Bagian 19"Sandra, kita langsung saja ke kantornya, Mas sudah membuat janji dengannya," ucap Mas Rian saat aku menurunkan kaca jendela mobil, ternyata Mas Rian sudah sampai lebih dulu di tempat kami janjian."Baik," ucapku sambil menganggukkan kepala."Ikuti mobil Mas dari belakang, ya. Mas akan jalan lebih dulu."Aku mengacungkan jempol, pertanda menyetujuinya.Kami pun mengendarai mobil masing-masing, menuju kantor notaris. Perlahan tapi pasti, akan kubuat Mas Ilyas jatuh miskin. Kita lihat, apakah Nia akan bertahan setelah lelaki yang direbutnya dariku itu jatuh miskin? Sesampainya di kantor notaris, aku dan Mas Rian langsung menuju lantai tiga karena sudah membuat janji dengan orang yang akan kami temui terlebih dahulu.Sebenarnya, Mas Rian yang mengatur pertemuan ini, bukan aku. Aku hanya menuruti kemana Mas Rian membawaku. Dan aku sangat yakin kalau Mas Rian bisa membantuku.Tok tok tok!Mas Rian mengetuk pintu sebuah ruangan yang berada tepat di hadapan kami."Masuk!" Terdeng
Bab 20"Baiklah, jelaskan maksud kedatangan kalian kemari," ucap Mas Romi, kali ini ia terlihat serius."Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, Sandra butuh bantuanmu untuk memindahkan seluruh aset yang dimilikinya bersama suaminya. Sandra mau semuanya menjadi atas namanya." Mas Rian menyampaikan apa yang barusan ingin kuucapkan."Itu gampang. Langkah pertama yang harus Sandra lakukan adalah, Sandra harus bisa mendapatkan tanda tangan suaminya," ucap Mas Romi."Sudah, aku sudah mendapatkan tanda tangannya," ucapku sambil mengeluarkan kertas bermaterai yang sudah ditandatangani oleh Mas Ilyas tersebut, lalu menyerahkannya kepada Mas Romi."Bagus! Bahkan aku belum memberitahumu, tapi kamu sudah mendapatkannya terlebih dahulu. Btw, kalau boleh tau, kenapa kamu ingin melakukan ini?" tanya Mas Romi, sepertinya Mas Rian belum bercerita padanya."Aku melakukan ini untuk mempertahankan hakku. Aku tidak mau jika seluruh harta dan aset yang kami miliki dikuasai oleh pelakor. Itu saja," tega
Bagian 21 Aku harus segera mengamankan surat-surat berharga ini, sebelum Mas Ilyas mengetahuinya. Apakah aku jahat? Kurasa tidak, mereka bahkan lebih jahat dari aku. Selama menikah dengan Mas Ilyas, aku memang tidak pernah bekerja. Aku tidak ikut membantunya mencari nafkah. Semua harta dan aset yang kami miliki saat ini adalah murni hasil kerja kerasnya. Rumah ini, apakah aku pantas mengambilnya? Rumah ini sudah dibeli oleh Mas Ilyas sebelum kami menikah. Ah, aku tidak peduli. Bagiku pengkhianat harus mendapatkan balasan yang setimpal. Akan kuambil semuanya dan akan kubuat Mas Ilyas menyesal karena telah mengkhianatiku. Tekadku sudah bulat, setelah semua aset telah berpindah menjadi atas namaku, aku akan melepaskan Mas ilyas untuk Nia, si pengkhianat itu. "Assalamu'alaikum, Mas, ada di kantor nggak? Aku mau kesana." Sebuah pesan kukirimkan kepada Mas Romi. "Waalaikumsalam, iya, datang saja. Syukurlah, Mas Romi langsung membalas pesanku. Segera kugulung dokumen dan surat pent
Bagian 22"Sandra, kok' jadi ngelamun?" Pertanyaan Mas Romi membuyarkan lamunanku yang masih memikirkan tentang Mas Ilyas. Tak bisa kupungkiri bahwa aku tidak bisa tanpa memikirkannya, walau sedetik saja. Aku masih tidak habis pikir, kenapa Mas Ilyas begitu tega mengkhianatiku."Nggak kok. Yasudah, aku pamit ya, Mas. Tolong secepatnya kabari aku," ucapku kemudian beranjak dari tempat dudukku."Siap, Bu Sandra." Mas Romi mengacungkan jempolnya sambil menyunggingkan senyum manis.Aku pun segera berlalu dari ruangan Mas Romi, takut terjadi fitnah jika terlalu lama berada satu ruangan dengannya.Langkah selanjutnya yang akan kulakukan adalah memasang Cctv di rumah yang baru kami beli tersebut. Tempo hari, aku tidak bisa merekam perbuatan mereka karena kondisinya tidak memungkinkan. Inilah saatnya, aku harus melakukannya dengan cepat. Pasti mereka akan mengulangi perbuatan itu lagi.Dua orang yang kuminta untuk memasang Cctv tersebut ternyata sudah tiba lebih dulu.Setelah turun dari mobil
Bagian 23 "Sudah, Bu, tapi …." Mbok Yuli masih saja ketakutan. "Yang mempekerjakan Mbok itu aku, bukan Nia. Jadi, nggak usah takut." Aku meyakinkan Mbok Yuli bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang berani memecatnya. "Baiklah, Bu!" Mbok Yuli pun mengerjakan apa yang aku perintahkan. Beliau merendam baju-baju tersebut di dalam ember besar, lalu menambahkan deterjen sesuai dengan yang telah kuanjurkan. Rasain kamu Nia. Kamu ingin menjadi ratu di rumah ini, tidak bisa! Justru tidak lama lagi, aku akan menendangmu dari rumah ini. Aku sudah tidak sabar ingin melihat eksresi wajah Nia saat ia melihatnya nanti. Pasti Nia akan marah besar ketika melihat baju-baju mahalnya belum dicuci, malah masih direndam di dalam ember. Sukurin, emang enak! Rusak, rusak dah itu baju! *** Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi Mas Ilyas belum pulang juga. Mas Ilyas sama sekali tidak memberi kabar dan aku juga tak berniat menanyakannya. Jika aku penting baginya, maka Mas I
Bagian 24"Sandra, akhir-akhir ini Mas perhatikan kamu sering keluar rumah. Apa saja yang kamu lakukan? Kamu tidak macam-macam kan, di luar sana?" Tiba-tiba Mas Ilyas menanyakan pertanyaan itu. Ternyata ia telah terpengaruh oleh hasutan Nia, si wanita ular berwujud manusia itu."Kuakui, aku memang sering keluar rumah, Mas. Aku merasa kesepian di rumah ini, makanya aku menghabiskan waktu di luar sana," jawabku sekenanya."Kesepian? Sekarang kan, sudah ada Nia, sahabatmu. Harusnya kamu tidak merasa kesepian lagi dong, Sandra.""Iya, Mas benar, sudah ada Nia. Awalnya aku berharap bahwa sahabatku itu akan selalu ada bersamaku seperti saat dulu. Tapi nyatanya sama saja. Malah sekarang aku semakin kesepian karena Mas dan dia sering pulang malam. Anehnya Mas dan Nia seringkali pulang barengan. Entah disengaja ataupun tidak, yang jelas hanya kalian berdua lah yang tahu!" Mas Ilyas terlihat tidak suka mendengar kalimat terakhir yang kuucapkan. Ya, aku memang sengaja berkata seperti itu untuk
Bagian 25"Kalian siapa? Berani-beraninya datang ke rumahku dan berniat ingin mengambil mobil itu. Kalian tidak takut jika aku melaporkan kalian, hah?" Tangan Mas Ilyas mengepal, seolah siap melayangkan serangan kepada kedua pria yang sedang berdiri di hadapan kami saat ini."Sabar, Mas. Kita dengerin dulu penjelasan mereka. Jangan pakai emosi. Hadapilah semuanya dengan kepala dingin. Mari kita bicara baik-baik." Aku berusaha menenangkan Mas Ilyas agar ia tidak terbawa emosi."Bicara baik-baik gimana? Mereka itu mau ngambil mobil aku loh, Sandra!" Protes Sandra."kamu diam saja, Nia. Biarkan kutanyakan dulu maksud mereka dan siapa yang menyuruhnya.""Tapi Sandra--""Kamu diam dulu, Nia!" Aku sengaja memotong ucapannya."Bapak-bapak, sekarang cepat katakan maksud dan tujuan kalian datang kemari, dan siapa yang telah menyuruh kalian mengambil mobil itu."Aku pura-pura tidak mengetahuinya, padahal aku juga ikut merencanakan ini."Kami adalah orang suruhan Pak Rian. Kami ditugaskan untuk
Bagian 26Permintaan kecil? Mungkin menurutnya itu hanya permintaan kecil. Tapi bagiku tidak. Nia benar-benar sombong! "Uang tabungan dipegang oleh Sandra. Mas hanya punya sedikit. Palingan hanya ada sekitar enam puluh jutaan di rekening Mas. Kamu tenang saja, nanti Mas akan minta uangnya pada Sandra. Apa sih, yang nggak buat kamu. Mas akan turuti semua permintaan kamu asalkan servisnya lebih oke lagi."Astagfirullah … lagi-lagi aku hanya bisa beristighfar sambil mengelus dada.Rupanya, Mas Ilyas punya uang sebanyak enam puluh juta, tapi ia tidak pernah cerita padaku. Pantas akhir-akhir ini uang yang dikasih Mas Ilyas tidak sama dengan bulan-bulan sebelumnya. Alasannya karena perusahaan tempatnya bekerja sedang sepi. Ternyata Mas Ilyas membohongiku. Ia memiliki tabungan sendiri, pasti tabungan itu akan ia gunakan untuk bersenang-senang bersama gundiknya itu. Aku tidak akan membiarkannya."Masalah servisan mah gampang! Apa menurut Mas, selama ini masih kurang oke?" "Sudah mantap kok!