Share

Semakin Menjadi

Penulis: Ade Esriani
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-11 20:04:25

Rupanya Mas Farid menyusulku ke kamar. Melihatku membuang muka padanya, Mas Farid pun berusaha merayu agar aku memaafkannya. Tidak semudah itu, Mas!

"Apa aku sudah tidak ada artinya sehingga Mas tidak meminta pendapatku tentang pembelian AC itu, Mas?" Suaraku sedikit serak, menahan tangis sekaligus amarah yang kian memuncak.

"Maafin Mas ya, Dek. Mas tidak bisa menolak keinginan Rini. Tidak tega melihatnya kepanasan." 

Jawaban Mas Farid sungguh membuatku semakin marah. Ia lebih memilih menuruti permintaan wanita itu, sementara cicilan mobil dan rumah sudah mendekati tanggal pembayaran dan Mas Farid sama sekali belum menyerahkan gajinya bulan ini padaku.

"Kamu lupa, Mas, bulan ini kita belum membayar cicilan mobil dan rumah, loh! Oh ya, hari ini Mas kan gajian, mana uangnya, Mas?" Aku menengadahkan tangan, meminta gaji suamiku yang biasanya setiap bulan tidak perlu kuminta. Tapi kali ini, aku memintanya, takut uangnya digerogoti sama wanita itu.

"Maaf, Dek. Gaji mas bulan ini sudah habis buat beli AC, untuk jatah bulanan Ibu, untuk pegangan Rini juga. Sisanya tinggal sedikit lagi untuk biaya transportasi Mas selama sebulan kedepan," jelasnya dengan santai seolah tanpa beban. Ia telah melupakan tanggung jawabnya sendiri sebagai kepala rumah tangga.

Aku tidak percaya mendengarnya, bagaimana mungkin suamiku lebih mementingkan orang lain dan mengabaikan tanggung jawabnya?

Masalah jatah bulanan Ibu, aku sama sekali tidak keberatan. Bapak mertua sudah meninggal dan Ibu tinggal seorang diri di kampung. Aku tidak pernah mempermasalahkan jika Mas Farid selalu mengirim jatah bulanan untuk ibunya, toh aku sudah menganggap ibu mertua seperti ibu kandungku sendiri.

Sekarang yang kupermasalahkan adalah Rini, wanita asing yang sudah membuat rumah tanggaku menjadi tidak tenang. Jujur, aku tidak merasa nyaman lagi berada di rumah ini setelah wanita itu tinggal di sini. Ia sudah numpang gratis di rumah ini, meminta AC, sekarang Mas Farid malah memberikan uang pegangan juga untuknya. 

Astagfirullah … aku hanya bisa mengelus dada setelah mendengar penjelasan Mas Farid.

"Sekali lagi Mas minta maaf. Mas juga mau minta tolong sama kamu, Dek. Untuk cicilan rumah dan mobil bulan ini, kamu dulu ya yang membayarnya. Kamu kan tahu sendiri kalau gaji Mas bulan ini sudah habis." Mas Farid menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada untuk meminta tolong padaku.

Jika Mas Farid sedang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan, aku akan suka rela membantunya. Tapi tidak untuk kali ini, jelas-jelas Mas Farid sudah keterlaluan. Ia lebih mengutamakan hal yang tidak penting dibanding memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Benar-benar keterlaluan!

"Aku harus bayar pake apa, Mas? Sedangkan selama ini, gaji Mas saja tidak bisa menutupi semua pengeluaran kita," keluhku.

"Aku tidak akan sanggup membayar cicilan rumah dan mobil sekaligus, Mas. Belum lagi biaya makan sehari-hari, bayar PDAM, tagihan listrik, dan lainnya yang selama ini memakai uang hasil penjualanku dari butik," keluhku lagi agar ia tahu berapa besar pengeluaran kami setiap bulannya.

Gaji Mas Farid yang berjumlah lima juta itu sebenarnya tidak cukup jika aku tidak membantunya. Bagaimana tidak, total pengeluaran yang harus dibayar setiap bulannya melebihi gaji Mas Farid.

Angsuran rumah sebesar dua juta rupiah, jatah bulanan Ibu di kampung satu juta setiap bulannya, tagihan listrik tiga ratus ribu, bayar PDAM dua ratus ribu, biaya transportasi dan pegangan Mas Farid satu juta rupiah. Gaji Mas Farid hanya tersisa lima ratus ribu tiap bulannya.

Jaman sekarang, uang sebesar lima ratus ribu tidak akan cukup untuk biaya makan selama sebulan untuk dua orang. Tapi selama ini aku tidak pernah mengeluh. Aku masih bisa memenuhi kebutuhan kami dari penghasilanku. Bahkan untuk cicilan mobil, penghasilan dari butik lah yang menutupinya.

Aku menggeleng pelan, enggak tahu harus berbuat apa. 

"Aku kecewa sama kamu, Mas. Mas sudah mengabaikan tanggung jawab Mas sendiri." Aku membuang muka, malas menatap wajahnya.

"Kali ini saja, Mas janji, bulan depan akan memberikan gaji Mas padamu seutuhnya, seperti yang Mas lakukan selama ini." Mas Farid menggenggam tanganku, berusaha meyakinkanku.

Aku sendiri tidak yakin. Selama wanita itu masih tinggal di rumah ini, pasti Mas Farid akan melakukan hal yang sama.

"Aku tidak mau mendengar penjelasanmu lagi, Mas!" Kutarik tanganku dari genggaman Mas Farid, mengambil tas tangan, kemudian mengambil kunci motor yang digantung di salah satu paku dinding kamar.

"Kamu mau kemana, Dek?" Mas Farid berdiri tepat di depan pintu kamar, tidak mengizinkanku untuk pergi.

"Aku mau ke rumah mama, Mas. Malas berdebat denganmu. Menyingkirlah, Jangan halangi jalanku."

"Tolong jangan pergi dalam keadaan marah seperti ini, Dek. Mas tidak ingin terjadi sesuatu padamu nantinya." Mas Farid masih berusaha membujukku. 

Setelah kupikirkan lagi, memang lebih baik aku tidak usah pergi. Jika aku meninggalkan mereka berdua di rumah, mereka akan lebih leluasa melakukan apa yang mereka inginkan. Aku akan tetap berada di rumah ini agar bisa membongkar semuanya.

"Baiklah, aku tidak akan pergi. Sekarang keluarlah dari kamar ini. Aku mau sendiri." 

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan." Akhirnya Mas Farid keluar dari dalam kamar dan aku menguncinya dari dalam.

Tok tok tok!

"Dek, buka pintunya sebentar, Mas hanya ingin mengantar jus buah untukmu." Terdengar suara Mas Farid memanggilku, padahal belum sampai sepuluh menit ia keluar dari kamar ini.

Aku membuka pintu kamar dan mengambil jus tersebut kemudian mengunci pintu kembali.

Mas Farid pasti ingin merayuku agar tidak marah lagi. Hatiku masih sakit, Mas. Untuk sekarang, aku masih belum bisa memaafkanmu.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
for you
laki kere banyak tingkah
goodnovel comment avatar
Herna Wati
iiih geregetan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   68. Ending

    Bab 68"Mbak Adel," tangan Rini bergerak, mengisyaratkan agar aku mendekat. Aku pun menurutinya, mendekat ke arah Rini."Mbak, maafin Rini, ya! Rini telah merusak rumah tangga Mbak Adel dengan Mas Farid. Mas Farid tidak bersalah, Mbak. Rini lah yang sudah menjebak dan memaksa Mas Farid. Ini semua adalah kesalahan Rini. Rini mohon, berikan kesempatan kedua buat Mas Farid, Mbak. Mas Farid sangat menyayangimu, Mbak."Rini kemudian menceritakan kisah masa lalunya. Mulai dari penolakannya saat dilamar oleh Mas Farid, sampai akhirnya ia nekat menyusul Mas Farid ke kota. Di stasiun seorang preman menawarkan bantuan, dan preman itulah yang menjebaknya dan merenggut kesuciannya. Rini juga menceritakan semua kisah pilunya saat dijual oleh preman tersebut hingga akhirnya ia terjebak, menjadi wanita penghibur di tempat prostitusi.Rini juga bercerita saat ia menjebak Mas Farid, hingga ia hamil dan tidak tahu anak siapa. Karena Rini tidak hanya berhubungan dengan Mas Farid, ia juga melakukan hubun

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   67. Di Rumah Sakit

    Bab 67Aku, Mas Farid, Ibu dan juga Mama, kini berada di rumah sakit umum, di ruang rawatnya Rini.Entah apa yang terjadi pada Rini sehingga kondisinya kritis seperti itu. Rini berbaring lemah tak berdaya di atas kasur yang hanya berukuran untuk satu orang itu. Di hidungnya dipasang selang pernapasan, sedangkan di punggung tangannya terdapat selang infus.Mas Farid tertunduk lesu melihat kondisi istrinya itu, sementara ibu mertua, entahlah. Aku tidak bisa menerka-nerka bagaimana perasaannya saat ini.Tak lama kemudian, seorang anggota kepolisian datang menghampiri kami. Beliau kemudian menjelaskan kondisi Rini kepada kami."Selamat pagi, Pak, Bu. Tadi, pasien sempat siuman, dia meminta agar kami menghubungi saudari Adel. Katanya ada hal penting yang ingin ia katakan pada saudari Adel," ucapnya sambil memandangi tubuh Rini yang kini sedang berbaring lemah tak berdaya."Sebenarnya, apa yang terjadi pada Rini, Pak?" tanya Mama penasaran. Ternyata Mama sama denganku, aku juga ingin menany

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   66. Ada Apa Dengan Rini?

    Bab 66Kembali? Berarti Mas Farid telah salah mengira. Ia pikir dengan aku memaafkannya, aku akan bersedia kembali lagi padanya. Aku memang sudah memaafkannya, tapi tidak untuk kembali lagi padanya."Tidak, Mas. Aku memang sudah memaafkanmu. Tapi untuk kembali, maaf aku tidak bisa," ucapku dengan tegas."Itu berarti, kamu belum ikhlas maafin Mas, Dek. Mas harus meyakinkanmu dengan cara apa lagi? Biar kamu tahu betapa Mas sangat mencintaimu?" Mas Farid terlihat frustasi, hingga ia menjambak rambutnya sendiri."Apa karena kaki Mas sudah cacat? Makanya kamu tidak bersedia lagi menerima Mas? Jawab, Dek." Mas Farid terus mendesakku agar menjawab pertanyaannya."Sejujurnya, bukan karena kondisi fisikmu yang membuatku tidak mau lagi bersama denganmu, Mas. Tetapi karena kebohongan dan juga pengkhianatanmu itulah yang membuatku enggan untuk kembali lagi bersamamu," tegasku lagi agar Mas Farid bisa mengerti.Andai saja Mas Farid tidak mengkhianatiku, mungkin saat ini aku masih setia mendampingi

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   65. Minta Balikan

    Bab 65. POV AdeliaSyukurlah, akhirnya Rini ditangkap polisi. Kini tidak ada lagi yang mengusik ketenanganku. Sekarang, Rini sudah mendekam di dalam penjara, ia pantas menerima balasan atas apa yang telah ia lakukan terhadapku.Mas Farid juga sudah siuman dan kini kondisinya sudah semakin membaik. Mas Farid telah keluar dari rumah sakit dan kini ia tinggal di kontrakan bersama ibunya. Sedangkan Mas Rudi, memilih untuk kembali lebih dulu ke kampung karena tidak bisa berlama-lama meninggalkan anak dan istrinya.Sejak Rini ditangkap polisi, aku tidak pernah lagi menjenguk Mas Farid. walaupun Ibu dan Mas Rudi berulang-kali menelponku dan memintaku untuk datang, tapi aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka.Ibu bilang, Mas Farid ingin sekali bertemu denganku, dan ia juga ingin meminta maaf padaku.Aku tidak berniat lagi untuk menemui Mas Farid. Bagiku, ia bukan siapa-siapa lagi, meskipun kami belum resmi bercerai. Tapi sekarang, proses perceraian kami sedang diproses dan sebentar lagi ka

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   64. Inikah Takdirku?

    Bab 64Semenjak Mbak Adel ninggalin rumah, Mas Farid selalu murung, apalagi setelah kami pindah ke kontrakan karena rumah tersebut sudah disita.Aku sudah mencoba menghiburnya, melakukan apapun agar bisa menarik perhatiannya dan membuatnya jatuh cinta padaku. Tapi sekeras apa pun usahaku, tetap saja tidak berhasil.Hingga pada suatu hari, Mas Farid nekat menemui Mbak Adel di butiknya. Aku tahu, pasti Mas Farid ingin membujuk Mbak Adel agar mau balikan padanya.Usaha Mas Farid gagal total karena aku berusaha memanas-manasi Mbak Adel dengan cara meminta harta gono-gini. Aku sudah tahu bahwa butik itu milik Mbak Adel, aku sengaja melakukannya agar Mbak Adel semakin kesal.Mas Farid terlihat kesal saat seorang ibu-ibu datang bersama seorang lelaki yang mengaku sebagai calon suaminya Mbak Adel.Mas Farid tidak terima, bahkan sampai adu jotos dengan lelaki itu.Aku dan Mbak Adel berusaha untuk melerai mereka, karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.Mbak Adel memilih untuk pergi meni

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   63. Nasib Tak Beruntung

    Bab 63Akhirnya, aku nekat mendatangi rumah Mas Farid. Aku ingin tinggal bersama Mas Farid dan istrinya. Awalnya Mas Farid menolak, tapi akhirnya ia setuju setelah aku kembali mengancamnya. Saat Mbak Adel mendapati bahwa aku telah berada di rumahnya, ia terlihat tidak suka dan sepertinya menaruh curiga. Tapi aku beralasan bahwa aku adalah sepupunya Mas Farid dan suamiku sudah meninggal. Dengan berat hati, Mbak Adel mengizinkanku tinggal di rumah mereka. Rumah yang akan menjadi milikku juga.Hidup satu atap bersama Mas Farid dan istrinya membuatku tidak nyaman. Aku ingin, Mas Farid menjadi milikku satu-satunya. Aku tidak ingin berbagi.Aku sengaja berlagak seperti tuan putri di rumah itu agar Mbak Adel merasa tidak tenang dan akhirnya pergi meninggalkan Mas Farid. Aku sengaja membuat Rumah berantakan seperti kapal pecah, dengan begitu aku berharap agar mereka bertengkar dan akhirnya berpisah.Aku juga sering meminta sesuatu yang tidak wajar. Seperti AC misalnya. Agar Mbak Adel cembur

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status