“Kamu nanya kenapa aku marah?” Raya mengulang pertanyaan Kai itu sambil geleng-geleng kepala.“Iya. Memangnya kamu kenapa marah?”Raya mendengus. Rasanya percuma ia mengatakan apa pun saat ini. Kai si manusia tanpa hati itu mana mungkin sadar kalau dia telah menyakiti hati seseorang.“Nggak. Nggak kok. Aku nggak marah. Aku cuma pengen sendiri tapi kamu sama sekali tidak memberiku ruang untuk itu,” jawab Raya masih sedikit kesal.“Iya, tapi untuk apa sendiri kalau nyatanya saat ini kita sedang berdua. Bukankah berdua lebih baik?” Kai masih saja ngeyel sembari bermain mata pada Kai.Kali ini Kai ganti turun ke anak tangga di bawah anak tangga tempat Raya berdiri. Ia menghalangi jalan Raya yang ingin turun ke bawah.“Selama ini kamu kemana aja? Bukannya memang selama ini kita sendiri- sendiri. Sudah sana minggir!!” kata Raya kesal.Ia lantas menabrak Kai begitu saja hingga Kai sampai berpegangan agar tidak jatuh.Raya tidak peduli. Ia lantas menuju ruang televisi dan memilih untuk menont
“Kok diam? Lupa? Apa perlu kuingatkan lagi?” ejek Kai pada Raya yang tiba-tiba diam terpekur. Raya bukannya tidak ingat moment itu. Moment di mana Kai menciumnya waktu itu. Ia sempat kaget, terpekik dan mundur beberapa langkah ke belakang. “Itu bukti kalau kita pacaran.” Raya Masih sempat mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Kai, namun dirinya sudah berbalik badan dan berlari menuju tempat di mana ia meninggalkan rombongan pengantar keluarga Hartono terakhir kali. “Eh, Raya. Kok kamu baliknya sendiri? Tadi Kai nyariin kamu loh karena kamu kelamaan balik dari toilet,” kata Bu Sari mana kala putrinya itu kembali dari toilet sambil berlari.Perhatian yang lain pun tertuju pada Raya. “Kai mana?” tanya Bu Irma.Raya tidak menjawab melainkan melihat ke arah toilet dari mana dia datang tadi. Terlihat Kai sedang berjalan menuju mereka. Raya cepat-cepat menyembunyikan dirinya di belakang tubuh sang ibu. Susah ia jelaskan bagaimana malunya dia saat ini. Kai menciumnya, gila! Raya me
“Kok belum siap-siap?” tanya Aswin pada putrinya, Raya.“Ayah sama ibu aja deh yang pergi. Raya di rumah saja,” tolak Raya dengan wajah cemberut.Aswin mengernyitkan kening melihat sikap putrinya. Lalu pria itu pun menghela napas dan duduk di samping Raya yang sedang membaca komik kesayangannya. “Yakin? Setelah ini kamu mungkin akan lama lagi loh bisa ketemu Kai,” kata Aswin dengan nada membujuk. “Biarin aja,” jawab Raya singkat.“Tapi kan kalian sahabat?” “Siapa bilang? Kai itu menyebalkan kok aslinya. Biar aja dia pindah ke Singapura. Nggak ketemu selamanya juga nggak apa-apa,” jawab Raya jutek.Asmin lagi-lagi hanya bisa mengernyitkan kening, namun dia memilih untuk membiarkan saja apa yang diinginkan oleh putrinya itu. “Ya sudah kalau begitu. Kalau kamu nggak mau ikut, ya kamu jaga rumah aja kalau gitu,” kata Aswin.Ucapannya hanya dibalas dengusan oleh Raya. Aswin tidak berniat memaksa Raya. Ia pun segera memanggil istrinya ke kamar. Sebagai orang yang telah mengabdi lama pa
“Raya!! Kamu sudah lihat belum hasil ujian nasional? Kamu dapat nilai terbaik di seluruh SD tingkat kota loh! Selamat ya!!” ucap Agnes.Kala itu Raya masih berusia 12 jalan 13 tahun. “Oh, ya? Aku belum lihat juga tuh. Kamu tahu dari mana?” tanya Raya.“Aku tadi nggak sengaja dengar pas lewat ruang guru. Pas ku cek di papan pengumuman ternyata nilai kamu memang setinggi itu. Selamat sekali lagi ya, Ray! Aku iri deh,” ucap Agnes lagi.Raya dengan tak sabar segera menuju mading sekolahnya untuk melihat kebenaran kabar yang disampaikan oleh Agnes.Tak hanya dirinya, ternyata teman-temannya juga telah banyak berkumpul di situ. “Wah, ini inih bintangnya. Membuat bangga nama sekolah kita. Raya, habis ini kamu mau lanjut di SMP mana?” tanya Fauzi.“Emm, masih belum pasti. Tapi ayah bilang kalau bisa aku masuk di SMP 1 saja,” jawab Raya jujur.“SMP favorit, sudah pasti masuklah. Raya kita memang nggak kaleng-kaleng. Pasti masuk, yakiiin!!” kata Fauzi didukung oleh teman-temannya yang lain.
“Rayaaa!!!” Raya melirik dengan kesal ke arah pintu yang diketuk berkali-kali oleh Kai sedari tadi. Betapa pengganggunya sialan itu! Merusak mood dan pendengarannya yang sedang menonton drama Korea favoritnya.Tapi tentu tidak … Raya tidak akan membukakan pintu pada pria brengsek itu. Bukannya apa-apa, dia tidak akan terjebak berulang-ulang kali dalam permainannya licik laki-laki yang hanya menginginkan tubuhnya itu. Big No!Maka yang bisa dilakukan oleh Raya saat ini adalah membuka laci nakas di samping tempat tidurnya dan mencari headset di sana. Setelah menyambungkannya pada laptopnya, ia pun memasang headset itu di telinganya dan memasangnya dengan volume yang cukup tinggi. Nah, sekarang aman. Ia saat ini bisa melanjutkan menonton drama kesukaannya dengan tenang. Kai mau menggedor-gedor pintu dan berteriak hingga ratusan kali pun, Raya sama sekali tidak akan peduli. Di luar kamar Kai berdecak kesal karena pintu tidak juga dibukakan oleh Raya. Sialan! Sebenarnya apa yang dia la
Raya sudah selesai mandi dan dandan yang rapi. Ia berniat untuk keluar saja dari rumah. Entah itu berbelanja, atau ke rumah ibunya atau bahkan kalau perlu ia akan pergi ke perpustakaan hari ini dan membaca seharian di sana. Apa pun itu, asal tidak berada di atap yang sama dengan Kai.Raya menyemprotkan parfum favoritnya sebagai sentuhan terakhir sebelum ia keluar dari dalam kamarnya. Saat ia menuruni tangga, pandangannya langsung tertuju pada Kai yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.“Mau kemana?” tanya Kai tanpa menoleh kepadanya. Duh, pria itu sudah seperti cenayang saja, bisa mengetahui kedatangan dirinya.“Aku mau jalan. Aku ada janji sama temanku,” jawab Raya beralasan.“Sama teman? Temanmu yang mana? Yang Daniel-daniel itu?” cibir Kai.Raya memutar bola matanya dengan malas. Ayolah, dengan siapapun dia pergi memangnya apa urusan Kai?“Bukan. Aku mau jalan sama teman SMA-ku. Kamu nggak akan kenal,” jawab Raya.“Kalau begitu kenalin donk!”Raya mengernyitkan kening.
Raya mengutuk dirinya yang terbangun kesiangan hari ini. Entah sejak kapan dirinya yang disiplin ini punya kebiasaan bangun kesiangan. Raya mulai mengingat-ingatnya dan menggeram kesal karena itu dimulai dari sejak Kai berani berbuat intim dengannya.Raya segera menghubungi Bu Irma dan mengatakan kalau dia akan berangkat ke restoran milik mertuanya itu sebentar lagi untuk membantu pekerjaan yang ada di restoran baru buka itu.“Nggak usah ke sini, Ray. Kamu istirahat saja di rumah. Lagian kamu sudah bantu Mama selama beberapa hari terakhir ini kan? Kamu istirahat saja dulu. Lagian resto belum terlalu ramai dan hari ini Mama nggak ada kegiatan jadi bisa memantau langsung ke resto,” jawab mertuanya itu ketika ia melakukan panggilan telepon.“Nggak apa-apa kok, Ma. Lagian di rumah aku juga nggak ada yang mau dibuat jadi aku ke resto aja, lebih…”“Siapa bilang nggak ada yang perlu dibuat? Kai hari ini nggak kemana-mana kayaknya. Kamu spend time sama Kai aja hari ini ya. Quality time berdua
Raya terbangun ketika ia mulai merasakan posisi tidurnya tidak nyaman. Meski jok mobil itu terbuat dari bahan berkualitas dan nyaman untuk ditiduri, namun untuk tidur untuk waktu yang cukup lama nyatanya sangat tidak direkomendasikan.Raya menggeliat dan melihat ke sekelilingnya. Sedikit terkejut karena menemukan dirinya sedang berada di dalam sebuah mobil dengan penerangan yang temaram. Dan nyatanya ia lebih terkejut saat melihat Kai yang juga tidur di kursi pengemudi.Astaga, apa yang tejadi? batin Raya.Ia kemudian sadar kalau mobil yang mereka tumpangi sebenarnya sudah sampai di rumah. Lalu kenapa Kai tidak membangunkannya?“Kai?” panggil Raya, namun kemudian suaranya tertahan saat melihat raut wajah Kai yang sedang tertidur pulas itu.Raya ingin membangunkan Kai namun ketertarikannya pada wajah polos itu membuatnya urung melakukannya.Polos? Hahaha Raya! Apa yang membuatmu berpikir kalau Kai adalah orang yang polos? Tidak ingatkah kau apa yang tadi siang dia lakukan padamu di mo
Mereka telah sampai lebih dari setengah jam yang lalu, namun hingga sekarang mereka masih berada di dalam mobil.Kai melihat Anggraini yang terlihat tidur sangat pulas sehingga mobil sudah berhenti pun ia tak sadari lagi. Awalnya Kai berniat untuk membangunkannya, namun melihat Anggraini yang terlihat sangat lelah itu, ia menjadi tak sampai hati dan membiarkan wanita itu melanjutkan tidurnya dengan tenang.Untuk membuat tidur Raya lebih nyaman lagi, Kai menyetel kursi raya agar lebih miring sehingga posisinya rebahan menjadi semakin nyaman. Tak lupa ia memasang lagu bernuansa melow agar suasana di dalam mobil itu semakin mendukung untuk tempat tidur.Tak ada yang bisa Kai lakukan selain itu. Sempat terpikir olehnya untuk menggendong Raya masuk ke dalam rumah hingga ke kamarnya, namun realistis saja, tidak mungkin Raya tidak terbangun jika sampai ia berani melakukan hal itu.Sekarang ia sendiri menyetel sandaran kursinya sendiri sejajar dengan Raya sambil dia merebahkan diri menghadap