Share

Bab 9 : Rival

“Astaga serius? Dylan membelikanmu bunga?” teriak Kalisha antusias.

Kiara menatap sahabatnya itu sembari sedikit memijit sekitar pergelangan kakinya. Hari ini benar-benar melelahkan baginya.

“Lebih baik kau bantu pijitkan kakiku ini, Kalisha. Rasanya seperti mau patah.” keluh Kiara.

“Oh ini ya sepatu dari Dylan?” tanya Kalisha menggoda dengan menjinjing sepatu sepatu flat berwarna hitam.

“Bahkan ukurannya tepat loh Kiara. Bagaimana bisa dia masih mengingat ukuran kakimu?”

Kiara mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Tapi hal itu juga yang terus ia pikirkan sedari tadi.

Setiap tingkah laku Dylan hari ini benar-benar memberikan pandangan berbeda Kiara padanya.

Hampir seharian ini mereka terus bersama.

“Bagaimana kalau memang Dylan masih berharap kalian bisa kembali?”

“Mana mungkin Kalisha, kau ini lucu sekali.” jawab Kiara cepat.

Suatu hal yang mustahil baginya. Bagaimana mungkin?

“Aku tidak mungkin langsung terbuai hanya karna perlakukan kecilnya ini, Kalisha.”

“Kau ingat bukan dia dulu juga memperlakukan aku sebaik ini tetapi akhirnya aku sendiri yang terluka.” lirih Kiara pelan.

Ia tidak selemah itu dan tidak boleh selemah ini untuk menghadapi Dylan.

Kiara harus tau bahwa kenyataannya mereka tidak mungkin bisa bersama.

Sudah cukup rasanya Kiara terluka dulu, sekarang tidak akan sama lagi.

****

Kiara membuka tumpukan berkas didepannya yang telah menunggu untuk ia periksa secara bergilir.

Pak Rahman tadi telah menitipkan beberapa berkas yang perlu Kiara tanda tangani dan berikan review.

Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk dan Ratih muncul dari balik pintu itu.

“Permisi bu maaf mengganggu, tetapi ada tamu yang bersikeras ingin bertemu Ibu sedari tadi.”

Kiara mengerutkan dahinya, ia tidak ada janji untuk bertemu siapapun pagi ini dan siapa tamu tanpa diundang itu dan terlebih memaksa bertemu.

“Siapa memangnya Ratih? Aku tidak ada janji pagi ini bukan?” tanya Kiara memastikan lagi.

“Tidak ada bu, saya sudah mencegahnya dan mengatakan harus membuat appointment terlebih dahulu tapi dia tetap kekeh ingin bertemu ibu. Dia mengatakan namanya Mira.”

DEG.

Kiara terkejut. Mira? Jangan sampe sosok yang ia pikirkan sekarang memang benar wanita itu.

“Baiklah suruh saja dia masuk.”

Ratih mengangguk dan perlahan membuka pintu ruangan Kiara, terlihat perlahan sosok wanita langsing dengan rambut panjang bergelombang masuk kedalam ruangan.

Masih sama dengan tatapan sombongnya, Mira-wanita itu memandang Kiara angkuh.

“Sudah lama sekali kita tidak bertemu bukan?” sapa Mira basa-basi.

Kiara beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Mira, ia menyandarkan tubuhnya ke meja dengan tangan yang ia lipat di depan dadanya.

Kiara memandang Mira dengan tatapan malasnya. Sama sekali tidak ada selera menanggapi basa-basi Mira sama sekali.

Mira yang tau ia disambut dengan tidak hangat hanya tersenyum sinis menatap Kiara.

“Kau pasti senang bisa bekerja sama dengan Dylan lagi.”

DEG

Kiara berusaha menutupi keterkejutannya. Mira bahkan sudah mengetahui tentang hal ini. Benar-benar semua hal tentang Dylan sepertinya ia ketahui semua.

“Kau pasti lebih tahu jawabannya.” jawab Kiara tegas.

“Jangan terlalu senang Kiara, Dylan kembali bukan untukmu.”

Kiara yang sadar bahwa Mira sudah melewati batasnya mulai gerah dengan tingkah wanita ini.

Ia berjalan dekat dan memandang wajah Mira dengan seksama.

“Dan asal kau tau saja, ia kembali untuk mengejarku lagi.” tantang Kiara.

Mira melotot marah mendengar perkataan Kiara, dan Kiara tahu itu.

“Kau, tidak akan pernah memiliki kesempatan bahkan untuk dekat dengannya. Akan aku pastikan hal itu.” tunjuk Kiara tepat di depan Mira.

“Hah. Percaya diri sekali nona Kiara ini.” ledek Mira

“Apa kau tidak ingat jika kau hanya dijadikan barang taruhan?”

Perkataan Mira membuat Kiara geram. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan semua emosi yang ada di dalam dirinya.

Wanita ini tidak pernah sekalipun membuat Kiara merasa senang akan kehadirannya.

Rival sejati Kiara bahkan dari jaman kuliah. Terlebih dia lah yang terus mengusik hubungan ia dan Dylan.

“Kau tau apa Mira? Akan aku buat kau menyesal mengatakan hal itu.”

“Jangan naif Kiara, Dylan masih menganggapmu sama. Hanya mainannya saja. Sadarlah.”

Kiara benar-benar menahan kedua tangannya untuk tidak mengusir wanita didepannya ini.

Mira sialan.

Tapi ia tidak boleh tampak lemah di depan wanita licik ini. Inilah yang Mira inginkan, kehancuran Kiara.

“Hahahaha kau masih saja tidak berubah ya? Masih saja bodoh.” ledek Kiara sembari mentertawakan Mira

“Hei Nona Mira Kalista, aku sendiri yang akan memastikan padamu keberhasilan hubungan aku dan Dylan.”

“Kau nantikan saja nanti. Kau akan segera mendapat kabar berita bahagia kami.”

Mira menatap Kiara sangsi dan berjalan kearahnya.

“Hari minggu ini pukul 7 malam ada pesta launching program investasi terbaru, kita lihat saja siapa yang akan berhasil datang ke pesta itu dengan Dylan.” tantang Mira.

“Deal. Kau kira aku takut?” jawab Kiara.

“Jangan menyesal telah bertarung dengaku nona.”

“Dengan senang hati, jangan sampai kalah untuk yang kedua kalinya ya.”

Mira tersenyum sinis membalas perkataan Kiara dan berjalan keluar ruangan meninggalkan Kiara yang berkutat hebat dengan hati dan pikirannya.

Bagaimana mungkin ia dengan cepatnya menyetujui tantangan Mira.

Tetapi Kiara tidak ada pilihan lain. Ia tidak akan membiarkan Mira menerima hal yang ia mau.

Kiara mengambil handphonenya diatas meja dan segera memeriksa chat Pak Wahyu dengan saksama. Jika tidak salah Pak Wahyu ada memberikan info kontak Dylan.

Kiara memberanikan diri menelfon no Dylan walau hatinya sebenarnya sangat gugup.

“Halo, Dylan.” sapa Kiara kaku.

Terdengar jawaban suara laki-laki itu diseberang telfon.

“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status