“Aku belum melihat hasil research ditempat ini di file yang kau berikan padaku kemarin.”
Kami tiba di daerah pasar tradisional kisaran Jalan Surabaya di daerah Menteng.Memang betul Pak Rahman belum mencantumkan tempat ini sebagai salah satu samplingnya.Dylan selalu saja mendahuluinya dalam hal sepele yang dia lewatkan.“Aku masih melihat sedikit sekali kerajinan seni dan barang antik dijual secara online di berbagai platform daring.” jelas DylanKagum. Dylan memang selalu dapat membuat Kiara terkesan.“Ayok.” ajaknya dengan semangatKiara hanya mengekor di belakang Dylan yang terus berjalan didepannya.Sepanjang jalan kami disuguhkan berbagai macam pemandangan menyejukkan mata. Bagaiman tidak barang-barang antik ini berjejer sepanjang jalan dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing.“Mau coba masuk?” tawar Dylan.Kiara berajalan masuk ke salah satu kios yang ramai dikerumbuni orang.Banyak sekali barang-barang unik disini. Kiara sesekali memegang dan mengamati dengan seksama barang-barang disekitarnya. Matanya tertarik dengan sebuah kalung berbentuk bulan sabit yang tergantung didekat meja hias.“Bagus ya?”Kiara melihat Dylan juga memperhatikan hal yang sama.“Itu merupakan kalung jodoh.”Seorang pria paruh baya mendekati mereka sambil tersenyum.“Ambil saja nak, langsung pakaikan kepada pacarmu ini.” dia melirik Kiara.Kiara dengan cepat menggelengkan kepala dan membuat Dylan tertawa.“Jika benar digunakan apakah akan berjodoh, Pak?” goda Dylan membuat Kiara tercengang dengan perkataan yang ia katakan“Tentu saja. Terikat satu sama lain.”Pria itu mengambil kalung berbentuk bulan itu dan segera membuka sisi lainnya sehingga membuat sisi kalung yang tadi hanya berbentuk setengah lingkaran menjadi utuh berbentuk lingkaran sempurna.“Ambillah. Aku berikan secara gratis.” dia tersenyum“Aku melihat garis jodoh diantara kalian berdua.”Dia mendekat kearah Dylan.“Nak, jika memang jalannya setelah ini sulit untuk kalian berdua. Ingat pesanku ini, jika memang kau sanggup melepaskan maka lepaskanlah. Tapi jika kau rasa tidak sanggup maka perjuangkanlah.”JLEBKiara merasakan sisi dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin bapak ini mengatakan hal ini didepan mereka berdua?Bagaimana bisa dia seakan tau apa yang akan terjadi kedepannya.“Terima kasih Pak, akan aku ingat pesan bapak ini.” jawab Dylan sambil mengambil kalung yang tadi ia genggam terus.******Kiara terus diam sepanjang perjalanan kembalinya mereka dari pasar antik tadi.Dylan juga tidak membuka suara sama sekali. Keheningan menyelimuti mereka berdua.Kiara sibuk berperang dengan pikiran dan hatinya sendiri. Situasi sekarang benar-benar membuat seluruh indranya terasa lumpuh.Dylan adalah orang yang paling ia hindari bahkan sampai saat ini.Tapi kenapa takdir mempertemukan mereka lagi?Dia saat dia bahkan belum siap untuk semua ini.Kiara meremas ujung bajunya dengan kedua tangannya. Ia benar-benar sangat gelisah.“Tidak usaha terlalu dipikirkan apa yang dikatakan bapak tadi.”Suara Dylan memecah keheningan diantara mereka berdua.Kiara menatap Dylan marah.“Aku? Memang apa yang harus diharapakan dari kata-kata tadi? Bahwa kita akan berjodoh?”Suara Kiara meninggi menatap Dylan.Dylan terkejut melihat respon Kiara. Ia tau bahwa wanita disebelahnya ini tadi tidak nyaman akan keadaan ini dan ia berusaha mencairkan suasana diantara mereka berdua tetapi kenapa Kiara malah balik memarahinya.“Aku tidak bermaksud begitu. Jika memang kau sangat tidak nyaman berada disisiku aku tidak akan muncul lagi di hadapanmu.” jawab Dylan sambil langsung membalikkan pandangannya dari Kiara dan menatap lurus kembali kearah jalanan.Kiara hanya diam saja. Dia menundukkan pandangannya tidak ingin menatap Dylan lebih lama.Ia menahan keras airmatanya agar tidak jatuh. Hatinya terasa sakit sekali mendengar perkataan Dylan barusan.Ia merindukan sosok itu. Sangat amat merindukan bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Ia sangat ingin memeluk Dylan. Menghirup kembali aroma laki-laki yang sangat ia cintai itu.Tapi apakah mungkin?Kiara tidak berhak untuk itu.Sekarang takdir mempertemukan mereka kembali dengan rasa sakit yang belum sembuh.Kiara tidak tahan lagi, ia menangis dalam diam.*****Dylan menghelas nafas panjang. Dia melepaskan kacamatanya dan menyenderkan kepalanya yang terasa berat sedaritadi.Ia kembali teringat bahwa Kiara menangis. Bukan ia tidak dengar bahwa wanita cantik tadi menangis di dalam mobil.Kiara Putri Maharani.Cinta pertama-dan kekasih pertamanya.Kenangan Dylan kembali kemasa mereka kuliah dulu. Dimana masa itu merupakan moment terindahnya bersama Kiara.Wanita cantik itu selalu menjadi primadona dikampusnya. Pintar, aktif dan cantik. Paket lengkap untuk seorang wanita. Bagaimana mungkin Dylan tidak jatuh hati kepada Kiara.Mereka berpacaran 2 tahun. Bukan waktu yang singkat untuk saling mengenal.Tetapi diakhir masa kuliahnya disaat dia paling membutuhkan sosok Kiara, wanita itu malah pergi meninggalkan Dylan dan memutuskan semua kontak mereka untuk bisa saling berhubungan lagi.Terkejut. Tentu saja Dylan terkejut dan tidak terima. Ia ditinggalkan begitu saja.Disaat terakhir sebelum Dylan meninggalkan Indonesia untuk berangkat ke Inggris, Kiara menghampiri Dylan ke bandara.Betapa ia sangat ingin memeluk gadis itu dan mengatakan bahwa Dylan sangat merindukannya. Tetapi langkah itu terhenti karna Kiara kembali bukan untuk bersamanya melainkan untuk mengucapkan selamat tinggal.Hubungan mereka benar-benar berakhir.Gadis itu menatap Dylan dengan mata yang berkaca-kaca. Jelas sekali ia menahan tangisnya.“Aku. Pamit ya.” kata itu keluar dari mulut Kiara dengan pelanDylan hanya menatapnya bingung.“Kau meninggalkan aku tanpa kejelasan dan pergi begitu saja. Tapi yang kau bisa katakan hanya ini?”“Disaat terakhir aku mungkin bisa melihatmu.” jawab Dylan lirihDia benar-benar kecewa. Kiara datang bukan untuknya.“Dylan. Terima kasih telah mengajarkan aku tentang apa itu cinta dan kasih sayang. Kau adalah orang pertama yang telah membuka hatiku dan juga orang pertama yang langsung menutupnya.”Dylan diam. Ia tidak mengerti maksud pembicaraan Kiara.“Bukankah kau yang meninggalkan aku? Kenapa disini seperti aku yang membuat luka untukmu?”“Aku yang butuh penjelasan disini, Kiara.” tekan DylanTetapi wanita itu malah menatapnya sangsi.“Bukankah ini yang kau mau?”Dylan terkejut. Apa maksud perkataannya.“Kehendakku? Apa maksudmu? Jelas-jelas aku yang kau tinggalkan tanpa ada satu kata penjelasan apapun. Dan sekarang kau malah balik menyalahkan aku?”Kiara menatap Dylan sinis membuat Dylan semakin bingung.“Bukankah aku hanya barang taruhan untukmu?”JLEBPerkataan Kiara seakan menampar Dylan keras. Bagaimana mungkin Kiara mengatakan hal ini.“Tapi—“ suara Dylan tercekat“Aku tahu semuanya Dylan. Aku hanyalah taruhanmu dengan teman-temanmu.”“Bukankah menyenangkan mempermainkan aku?”Dylan terdiam. Ia benar-benar bingung harus menyusun kata apa yang tepat untuk Kiara.Bukan. Bukan seperti ini.“Tidak Kiara, aku mohon percaya padaku kali ini. Aku mohon.”Dylan memegang tangan kiara berusaha untuk menjelaskan semuanya. Bahwa ini tidak benar“Kepercayaan yang aku berikan padamu telah kau hancurkan sendiri. Bagaimana bisa aku memungut pecahan itu kembali?”Kiara melepaskan tangan Dylan dan berjalan menjauh meninggalkan Dylan yang terpaku diam.Ia kehilangan cintanya karna kebodohannya sendiri.“Hah.” Dylan tersentak kealam sadarnya kembali. Setelah mengingat hal yang paling menyakitkan untuknya.Penyelasan terbesar Dylan adalah bahwa dia tidak berupaya untuk menahan Kiara.Dia tidak mempertahankan wanitanya.Dylan terlalu shock mendengar hal yang Kiara sampaikan hingga membuat saraf dan indranya tidak berfungsi.Kiara melangkahkah kakinya cepat menelurusi lorong rumah sakit yang memang cukup padat malam ini.Nafasnya terengah-engah karna langkah kakinya yang kian cepat.Dia menuju ruangan IGD dan mengecek satu persatu bed diruangan IGD.“Kalisha!” teriaknya legaKalisha memangdang Kiara heran. Dia tidak memberitahu temannya kalau ia ada disini.“Bagaimana bisa kau tau aku ada disini?”“Bagian mana yang terluka?” Kiara balik bertanya kepada Kalisha khawatir.“Tenang Kiara, aku tidak apa-apa. Lenganku hanya sedikit tergores dengan pecahan kaca ini.”“Sedikit katamu?” Kiara mendelik mendengar jawaban Kalisha.“Ini sudah yang kedua kalinya Kevin melakukan hal ini. Ini sudah tindak kekerasan kau tau?”Kalisha hanya tersenyum memandang Kiara yang terus menatapnya marah.“Ayo duduk disini dulu. Aku ceritakan dengan jelas ya?”“Kevin hanya diluar kendalinya saja dan tidak sengaja terdorong aku yang berdiri membelakangi meja kaca ini sehingga badanku membentur meja ini. Ini hanya luka lecet sedikit. T
Kiara terus saja bolak balik diarea parkiran dan seakan enggan melangkahkan kakinya untuk melangkah lebih maju.Ia bingung sekali dengan keadaan hatinya tetapi ia tau bahwa pekerjaan adalah prioritas utamanya. Maka dengan langkah yang berat ia langkahkan kakinya keluar area parkiran menuju halaman depan gedung bertingkat di depannya.“Kau pasti bisa Kiara. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Bukankah semua orang pernah menangis?” kekehnya berusaha menguatkan hati dan mentalnya. Ucapan yang ia berikan untuk menghibur dirinya sendiri.Ia masuk ke dalam lift dan memencet no paling akhir yang menandakan letak ruangan yang paling atas.Berkali-kali ia menghela nafasnya. Ia benar-benar gelisah.Ting~~Pintu lift terbuka. Kiara memantapkan langkahnya menuju meja diseberang sana.“Apakah ada yang bisa saya bantu,bu?” tanya seorang wanita itu dengan ramah tanpa tau Kiara gugup luar biasa.“Saya ingin bertemu dengan Pak Dylan. Apakah beliau ada di ruangan sekarang?” tanya Kiara memastikan.“Sebe
Kiara mereganggang kedua kakinya yang pegal akibat sudah berjalan lumayan jauh. Ia dan Dylan sudah mengunjungi beberapa toko untuk keperluan tambahan sampling mereka.Udara lumayan terik siang ini. Kiara memilih duduk disekitaran taman dekat sini karna kakinya serasa tidak mampu untuk berjalan lebih jauh lagi.Dylan benar-benar membuatnya susah. Mereka pergi tanpa prepared apapun. Tau seperti ini tidak mungkin ia akan menggunakan heels pada hari ini.“Ini. Minum dulu.”Terulur tangan Dylan dengan sekotak minuman jus berwarna merah.“Jus apel, bukankkah kau suka apel?”Kiara tersentak. Dylan masih ingat hal tentang ini. Bahkan buah kesukaannya pun ia masih ingat.Kiara melihat sedikit peluh keringat di dahi mulus Dylan. Dan laki-laki itu sedikit ngos-ngosan seperti sedang mengatur nafasnya.Apakah lelaki ini pergi tadi untuk mencari minuman ini?Apakah mungkin dia sepeduli itu untuk Kiara?“Terima kasih.” jawab Kiara sembari mengambil minuman jus yang Dylan tawarkan.“Tunggu sebentar ya
Dylan melihat Kiara terus menatap sepatu itu dengan tatapan yang sulit ia artikan.Ia menggoyang-goyangkan kakinya seakan menguji apakah sepatu ini benar-benar sesuai untuk ukuran mungil kakinya.Benar-benar seperti anak kecil. Dylan tersenyum tanpa sadar. Ia begitu senang memperhatikan apapun yang Kiara lakukan.Hal itu sudah menjadi kebiasaan rutinnya.“Bagiamana suka tidak?” tanya Dylan memastikan.Kiara mengangguk dengan antusias. Rambut bergelombangnya ikut bergerak seirama dengan anggukan kepalanya.Astaga imut sekali, batin Dylan.Ia benar-benar menahan seluruh indra tubuhnya agar tidak langsung memeluk gadis itu. Betapa rasa rindunya seakan meluap keluar.Dylan senang Kiara sudah tidak terlalu mengacuhkannya. Walau Dylan tidak yakin ini akan bertahan lama.Terlihat jelas Kiara membuat batasan diantara mereka. Tetapi hal ini wajar wanita itu lakukan mengingat bagaimana berakhirnya hubungan mereka.Tanpa sadar ada tangan yang menarik-narik ujung jas yang Dylan kenakan yang membu
“Astaga serius? Dylan membelikanmu bunga?” teriak Kalisha antusias.Kiara menatap sahabatnya itu sembari sedikit memijit sekitar pergelangan kakinya. Hari ini benar-benar melelahkan baginya.“Lebih baik kau bantu pijitkan kakiku ini, Kalisha. Rasanya seperti mau patah.” keluh Kiara.“Oh ini ya sepatu dari Dylan?” tanya Kalisha menggoda dengan menjinjing sepatu sepatu flat berwarna hitam.“Bahkan ukurannya tepat loh Kiara. Bagaimana bisa dia masih mengingat ukuran kakimu?”Kiara mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Tapi hal itu juga yang terus ia pikirkan sedari tadi.Setiap tingkah laku Dylan hari ini benar-benar memberikan pandangan berbeda Kiara padanya.Hampir seharian ini mereka terus bersama.“Bagaimana kalau memang Dylan masih berharap kalian bisa kembali?” “Mana mungkin Kalisha, kau ini lucu sekali.” jawab Kiara cepat.Suatu hal yang mustahil baginya. Bagaimana mungkin?“Aku tidak mungkin langsung terbuai hanya karna perlakukan kecilnya ini, Kalisha.”“Kau ingat bukan dia dulu
Dring~~~~Terdengar bunyi ponsel Dylan berdering kencang memecah keheningan diruangannya. Sekilas Dylan melihat no asing yang tertera di layar handphone.Awalnya Dylan ragu untuk mengangkat tetapi handphone itu berdering terus dan sedikit mengusiknya.“Halo.” sapa Dylan ragu.Tak lama terdengar suara wanita yang ia hafal betul.Kiara, batinnya.“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”Dylan terdiam sejenak. Dylan agak tersentak kaget mendengar wanita ini mengatakan hal itu. Jika mengingat bagaimana acuhnya Kiara terhadap Dylan.Terasa sangat aneh Kiara bahkan menelfonnya lebih dulu dan mengajak bertemu.Kiara bearti menyimpan info kontaknya. Terbesit sedikit rasa senang di hati Dylan.“Sekarang? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Dylan langsung.“Hmm, aku ingin membicarakan mengenai hasil kunjungan kita kemarin.” sambung Kiara lagi.Oh masalah pekerjaan. Dylan merasakan dirinya sedikit kecewa.Lagian memang apa yang Dylan harapkan? Kiara dan ia memang sebatas partner kerja.“Oh harus sekarang
“Apakah kau ingin pergi bersamaku sabtu nanti?”Perkataan Kiara membuat tubuh Dylan membeku. Dylan terkejut dengan perkataan wanita itu.DEGApa yang membuat Kiara bisa tiba-tiba saja ingin mereka pergi berdua? Terlebih di hari weekend, bukan masalah pekerjaan pastinya. Ini lebih terkesan seperti kencan.Namun tiba-tiba saja handphone Dylan berdering keras menandakan panggilan masuk. Dylan mengeceknya dan melihat nama Mira tertera di layar handphonenya.“Halo, Mira.”Dylan melihat ekspresi Kiara yang terkejut ketika Dylan mengatakan nama itu tetapi dia cepat-cepat menutupi keterkejutannya dan bersikap seperti biasa saja. Tetapi Dylan tau, Kiara dan Mira memang rival sejak dulu.“Baiklah, nanti aku kabari.” jawab Dylan menutup pembicaaran ia dan Mira.“Mira ya tadi? Kenapa dia menelfon?”Kiara langsung mencerca Dylan dengan cepat. Terlihat sekali Kiara sangat ingin tahu pembicaraan mereka tadi. Tapi untuk apa?“Dia mengajakku ke acara launching investasi sabtu nanti-““Oh Mira juga d
“Satu kosong. Senang sekali melihatmu kalah lagi.”Kiara meninggalkan Mira yang terdiam memandang Kiara marah.Kiara tersenyum puas melihat ekpresi itu. Karna hal inilah yang memang dia ingingkan.Terbesit rasa senang luar biasa jika dia bisa mengalahkan Mira dengan mudah.“Kau tidak papa jika aku tinggal? Aku harus presentasi sebentar lagi.” Kiara mengangguk mendengar perkataan Dylan. Rasanya ia bukan anak kecil yang harus dipantau oleh Dylan setiap saat.“Good Luck.” Kiara coba menyemangati Dylan. Dan dibalas dengan Dylan dengan mengelus kepala Kiara lembut.“Terima kasih.” jawab Dylan sambil tersenyum.DEGHati Kiara berdetak kembali. Perlakuan kecil Dylan membuat Kiara hati Kiara kembali bergetar.Kiara memandang laki-laki itu berjalan kedepan dan memaparkan materi yang telah ia siapkan sedari tadi.Dylan terlihat begitu bersinar malam ini. Laki-laki berkacamata itu terlihat berkali-kali lipat meningkat ketampanannya, countur wajah tegas, hidung mancung, alis yang terukir sempur