Share

Bab 4 : Ragu

“Aku belum melihat hasil research ditempat ini di file yang kau berikan padaku kemarin.”

Kami tiba di daerah pasar tradisional kisaran Jalan Surabaya di daerah Menteng.

Memang betul Pak Rahman belum mencantumkan tempat ini sebagai salah satu samplingnya.

Dylan selalu saja mendahuluinya dalam hal sepele yang dia lewatkan.

“Aku masih melihat sedikit sekali kerajinan seni dan barang antik dijual secara online di berbagai platform daring.” jelas Dylan

Kagum. Dylan memang selalu dapat membuat Kiara terkesan.

“Ayok.” ajaknya dengan semangat

Kiara hanya mengekor di belakang Dylan yang terus berjalan didepannya.

Sepanjang jalan kami disuguhkan berbagai macam pemandangan menyejukkan mata. Bagaiman tidak barang-barang antik ini berjejer sepanjang jalan dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing.

“Mau coba masuk?” tawar Dylan.

Kiara berajalan masuk ke salah satu kios yang ramai dikerumbuni orang.

Banyak sekali barang-barang unik disini. Kiara sesekali memegang dan mengamati dengan seksama barang-barang disekitarnya. Matanya tertarik dengan sebuah kalung berbentuk bulan sabit yang tergantung didekat meja hias.

“Bagus ya?”

Kiara melihat Dylan juga memperhatikan hal yang sama.

“Itu merupakan kalung jodoh.”

Seorang pria paruh baya mendekati mereka sambil tersenyum.

“Ambil saja nak, langsung pakaikan kepada pacarmu ini.” dia melirik Kiara.

Kiara dengan cepat menggelengkan kepala dan membuat Dylan tertawa.

“Jika benar digunakan apakah akan berjodoh, Pak?” goda Dylan membuat Kiara tercengang dengan perkataan yang ia katakan

“Tentu saja. Terikat satu sama lain.”

Pria itu mengambil kalung berbentuk bulan itu dan segera membuka sisi lainnya sehingga membuat sisi kalung yang tadi hanya berbentuk setengah lingkaran menjadi utuh berbentuk lingkaran sempurna.

“Ambillah. Aku berikan secara gratis.” dia tersenyum

“Aku melihat garis jodoh diantara kalian berdua.”

Dia mendekat kearah Dylan.

“Nak, jika memang jalannya setelah ini sulit untuk kalian berdua. Ingat pesanku ini, jika memang kau sanggup melepaskan maka lepaskanlah. Tapi jika kau rasa tidak sanggup maka perjuangkanlah.”

JLEB

Kiara merasakan sisi dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin bapak ini mengatakan hal ini didepan mereka berdua?

Bagaimana bisa dia seakan tau apa yang akan terjadi kedepannya.

“Terima kasih Pak, akan aku ingat pesan bapak ini.” jawab Dylan sambil mengambil kalung yang tadi ia genggam terus.

******

Kiara terus diam sepanjang perjalanan kembalinya mereka dari pasar antik tadi.

Dylan juga tidak membuka suara sama sekali. Keheningan menyelimuti mereka berdua.

Kiara sibuk berperang dengan pikiran dan hatinya sendiri. Situasi sekarang benar-benar membuat seluruh indranya terasa lumpuh.

Dylan adalah orang yang paling ia hindari bahkan sampai saat ini.

Tapi kenapa takdir mempertemukan mereka lagi?

Dia saat dia bahkan belum siap untuk semua ini.

Kiara meremas ujung bajunya dengan kedua tangannya. Ia benar-benar sangat gelisah.

“Tidak usaha terlalu dipikirkan apa yang dikatakan bapak tadi.”

Suara Dylan memecah keheningan diantara mereka berdua.

Kiara menatap Dylan marah.

“Aku? Memang apa yang harus diharapakan dari kata-kata tadi? Bahwa kita akan berjodoh?”

Suara Kiara meninggi menatap Dylan.

Dylan terkejut melihat respon Kiara. Ia tau bahwa wanita disebelahnya ini tadi tidak nyaman akan keadaan ini dan ia berusaha mencairkan suasana diantara mereka berdua tetapi kenapa Kiara malah balik memarahinya.

“Aku tidak bermaksud begitu. Jika memang kau sangat tidak nyaman berada disisiku aku tidak akan muncul lagi di hadapanmu.” jawab Dylan sambil langsung membalikkan pandangannya dari Kiara dan menatap lurus kembali kearah jalanan.

Kiara hanya diam saja. Dia menundukkan pandangannya tidak ingin menatap Dylan lebih lama.

Ia menahan keras airmatanya agar tidak jatuh. Hatinya terasa sakit sekali mendengar perkataan Dylan barusan.

Ia merindukan sosok itu. Sangat amat merindukan bahkan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Ia sangat ingin memeluk Dylan. Menghirup kembali aroma laki-laki yang sangat ia cintai itu.

Tapi apakah mungkin?

Kiara tidak berhak untuk itu.

Sekarang takdir mempertemukan mereka kembali dengan rasa sakit yang belum sembuh.

Kiara tidak tahan lagi, ia menangis dalam diam.

*****

Dylan menghelas nafas panjang. Dia melepaskan kacamatanya dan menyenderkan kepalanya yang terasa berat sedaritadi.

Ia kembali teringat bahwa Kiara menangis. Bukan ia tidak dengar bahwa wanita cantik tadi menangis di dalam mobil.

Kiara Putri Maharani.

Cinta pertama-dan kekasih pertamanya.

Kenangan Dylan kembali kemasa mereka kuliah dulu. Dimana masa itu merupakan moment terindahnya bersama Kiara.

Wanita cantik itu selalu menjadi primadona dikampusnya. Pintar, aktif dan cantik. Paket lengkap untuk seorang wanita. Bagaimana mungkin Dylan tidak jatuh hati kepada Kiara.

Mereka berpacaran 2 tahun. Bukan waktu yang singkat untuk saling mengenal.

Tetapi diakhir masa kuliahnya disaat dia paling membutuhkan sosok Kiara, wanita itu malah pergi meninggalkan Dylan dan memutuskan semua kontak mereka untuk bisa saling berhubungan lagi.

Terkejut. Tentu saja Dylan terkejut dan tidak terima. Ia ditinggalkan begitu saja.

Disaat terakhir sebelum Dylan meninggalkan Indonesia untuk berangkat ke Inggris, Kiara menghampiri Dylan ke bandara.

Betapa ia sangat ingin memeluk gadis itu dan mengatakan bahwa Dylan sangat merindukannya. Tetapi langkah itu terhenti karna Kiara kembali bukan untuk bersamanya melainkan untuk mengucapkan selamat tinggal.

Hubungan mereka benar-benar berakhir.

Gadis itu menatap Dylan dengan mata yang berkaca-kaca. Jelas sekali ia menahan tangisnya.

“Aku. Pamit ya.” kata itu keluar dari mulut Kiara dengan pelan

Dylan hanya menatapnya bingung.

“Kau meninggalkan aku tanpa kejelasan dan pergi begitu saja. Tapi yang kau bisa katakan hanya ini?”

“Disaat terakhir aku mungkin bisa melihatmu.” jawab Dylan lirih

Dia benar-benar kecewa. Kiara datang bukan untuknya.

“Dylan. Terima kasih telah mengajarkan aku tentang apa itu cinta dan kasih sayang. Kau adalah orang pertama yang telah membuka hatiku dan juga orang pertama yang langsung menutupnya.”

Dylan diam. Ia tidak mengerti maksud pembicaraan Kiara.

“Bukankah kau yang meninggalkan aku? Kenapa disini seperti aku yang membuat luka untukmu?”

“Aku yang butuh penjelasan disini, Kiara.” tekan Dylan

Tetapi wanita itu malah menatapnya sangsi.

“Bukankah ini yang kau mau?”

Dylan terkejut. Apa maksud perkataannya.

“Kehendakku? Apa maksudmu? Jelas-jelas aku yang kau tinggalkan tanpa ada satu kata penjelasan apapun. Dan sekarang kau malah balik menyalahkan aku?”

Kiara menatap Dylan sinis membuat Dylan semakin bingung.

“Bukankah aku hanya barang taruhan untukmu?”

JLEB

Perkataan Kiara seakan menampar Dylan keras. Bagaimana mungkin Kiara mengatakan hal ini.

“Tapi—“ suara Dylan tercekat

“Aku tahu semuanya Dylan. Aku hanyalah taruhanmu dengan teman-temanmu.”

“Bukankah menyenangkan mempermainkan aku?”

Dylan terdiam. Ia benar-benar bingung harus menyusun kata apa yang tepat untuk Kiara.

Bukan. Bukan seperti ini.

“Tidak Kiara, aku mohon percaya padaku kali ini. Aku mohon.”

Dylan memegang tangan kiara berusaha untuk menjelaskan semuanya. Bahwa ini tidak benar

“Kepercayaan yang aku berikan padamu telah kau hancurkan sendiri. Bagaimana bisa aku memungut pecahan itu kembali?”

Kiara melepaskan tangan Dylan dan berjalan menjauh meninggalkan Dylan yang terpaku diam.

Ia kehilangan cintanya karna kebodohannya sendiri.

“Hah.” Dylan tersentak kealam sadarnya kembali. Setelah mengingat hal yang paling menyakitkan untuknya.

Penyelasan terbesar Dylan adalah bahwa dia tidak berupaya untuk menahan Kiara.

Dia tidak mempertahankan wanitanya.

Dylan terlalu shock mendengar hal yang Kiara sampaikan hingga membuat saraf dan indranya tidak berfungsi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status