Share

Menuduh

Bab 2

"Kenapa Nas, kamu kan juga ada bagian. Sebagian rejekiku itu hak keluargaku!" tukas Mas Hamdan. 

Selalu begitu jawabannya. 

Akhirnya yang aku tunggu datang, mobil baru yang aku beli di antar. Mereka semua seperti terkesima melihat mobil di turunkan dari mobil towing.

"Mobil siapa itu?" ujar Ibu. Karena berhenti di depan rumahku, kebetulan depan rumah adalah rumah Mbak Hana.

"Apa Dion, belikan kamu mobil baru?" tanya Ibu pada Mbak Hana.

"Mungkin Bu, ya ampun Mas Dion kasih suprise mobil!" Mbak Hana memekik senang dan mengeluarkan ponselnya merekam mobil baru itu.

**

Mbak Hana semakin kegirangan, apalagi beberapa tetangga keluar melihat karena suara Mbak Hana heboh sekali.

"Mobil baru, Mbak Hana?" tanya Bu Wati menghampirinya.

"Huum Buk, suprise dari suami saya!" sahut Mbak Hana dan masih merekam mendekati mobil itu.

"Biasa Bu Wati, suaminya kan anak juragan sawit. Jadi beliin mobil baru itu udah biasa!" timpal Ibu mertua memuji menantunya yang kaya.

Tapi sales itu menghampiri diriku, melewati Mbak Hana begitu saja. Yang membuat Mbak Hana menoleh keb belakang merasa heran.

"Dengan Bu Nasna, silakan di cek dulu mobilnya," ucap Sales pria yang bernama Gandi.

Ibu mertua, suami dan yang lain hanya melongo melihatku yang di ajak mengecek kondisi mobil baru itu oleh sales.

Mungkin mereka masih bingung dengan apa yang terjadi, apakah ini seperti mimpi bagi mereka melihatku bisa membeli mobil baru.

Aku mengikuti langkah Gandi.

"Kamu mau ngapain! Jauh-jauh sana, jangan dekati mobil baruku nanti lecet. Iri ya?" sinis Mbak Hana yang sudah mematikan kamera untuk merekam. Ia justru yang sibuk melihat kondisi mobil itu.

"Buka pintunya, saya mau lihat dalamnya!" perintah Mbak Hana.

"Maaf Mbak, bisa menjauh. Bu Nasna mau melihat kondisi mobilnya," ucap Gandi meminta Mbak Hana untuk menjauh karena sedari tadi ia sangat rusuh.

"Loh kenapa saya di suruh menjauh, ini mobil saya yang di belikan Mas Dion," ketus Mbak Hana.

"Ini mobil baru atas nama Mbak Nasna," jawab sales itu.

Mata Mbak Hana membulat mendengar penjelasan Gandi.

"Kamu salahkan, pasti ini mobil atas nama Hana utami, tunggu telepon dulu suami saya!" Mbak Hana menelpon suaminya. Sangking yakinnya itu mobil adalah suprise dari Dion.

Sales itu hanya menggeleng melihat kelakuan Mbak Hana.

"Udahlah Mbak, memang ini mobil baruku. Harus kuat terima kenyataan!" celetukku dan melihat kondisi mobil. Aku tidak terlalu paham, apa lagi menyetir juga tak bisa. Tapi nanti ada adikku yang bisa dan aku akan membawa mobil ini ke rumah baruku yang akan ku tempati dengan Ibu dan adikku.

"Mas, beneran gak beliin aku mobil baru?" suara Mbak Hana terdengar kecewa dan menjauh dari kami.

Aku kemudian mengajak Nisa untuk duduk di kursi mobil, yang masih terbungkus plastik karena baru.

"Nisa senang gak? Ini mobil baru kita," ucapku. Binar mata Nisa menandakan ia sangat bahagia.

"Senang Bu, kita kemana-mana bisa naik mobil gak naik ojek lagi,"

"Alhamdulillah ya, Nak," dan mengelus pucuk rambut Nisa.

"Nisa, keluar kamu itu mobilnya Gina. Ngapain duduk di situ! Kamu ya selalu mau merebut milik Gina!" cicit mertuaku yang menyuruh kami untuk keluar.

Aku dan Nisa keluar.

"Tapi ini mobil, Ibu," jawab Nisa.

"Haha... Ibumu yang miskin ini, mimpi aja belum barang mewah. Sadar kalian tu miskin!" cerca Ibu mertua yang ucapannya saja tajam pada cucu sendiri.

"Nasna, jangan malu-maluin!" Mas Hamdan menarik tanganku.

"Kenapa Mas, memang itu mobil baruku!"

Gandi kembali memanggilku.

"Bu Nasna, silakan tanda tangani surat serah terima ini," ujar Gandi.

"Tanda tangan di sana saja ya," ucapku dan mengajak ia dan temannya menuju teras rumah.

"Kamu punya uang dari mana?" hardik mas Hamdan setelah melihat sendiri, mobil itu atas namaku. BPKB nya memang belum keluar.

"Ibu yakin, pasti istrimu itu ju*l diri!" timpal Ibu yang tampak sangat marah, seakan dendam padaku.

"Apa sih maksudmu mempermalukan aku! Mau menyaingi aku, bilang Hamdan suruh tahu diri ini istrimu. Beli mobil baru semudah itu, sedangkan ia saja miskin, apalagi kalau tidak ju*l diri!"

Plak..!

Aku menamp*r Mbak Hana. Lancang sekali mulutnya menginjak harga diriku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
bhjklplooutfryoop
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status