Share

Mereka Tidak Tahu

Bab 3

"Nasna..!"

Mas Hamdan membentak dan kilat matanya penuh amarah.

"Mau kupatahkan tanganmu, telah berani menampar Mbak Hana!" ucap Mas Hamdan dengan nafas memburu.

"Kamu tidak terima, masih bagus kutampar, tidak kurobek mulut lancang Kakakmu itu!" ujarku membalas tatapan Mas Hamdan. Sudah cukup di perlakukan tidak adil, hingga harus menahan hinaan mereka terus menerus membuatku tersiksa batin selama menikah.

"Bicara lagi kamu, mulutmu itu yang kurobek!" hardik Mas Hamdan mendekat.

"Kenapa kamu marah, ketika aku menampar mulut kurang ajar itu. Kenapa kamu tidak marah ketika Ibu dan Kakakmu melontarkan fitnah keji padaku!"

"Hajar istrimu itu Hamdan, dia yang kurang ajar. Aku tak terima dengan perbuatannya!" Mbak Hana menghasut Mas Hamdan.

"Memang orang miskin, tak berpendidikan. Jadi kelakuannya ya begini, Hamdan kamu ketiban sial menikah dengan dia. Bagus kamu menikah dengan Mega, dia wanita berpendidikan setara denganmu. Juga kerjanya di balai desa, tiap hari pakai seragam. Gak kayak dia cuma dasteran, terus bisa mobil baru apalagi kalau bukan jual diri!" cicit Ibu mertuaku dengan lisannya yang tajam.

"Terserah kalian mau bilang apa, jika kalian tahu kenyataannya nanti. Jangan sampai syok! Wanita yang tak sekolah tinggi ini juga bisa sukses!" ujarku dan mengajak Nisa masuk ke dalam kamar. Kasian dia melihat pertengkaran kami, jika tak ada Nisa mungkin aku masih meladeni ucapan mereka.

Nisa sudah tertidur. Aku masih sibuk dengan ponsel, di sinilah tempat aku mencari uang menjadi affiliator pada sebuah aplikasi belanja online terbesar, dan aku juga punya grup hingga jutaan member. Semua kulakukan tanpa sepengetahuan Mas Hamdan.

Hampir 2 tahun aku menjadi affiliator hanya modal ponsel dan belajar pada Mbak Desi yang kukenal di dunia maya. Alhamdulillah aku berkenalan dengan orang baik, yang mau mengajakku bergabung hingga aku paham. Dan penghasilanku kini sudah hampir ratusan juta di rekening, selalu ku tabung baru kali ini aku berani membeli mobil baru dan membeli rumah masih dekat tempat tinggalku. Rencana juga mau membuka toko, dan usaha lain agar uangku bisa di jadikan modal.

Pintu kamar yang tidak terkunci di buka Mas Hamdan. Ia duduk di tepian ranjang, aki masih diam dan cuek padanya.

"Jujur Nasna, apa yang kamu lakukan? Maaf Mas tadi keterlaluan hanya saja mas takut ucapan Ibu dan Mbak Hana benar. Apa kurang nafkah yang Mas berikan?" ucap Mas Hamdan di sertai minta maaf padaku.

"Nafkah tiga puluh ribu sehari, kamu pikir cukup, Mas? Aku tidak sehina tuduhan keluargamu!"

"Lantas, kamu dapat uang dari mana?" Mas Hamdan terus menelisik ingin mendapatkan jawaban.

Aku kembali diam, dab lebih memilih tidur. Dia tak boleh mengetahui usahaku sekarang.

"Jika benar kamu menjual diri, akan kubun*h kamu!" ucapan Mas Hamdan membuat hatiku sakit.

Akan aku buktikan pada kalian, jika aku wanita terhormat tidak seperti yang di tuduhkan. Aku bisa sukses dengan cara yang benar.

"Jangan minta beli mobil sekarang!" teriak Mas Dion menuju sepeda motornya.

"Bekas juga tak apa, Mas. Biar aku tak malu!" ucap Mbak Hana di teras rumah ketika aku lewat jalan kaki, usai dari warung.

Mbak Hana membuang muka saat menyadari keberadaanku.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
nmkkgdsskll
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status