kata Jaka yang dibalas anggukan kepala oleh Sabrina.

"Tunggu sebentar, saya akan menelepon Mas Hasbi." Sabrina merogoh tas selempang. Ia mengambil ponsel pintar yang ada di dalamnya. Sepertinya ada ideu.

"Untuk apa?" Jaka tampak cemas.

"Untuk membiarkan Mas Hasbi tahu, bahwa dia bermain dengan wanita yang salah. Jika dia main cantik berselingkuh selama bertahun-tahun, maka akan saya balas dengan main cantik pula."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 219 Akhir Yang Indah

    Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 218 Sedikit Gangguan

    "Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 217 Perhatian Yang Sempurna

    Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 216 Kebahagiaan Yang Sempurna

    Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 215 Mimpi

    Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 214 Rencana Pernikahan Sesil

    Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status