Share

Bab 3 Mencari Alamat

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2023-09-13 11:42:43

“Saya akan bantu kamu mencari kebenaran tentang surat itu, Sabi." ucap seorang pria sembari menepuk-nepuk pundak Sabrina, menatap wanita itu dengan manik cokelatnya.

Pria itu adalahJaka Dirgantara, sahabat Sabrina yang selalu ada untuk Sabrina di kala dia benar-benar membutuhkan. Sabrina tak tahu pada siapa harus mengadukan masalahnya, hingga memilih bertemu Jaka di cafe biasa.

"Apa tidak mengganggu aktivitas kamu?" Sabrina memastikan. Ia duduk tepat di kursi yang berseberangan dengan Jaka.

Jaka menggelengkan kepala, “Tidak akan, Sabi. Kamu tidak perlu khawatir soal itu.”

Raut wajah pria yang berprofesi sebagai CEO salah satu perusahaan di bidang otomotif itu nampak serius dengan ucapannya. Andai mampu, mungkin sudah Jaka hapus air mata Sabi, agar wanita di hadapannya itu tenang dan tak mengeluarkan air mata.

Meskipun sebenarnya Jaka tahu, kalimat yang diucapkannya barusan adalah sebuah dusta, tapi dia tak peduli. Pria itu jelas tak akan bisa membiarkan wanita yang sempat ia cintai semasa SMA, disakiti suaminya.

"Terima kasih." Akhirnya Sabrina menghapus air matanya sendiri. Dimasukannya kembali selembar surat yang sempat ia remas ke dalam tas selempangnya.

"Saya akan membuat perhitungan jika pernikahan siri itu benar-benar nyata," sambung Sabi. Dikepalkan kedua tangannya di atas meja. Aliran darahnya seketika terasa panas.

"Tenang, Sabi. Jangan berburuk sangka dahulu. Cari fakta dan bukti dengan lengkap. Jangan gegabah mengambil kesimpulan. Apalagi, suami kamu seorang Brimob. Dia bisa dipecat dari jabatannya bila terbukti berkhianat," tutur Jaka yang berusaha menenangkan sahabatnya. Bagaimana ia tak turut bersedih, Sabi adalah sahabatnya dari dulu. Mereka sudah biasa saling berbagi tentang masalah hidup yang dialami.

"Ya, saya paham."

Setelah pertemuan dengan Jaka di cafe, mereka memutuskan akan melacak alamat yang tertera pada selembar surat pernikahan siri.

Seperti ada harapan, Sabrina menelan rasa sakitnya. Hari minggu nanti, mereka berencana akan membuktikan semua kebenaran tentang surat yang telah menghacurkan perasaan Sabrina.

" Saya akan antar kamu ke sana. Semoga saja apa yang tertera dalam surat itu, tidak benar adanya. Saya berharap tak ada hal yang membuat perasaanmu sedih, Sabi." tutur Jaka, berusaha menetralkan perasaan sahabatnya.

Namun apa daya, hati Sabrina yang rapuh seperti tak bisa diperbaiki lagi saat mulai terasa retak, tak peduli betapa pria di hadapannya itu sangat khawatir kepadanya.

Dua hari menunggu datangnya hari minggu, terasa satu bulan. Ia sempat mendatangi kantor kepala tempat suaminya bertugas. Sekedar ingin menanyakan kebenaran tugas yang tengah dijalani suaminya. Memang benar adanya, Hasbi tengah melaksanakan tugas pengamanan, akan tetapi bukan di luar kota. Sabrina mengernyitkan dahi saat tahu ternyata akhir-akhir ini Hasbi hanya mendapat tugas pengamanan di dalam kota saja.

'Lalu, kemana selama ini Mas Hasbi pulang saat malam tiba?' batin Sabrina kian bergejolak.

Dengan langkah kaki yang terasa berat ia kembali ke rumah. Sabrina semakin yakin harus menyelidiki suaminya. Ini adalah kali pertama dia curiga karena selama ini tak pernah terbesit di benaknya tentang kebohongan Hasbi.

**

Hari minggu itu, Hasbi tetap tak pulang, meskipun Sabrina tahu bahwa suaminya itu libur bertugas. Wanita itu dikejutkan dengan suara sebuah pajero milik Jaka yang telah terparkir di depan rumah Sabrina. Sekejap, entah mengapa, Sabrina merasa sahabatnya itu terlihat lebih tampan dari biasanya. Tapi, wanita itu menghiraukannya. Dia bergegas pergi demi mengetahui kelakuan suaminya.

Tak butuh waktu lama, keduanya telah sampai di lokasi. Mobil milik Jaka telah sampai di depan sebuah rumah yang tertera pada alamat di dalam surat pernikahan siri.

Jantung Sabrina terasa berdegup kencang. Ia mencoba mengusap dada, mengatur napas guna memperbaiki perasaan.

"Sudah siap turun?" Jaka bertanya terlebih dahulu.

Sabrina mengangguk walau ragu. Dia ragu karena belum tentu siap dengan kemungkinan terburuk.

Jaka dan Sabrina keluar dari mobil. Mereka sudah berdiri di depan rumah bergaya minimalis, namun gerbangnya tertutup rapat. Terlihat tombol bell menempel di dinding dekat gerbang. Jaka menekan tombol itu atas perintah Sabrina.

Tak lama, seorang wanita berperawakan pendek berisi keluar dari rumah dan menghampiri mereka di depan gerbang.

"Cari siapa ya?" Nada suara wanita itu masih sopan saat bertanya pada Sabrina dan Jaka.

Wanita di hadapan Sabrina bukanlah Miranda yang pernah dia lihat sebelumnya. Wajahnya juga tak terlalu cantik. Apalagi dari perawakannya, kalah cantik dibanding Sabrina.

"Maaf, Bu. Apa benar di sini rumah atas nama RT Yahya?" Jaka segera bertanya di saat Sabrina hanya mematung memperhatikan wanita di depannya. RT Yahya merupakan saksi pernikahan dan alamat yang tertera pada surat itu.

"Oh iya benar. Ada keperluan apa?" Wanita itu bertanya kembali dengan ramah namun belum juga membukakan pintu gerbang rumahnya.

Jaka dan Sabrina menghela napas lega secara seiringan. Seperti tak sia-sia mencari alamat yang ternyata bukan alamat palsu.

"Kami ada keperluan penting dengan Pak RT Yahya. Bolehkah kami bertemu?" Jaka kembali meminta izin dengan sopan.

"Tentu. Silakan masuk, Pak, Bu." Wanita yang sepertinya memang istri RT Yahya akhirnya membuka pintu gerbang dan mempersilahkan Sabrina serta Jaka masuk ke dalam rumahnya.

Pria bernama Yahya menyapa Sabrina dan Jaka dengan ramah. Dia duduk di sofa yang berseberangan dengan Jaka.

"Maaf, ini dengan siapa dan ada apa ya?" Pria yang menjabat sebagai RT bertanya dengan wajah penasaran karena sama sekali tak mengenal tamunya pagi ini.

"Perkenalkan, Pak. Saya Jaka, dan ini sahabat saya, Sabrina. Kedatangan kami ke sini sekedar ingin mempertanyakan kejelasan mengenai surat ini." Tanpa basa-basi, Jaka menyodorkan selembar kertas yang menjadi petunjuk kedatangannya hari ini.

Diambilnya surat itu. RT Yahya segera membacanya dengan seksama. Wajahnya tak setegang tadi. Rupanya dia sudah bisa menerka isi suratnya.

"Dalam tanda tangan saksi, tertuang nama Pak Yahya di situ. Bisakah menjelaskannya pada kami berdua?" Jaka kembali dengan pertanyaan seriusnya tanpa basa-basi.

Wajah Sabrina yang duduk di sofa yang sama, terlihat tegang. Ia merasa degup jantungnya memompa cukup kencang. Ia juga sampai lupa harus mengedipkan kelopak matanya, sudah tidak sabar ingin mendengarkan penjelasan dari RT yang telah menjadi saksi dalam surat pernikahan siri antara suaminya dengan wanita bernama, Miranda.

"Oh iya, kebetulan saat itu saya yang menjadi saksi pernikahan antara Pak Hasbi Adhitama dan Ibu Miranda Lestari." RT Yahya dengan santainya menjelaskan.

Sabrina terkesiap. Napasnya terasa sesak. Ia mengusap dada yang isinya terasa sakit seperti telah terluka tapi tak berdarah.

"Sabi, apa kamu memiliki poto, Hasbi?" Jaka menoleh pada Sabrina. Harus ia pastikan bahwa nama Hasbi Adhitama adalah orang yang sama dengan yang mereka maksud.

Sabrina mengangguk. Ia segera merogoh tas selempang guna mengambil ponsel, lalu mencari poto suaminya pada galeri ponsel.

"Ini, Jak." Sabrina menyodorkan benda pipih itu pada Jaka. Di layarnya sudah terlihat poto Hasbi yang tengah sendiri.

"Apakah Hasbi yang Pak RT maksud yang ini?" Jaka segera memperlihatkan gambar suami Sabrina pada Yahya.

Pria itu mengangguk yakin. "Betul, Pak. Itu adalah Pak Hasbi suaminya, Bu Miranda."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 219 Akhir Yang Indah

    Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 218 Sedikit Gangguan

    "Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 217 Perhatian Yang Sempurna

    Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 216 Kebahagiaan Yang Sempurna

    Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 215 Mimpi

    Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 214 Rencana Pernikahan Sesil

    Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status