Share

Bab 3 : HIM

Author: Anaserra
last update Last Updated: 2024-02-06 22:02:57

Dylan menatap Kiara yang sedari tadi terus menunduk. Hal ini sudah berlangsung sekitar lima menit.

Dylan menyukai pemandangan di depannya ini. Lebih dari apapun. Ia rela menghabiskan waktu berjam-jam tanpa bosan hanya untuk memandang Kiara.

Ia merindukan sosok ini. Rindu sekali.

Tetapi sampai kapan wanita ini akan terus bersikap acuh seperti ini kepadanya?

“Kiara.” panggil Dylan lembut.

Membuat wanita cantik itu menoleh dan menatapnya.

Dylan tersenyum. Kiara Putri Maharani. Satu-satunya wanita yang berhasil membuat hatinya kacau tak karuan.

“Apakah ada yang harus aku tau mengenai project ini? Selain yang Pak Wahyu telah sampaikan tadi?”

Kiara tertegun. Seakan-akan ucapan Dylan telah menarik dia kembali ke alam sadarnya.

“Sebentar.” jawabanya sambil membuka beberapa berkas yang ia bawa sedari tadi.

“Aku dan timku sudah melakukan beberapa research dan hasilnya sudah aku jabarkan disini.” tunjuknya sembari melihat ke arah Dylan.

“Baiklah. Akan aku baca sebentar.”

Tetap sama. Kiara adalah orang yang sangat detail dan rapi. Tidak berubah.

File ini tersusun rapi dan point-point penting terjabarkan dengan detail.

“Tapi jika hanya mengandalkan beberapa sampling ini bukannya masih terlalu sedikit?”

Kiara memandangku heran.

“Apakah masih belum cukup?”

“Tentu saja. Kita harus melakukan research yang lebih luas. Aku akan mengatur beberapa titik sampling yang harus kita kunjungi lagi.”

“Sebentar. Apa maksudnya dengan kita?” tanya Kiara bingung

“Tentu saja kau dan aku. Siapa lagi memang?” jawab Dylan cuek.

“Tapi aku tidak setuju. Aku bisa meminta timku untuk melakukan research ulang. Kau tinggal tetapkan saja titik pointnya.” jawabnya ketus

Penolakan. Dylan tahu bahwa Kiara masih terus saja menghindarinya.

“Tidak bisa. Aku tidak bisa mempercayai ini kepada siapapun selain aku dan kau.” tantang Dylan sembari menatap Kiara tegas.

“Kau tau bukan Kiara seberapa penting nilai investasi ini?”

Dylan tersenyum senang melihat Kiara yang tidak memiliki opsi lain selain menyetujui apa yang Dylan sampaikan.

“Besok kita akan mulai melakukan sampling.”

Dylan berkata dengan penuh semangat.

————-

“Aku benar-benar bisa gila, Kalisha!” teriak Kiara frustasi.

“Tapi ini benar-benar seperti takdir bukan? Maksudku benar-benar diluar duguan kita semua. Bagaimana kalau—“

“Diam!” Kiara melempar bantal kecil didepannya dan tepat mengenai wajah sahabatnya itu.

“Aku tidak akan menerima teori bullshitmu itu.” jawab Kiara sembari menutup kedua telinganya dengan tanganya.

“Tapi Kiara Putri Maharani, bagaimana kalau kita lihat ini dari prespektif yang lain. Hah?”

Kalisha memutar tubuh Kiara menghadapnya dan meletakkan kedua tangannya di bahu Kiara

“Kau masih mencintai Dylan. Dan sekarang kalian dipertemukan kembali. Bukannya itu jalan jodoh yang bagus?”

“Astaga kau benar-benar sudah gila.”

“Bagaimana bisa kau mengatakan aku masih mencintai Dylan?”

Kalisha menggoyang-goyangkan tubuh Kiara dengan gemas.

“Hei apakah kau pikir aku buta? Kau pikir aku bodoh? Bagaimana bisa seorang Kiara bahkan tidak dapat melirik pria lain yang nyaris sempurna dan terus mengeluhkan kriteria idealnya yang sangat amat persis dengan Dylan Nalendra, hah?!”

Kiara terdiam. Apakah selama ini dia sempat bahkan pernah berpacaran lagi setelah dengan Dylan?

Tidak pernah. Seingatnya tidak pernah sekalipun.

“Jalani saja dulu. Jangan terus menghindar, oke?”

“Siapa tau Dylan telah berubah.” Kalisha mengatakan hal ini dengan lirih.

Membuat Kiara kembali mengingat hal yang paling tidak ingin dia ingat.

“Bagaimana mungkin?”

“Dia berubah? Aku rasa tidak.”

Kiara sangat berharap perkataanya salah tapi fakta selalu terbuka dan menyatakan hal yang sebaliknya.

————

Kiara baru saja akan masuk keruangannya tetapi langkahnya terhenti oleh Ratih.

“Permisi bu. Sudah ada tamu di dalam yang menunggu ibu.” perkataan Ratih membuat Kiara bingung. Dia sepertinya tidak ada janji dengan client manapun.

“Tamu? Apakah saya ada janji baru, Ratih?”

“Tidak ada bu. Tetapi Pak Dylan mengatakan bahwa dia sudah ada jadwal untuk bertemu Ibu pagi ini.”

Perkataan Ratih membuat badan Kiara membeku. Dylan? Untuk apa dia kesini?.

Kiara segera membuka pintu ruangannya dan lelaki itu sudah duduk di seberang kursinya.

“Selamat Pagi.” dia menyapa Kiara

“Aku tidak ingat bahwa kita ada janji untuk bertemu hari ini.”

Dylan tertawa dan berjalan menghampiri Kiara dan membuat Kiara refleks mundur beberapa langkah.

“Apakah aku harus membuat janji untuk bertemu denganmu?”

“Tentu saja.” jawab Kiara tegas.

Laki-laki ini masih sama. Sering kali seenaknya bertindak. Tidakkah dia tau kalau keberadaanya ini sangat berbahaya bagi kesehatan hati dan tubuh Kiara.

“Baiklah, nona Kiara Putri Maharani. Apakah kau lupa bahwa kita akan melakukan sampling bersama?”

Kiara mencoba mengingat percakapannya dengan Dylan di restoran tempo hari.

“Tapi aku belum mengatakan bahwa aku setuju untuk melakukannya hari ini.”

“Bagaimana jika aku memaksa?”

Dylan memajukan badannya dan menundukkan wajahnya agar sejajar dengan Kiara. Benar-benar sejajar dan berada sangat dekat satu sama lain.

Kiara membeku. Jantungnya berdetak tak karuan.

“Baiklah.” jawabnya lemas sembari mendorong tubuh Dylan agar menjauh darinya.

Benar-benar berbahaya jika terus berada diposisi tadi untuk waktu lama.

“Aku akan menunggumu dimobil.”

Dylan berjalan santai sambil meninggalkan ruangan tanpa tau Kiara mati-matian mengatur hati dan pikiran untuk tetap fokus.

Bagaimana mungkin hari-harinya terasa sangat berat sejak kedatangan Dylan kembali.

“Jadi kita akan kemana lebih dulu?” tanya Dylan membuat Kiara heran.

“Bukankah kau sudah mengatur jadwal ini sedemikian rupa?” sindir Kiara

“Aku baru kembali ke Indonesia belum sebulan ini nona Kiara. Bagaimana mungkin aku paham jalan di kota ini?”

Kiara mendengus mendengar jawaban Dylan.

“Jika begitu kenapa kau percaya diri sekali untuk mengajak aku keluar melakukan sampling?!”

“Aku hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu.”

JLEB

Jawaban Dylan membuat Kiara terkejut. Telinganya masih sangat jelas dapat mendengar apa yang Dylan katakan dan otaknya masih mampu merekam perkataan itu dengan baik tanpa satu kata tertinggal.

“Apa tidak boleh?” tanya Dylan memastikan melihat reaksi Kiara yang terdiam.

Kiara masih diam dan terus menatap Dylan dengan bingung.

“Apa kau sudah punya pacar?” tanya Dylan sekali lagi untuk memastikan.

Kiara melirik laki-laki itu dengan tatapan tidak percaya. Untuk apa Dylan menanyakan hal semacam itu.

Tetapi tatapan laki-laki itu sekarang sangat sulit untuk Kiara tangkap maksudnya.

Tatapan berharap?

Tidak mungkin. Pasti tidak.

“Apa urusanmu.” jawab Kiara ketus.

Akhirnya hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari mulutnya.

Dylan malah tertawa dan mengangkat bahunya menyatakan bahwa dia tidak peduli.

Laki-laki ini benar-benar membuat Kiara kehabisan kata-kata.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Hahaha pepet terus Kiara-nya Dylan, jangan kasih kendor
goodnovel comment avatar
Weka
aseeek, udah mulai nih
goodnovel comment avatar
lutfi08
penasaran apa yang membuat Dylan dan Kirana berpisah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 44

    “Ya Tuhan, Dylan! Ayok ikut kakak dulu.” Lira menarik nafas lega ketika melihat Dylan muncul diruangan tamu milik keluarga mereka. Lira hampir frustasi karna dia tidak dapat menghubungi adiknya itu dari semalam. Lira menyeret Dylan untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu itu rapat-rapat. “Kakak butuh penjelasan disini.” Lira menekankan kata itu dengan sangat jelas dan Dylan tahu bahwa kakaknya itu sedang kesal. Tetapi Dylan bisa apa? Dia benar-benar malas untuk pulang kemarin. Moodnya sedang sangat hancur. “Kakak mengharapkan aku bercerita apa? Pasti papa sudah menceritakan semuanya.” timpal Dylan dengan malas. “Hei. Sejak kapan kakak lebih mempercayai papa daripada adik kesayangan kakak ini?” Lira duduk disebelah adiknya itu dan menyadari bahwa Dylan masih terlihat kesal. Lira tahu bahwa dia tidak akan dapat membantu banyak mendamaikan papa dan Dylan karna watak mereka yang sama-sama keras. Dylan adalah perwujudan papa persis. “Apakah keputusan untuk keluar dan melepas

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 43 : Sensasi apa ini?!

    Kiara terkejut ketika bibir manis Dylan langsung melumat habis bibir mungilnya. Tangan kekar laki-laki itu melingkar di pinggangnya dan menariknya semakin mendekat ke pelukan Dylan. Dylan seakan mengunci Kiara untuk tidak menjauh. Sensasi aneh dan mendebarkan memacu jantung Kiara berdetak tak karuan. Demi tuhan tubuhnya serasa panas dingin menerima serangan dan sentuhan Dylan disetiap incihnya. Laki-laki itu melakukan semuanya dengan sangat perlahan membiarkan Kiara merasakan setiap hal yang ia lakukan adalah tulus. Dylan menarik tengkuk Kiara mendekat dan kembali mencium bibir itu tak berhenti. Tetapi Kiara menikmatinya, mata gadis itu terpejam dan mengikuti setiap gerakan yang Dylan berikan. Dring~~~~ Mereka berdua terkejut ketika handphone Dylan kembali berdering dan menampilkan nama Lira di display handphonenya. Karna nada dering itupun mereka berdua langsung berhenti dan tersadar bahwa keadaan tadi hampir diluar kendali. Pipi Kiara merah padam dan rambutnya sedikit acak-acak

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 42 : Berbagi

    Kiara terkejut bukan main mendengar perkataan Dylan. Memutuskan keluar dari perusahaan? Ini sepertinya tidak sesederhana yang Kiara pikirkan.“Apa harus dengan langkah itu? Tidakkah dibicarakan lebih dulu?” bujuk Kiara sambil terus menggenggam tangan kekasihnya itu.Dylan tersenyum getir mendengar perkataan Kiara. Andai saja watak papa tidak keras mungkin saja hal seperti ini bisa dibicarakan dengan baik-baik.“Aku dan papa sudah tidak sejalan. Kami tidak berada pada satu visi dan misi. Ini juga susah untukku tetapi memaksakannya akan lebih sulit.”Dylan tertunduk lesu setelah mengatakan hal itu. Sebenarnya hatinya terasa sangat sakit untuk mengambil langkah ini semua. Menentang papanya bukan hal yang membuatnya senang tetapi campur tangan papa dalam urusan perusahaan takutnya akan lebih menyulitkan Kiara kedepannya. Dan Dylan tidak ingin hal itu terjadi tetapi dia tidak mungkin mengatakan hal ini ke Kiara.“Impianku dari dulu juga membangun perusahan dibidang investasi dengan dasar

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 41 : Penasaran

    Kiara berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang mencolok. Sinar matahari pagi terlihat diseluruh ruangan dan membuat ruangan TV Kiara dipenuhi sinarnya. Kiara berniat menutupi sedikit gorden untuk membatasi akses masuknya cahaya itu. Kiara takut Dylan terbangun karna silaunya cahaya matahari pagi.Kekasihnya itu sedang tertidur dengan pulas disofa panjang abu milik Kiara. Dylan terlihat sangat lelah dan sedang kacau hingga Kiara memintanya untuk menginap saja karna waktu juga sudah sangat larut malam untuk Dylan pulang. “Nah seperti ini lebih baik.”Kiara menutup sebagian gorden tadi dan membuat cahaya silau tidak terlalu mendominasi. Ia berjalan kearah dapurnya untuk memasak sarapan mereka berdua.Kiara bernafas lega karna masih terdapat bahan makanan yang dapat dia masak untuk sarapan. Karna seingat Kiara sudah lama sekali dia tidak belanja bulanan. Kegiatan kantor akhir-akhir ini benar-benar menyita waktunya.Kiara ingin membuat sandwich dan susu cokelat untuk sarapan

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 40 : Tempat Bersandar

    Kiara mengambil hairdryer diatas meja dan mulai mengeringkan rambutnya. Segar sekali rasanya setelah penat seharian mengurus semua hal tentang dokumen yang harus diserahkan segera ke PT Admir.Hari ini benar-benar sangat padat dan membuat badannya terasa sedikit lelah. Tetapi semua rasa lelah ini terbayar dengan sempurna. Perusahaannya mampu memenangkan untuk investasi kali ini.TINGBel apartemennya berbunyi menandakan adanya tamu yang datang. Kiara melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Siapa tamu tidak diundang yang datang sangat larut seperti ini.Kiara keluar dari kamarnya dengan malas tetapi tidak mungkin membiarkan bel itu berbunyi terus menerus. Akhirnya ia membuka pintu apartementnya dan terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.“Dylan?”“Aku mengganggumu ya?”Walau Kiara merasa waktu ini sudah termasuk larut malam untuk bertamu tetapi hatinya merasakan bahwa Dylan tidak mungkin datang selarut ini jika tidak ada hal yang terjadi.“Tidak kok. Ayo masuk

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 39 : Battle

    “Papa memilih membuang anak kandung sendiri demi anak yang bahkan baru papa temui sekali saja.”Suara Mira bergetar mengatakan hal itu. Rasanya sangat sakit untuk mengungkapkan semua perasaanya saat ini. Hatinya sangat kalut. Emosi yang dia pendam benar-benar seperti akan meledak.“Papa tidak ingin membahas ini lagi, lebih-““Karna wanita itu keluarga kita hancur! Hancur!”Mira berteriak histeris tanpa memperdulikan keaadan sekitarnya. Dia tidak peduli jika seluruh orang dikantor ini mendengar teriakannya. Dia hanya ingin meluapkan semuanya sekarang.“Mira kau sudah berlebihan. Ini tidak ada hubunganya dengan mereka!”“Papa masih saja membela mereka? Papa kira aku masih anak kecil yang dapat papa bodohi, hah?!”“Mira, diam!”Laki-laki itu sudah bangkit dari tempat duduknya dan mukanya merah padam. Tampak jelas jika dia marah besar. Tetapi hal itu tidak membuat Mira gentar sedikitpun.“Apa yang tidak papa berikan untuk semua kemauan dan kesenanganmu? Kau bisa bersenang-senang dan hidup

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 38 : Hasil Yang Sesuai

    Gemuruh suara tepuk tangan langsung mengisi ruangan rapat ketika Kiara selesai memaparkan presentasinya. Terlihat Pak Wahyu begitu bangga dengan apa yang telah Kiara sampaikan barusan.Kiara merasakan seluruh beban yang ia pikul tadi terasa sedikit berkurang. Jantungnya luar biasa deg-degan karna ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apapun untuk meeting kali ini. Kiara sudah terbiasa tampil seperti ini tetapi untuk kali ini suasananya terasa sangat berbeda.“Well done, Kiara.”Pak Wahyu menepuk pundah Kiara dengan bangga ketika Kiara dipersilahkan untuk duduk disampingnya.“Saya tadi sempat kagum beberapa saat, Kiara menampilkan semua yang menjadi pertanyaan saya.”Perkataan Radeva membuat Kiara merasa sedikit terpuji. Bagaimana tidak, Radeva lah penentu keberhasilan meeting kali ini.“Dengan adanya meeting ini saya kembali yakin bahwa SkyLine memang layak diikutsertakan pada investasi kali ini. Selamat Kiara, kau berhasil meyakinkanku.”Kiara terdiam mematung sesaat. Perkataan Ra

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 37 : Cemburu?

    Dylan melirik Kiara yang sedari tadi masih sibuk dengan tab di depannya. Dylan tahu bahwa Kiara sedang berjuang penuh untuk investasi kali ini. Dan dia ingin berperan penting untuk menolong Kiara walau Dylan tahu bahwa ini akan berkonsekuensi tinggi untuknya. Tetapi Dylan mencoba menepis perasaan itu sekrang karna Kiara lah prioritasnya saat ini.“Ini menunya pak.” Seorang waiters menyerahkan sebuah tabel menu dan meninggalkan Dylan dan Kiara untuk memilih terlebih dahulu.Dylan yang melihat Kiara masih berkutat dengan tabnya, memilih untuk langsung memilihkan menu makan malam mereka kali ini. Rasanya akan sangat mengganggu konsentrasi Kiara jika harus menanyakan tentang hal apa yang akan dipesan.Dylan memanggil waiters itu kembali untuk mencatatkan apa saja yang akan mereka pesan untuk kali ini.“Akhirnya! Done.” teriak Kiara senang.“Hebat sekali pacarku.”Dylan mengacak rambut Kiara gemes dan sukses membuat pipi Kiara kembali merona. Tindakan kecil Dylan sungguh mampu selalu memb

  • Menaklukkan Hati Sang CEO Jutek   Bab 36 : My Dear Dylan

    Kiara mencatat point-point penting dari Pak Wahyu yang akan mereka sampaikan nanti saat meeting dengan Radeva.Radeva telah mengundang Pak Wahyu dan Kiara untuk berbicara lebih lanjut tentang impact apa yang akan perusahan SkyLine berikan jika ikut andil kedalam investasi kali ini.“Talent yang kita telah siapkan sudah sejauh mana perkembangannya?”“Mereka telah memasuki tahap final untuk uji hasil Pak Wahyu, semoga hasil yang didapatkan akan sesuai ekspektasi kita.”“Semoga saja, karna ini adalah penentu keberhasilan kita untuk membujuk PT Admire bekerja sama.”“Noted Pak. Akan saya follow up terus dan beritau perkembangannya ke bapak.”“Terima kasih banyak Kiara untuk tidak menyerah.”“Sama-sama Pak, terima kasih juga untuk selalu mempercayai saya.”Kiara merasa sangat lega karna Pak Wahyu sudah memberikan respon yang positif atas kinerjanya kemarin. Kiara sempat merasa sangat bersalah karna hampir saja gagal dan mengecewakan beliau.****“Ratih tolong saya untuk memberikan hasil ev

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status