“Astaga serius? Dylan membelikanmu bunga?” teriak Kalisha antusias.
Kiara menatap sahabatnya itu sembari sedikit memijit sekitar pergelangan kakinya. Hari ini benar-benar melelahkan baginya.“Lebih baik kau bantu pijitkan kakiku ini, Kalisha. Rasanya seperti mau patah.” keluh Kiara.“Oh ini ya sepatu dari Dylan?” tanya Kalisha menggoda dengan menjinjing sepatu sepatu flat berwarna hitam.“Bahkan ukurannya tepat loh Kiara. Bagaimana bisa dia masih mengingat ukuran kakimu?”Kiara mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Tapi hal itu juga yang terus ia pikirkan sedari tadi.Setiap tingkah laku Dylan hari ini benar-benar memberikan pandangan berbeda Kiara padanya.Hampir seharian ini mereka terus bersama.“Bagaimana kalau memang Dylan masih berharap kalian bisa kembali?”“Mana mungkin Kalisha, kau ini lucu sekali.” jawab Kiara cepat.Suatu hal yang mustahil baginya. Bagaimana mungkin?“Aku tidak mungkin langsung terbuai hanya karna perlakukan kecilnya ini, Kalisha.”“Kau ingat bukan dia dulu juga memperlakukan aku sebaik ini tetapi akhirnya aku sendiri yang terluka.” lirih Kiara pelan.Ia tidak selemah itu dan tidak boleh selemah ini untuk menghadapi Dylan.Kiara harus tau bahwa kenyataannya mereka tidak mungkin bisa bersama.Sudah cukup rasanya Kiara terluka dulu, sekarang tidak akan sama lagi.****Kiara membuka tumpukan berkas didepannya yang telah menunggu untuk ia periksa secara bergilir.Pak Rahman tadi telah menitipkan beberapa berkas yang perlu Kiara tanda tangani dan berikan review.Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk dan Ratih muncul dari balik pintu itu.“Permisi bu maaf mengganggu, tetapi ada tamu yang bersikeras ingin bertemu Ibu sedari tadi.”Kiara mengerutkan dahinya, ia tidak ada janji untuk bertemu siapapun pagi ini dan siapa tamu tanpa diundang itu dan terlebih memaksa bertemu.“Siapa memangnya Ratih? Aku tidak ada janji pagi ini bukan?” tanya Kiara memastikan lagi.“Tidak ada bu, saya sudah mencegahnya dan mengatakan harus membuat appointment terlebih dahulu tapi dia tetap kekeh ingin bertemu ibu. Dia mengatakan namanya Mira.”DEG.Kiara terkejut. Mira? Jangan sampe sosok yang ia pikirkan sekarang memang benar wanita itu.“Baiklah suruh saja dia masuk.”Ratih mengangguk dan perlahan membuka pintu ruangan Kiara, terlihat perlahan sosok wanita langsing dengan rambut panjang bergelombang masuk kedalam ruangan.Masih sama dengan tatapan sombongnya, Mira-wanita itu memandang Kiara angkuh.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu bukan?” sapa Mira basa-basi.Kiara beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Mira, ia menyandarkan tubuhnya ke meja dengan tangan yang ia lipat di depan dadanya.Kiara memandang Mira dengan tatapan malasnya. Sama sekali tidak ada selera menanggapi basa-basi Mira sama sekali.Mira yang tau ia disambut dengan tidak hangat hanya tersenyum sinis menatap Kiara.“Kau pasti senang bisa bekerja sama dengan Dylan lagi.”DEGKiara berusaha menutupi keterkejutannya. Mira bahkan sudah mengetahui tentang hal ini. Benar-benar semua hal tentang Dylan sepertinya ia ketahui semua.“Kau pasti lebih tahu jawabannya.” jawab Kiara tegas.“Jangan terlalu senang Kiara, Dylan kembali bukan untukmu.”Kiara yang sadar bahwa Mira sudah melewati batasnya mulai gerah dengan tingkah wanita ini.Ia berjalan dekat dan memandang wajah Mira dengan seksama.“Dan asal kau tau saja, ia kembali untuk mengejarku lagi.” tantang Kiara.Mira melotot marah mendengar perkataan Kiara, dan Kiara tahu itu.“Kau, tidak akan pernah memiliki kesempatan bahkan untuk dekat dengannya. Akan aku pastikan hal itu.” tunjuk Kiara tepat di depan Mira.“Hah. Percaya diri sekali nona Kiara ini.” ledek Mira“Apa kau tidak ingat jika kau hanya dijadikan barang taruhan?”Perkataan Mira membuat Kiara geram. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan semua emosi yang ada di dalam dirinya.Wanita ini tidak pernah sekalipun membuat Kiara merasa senang akan kehadirannya.Rival sejati Kiara bahkan dari jaman kuliah. Terlebih dia lah yang terus mengusik hubungan ia dan Dylan.“Kau tau apa Mira? Akan aku buat kau menyesal mengatakan hal itu.”“Jangan naif Kiara, Dylan masih menganggapmu sama. Hanya mainannya saja. Sadarlah.”Kiara benar-benar menahan kedua tangannya untuk tidak mengusir wanita didepannya ini.Mira sialan.Tapi ia tidak boleh tampak lemah di depan wanita licik ini. Inilah yang Mira inginkan, kehancuran Kiara.“Hahahaha kau masih saja tidak berubah ya? Masih saja bodoh.” ledek Kiara sembari mentertawakan Mira“Hei Nona Mira Kalista, aku sendiri yang akan memastikan padamu keberhasilan hubungan aku dan Dylan.”“Kau nantikan saja nanti. Kau akan segera mendapat kabar berita bahagia kami.”Mira menatap Kiara sangsi dan berjalan kearahnya.“Hari minggu ini pukul 7 malam ada pesta launching program investasi terbaru, kita lihat saja siapa yang akan berhasil datang ke pesta itu dengan Dylan.” tantang Mira.“Deal. Kau kira aku takut?” jawab Kiara.“Jangan menyesal telah bertarung dengaku nona.”“Dengan senang hati, jangan sampai kalah untuk yang kedua kalinya ya.”Mira tersenyum sinis membalas perkataan Kiara dan berjalan keluar ruangan meninggalkan Kiara yang berkutat hebat dengan hati dan pikirannya.Bagaimana mungkin ia dengan cepatnya menyetujui tantangan Mira.Tetapi Kiara tidak ada pilihan lain. Ia tidak akan membiarkan Mira menerima hal yang ia mau.Kiara mengambil handphonenya diatas meja dan segera memeriksa chat Pak Wahyu dengan saksama. Jika tidak salah Pak Wahyu ada memberikan info kontak Dylan.Kiara memberanikan diri menelfon no Dylan walau hatinya sebenarnya sangat gugup.“Halo, Dylan.” sapa Kiara kaku.Terdengar jawaban suara laki-laki itu diseberang telfon.“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”Dring~~~~Terdengar bunyi ponsel Dylan berdering kencang memecah keheningan diruangannya. Sekilas Dylan melihat no asing yang tertera di layar handphone.Awalnya Dylan ragu untuk mengangkat tetapi handphone itu berdering terus dan sedikit mengusiknya.“Halo.” sapa Dylan ragu.Tak lama terdengar suara wanita yang ia hafal betul.Kiara, batinnya.“Apakah kita bisa bertemu sekarang?”Dylan terdiam sejenak. Dylan agak tersentak kaget mendengar wanita ini mengatakan hal itu. Jika mengingat bagaimana acuhnya Kiara terhadap Dylan.Terasa sangat aneh Kiara bahkan menelfonnya lebih dulu dan mengajak bertemu.Kiara bearti menyimpan info kontaknya. Terbesit sedikit rasa senang di hati Dylan.“Sekarang? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Dylan langsung.“Hmm, aku ingin membicarakan mengenai hasil kunjungan kita kemarin.” sambung Kiara lagi.Oh masalah pekerjaan. Dylan merasakan dirinya sedikit kecewa.Lagian memang apa yang Dylan harapkan? Kiara dan ia memang sebatas partner kerja.“Oh harus sekarang
“Apakah kau ingin pergi bersamaku sabtu nanti?”Perkataan Kiara membuat tubuh Dylan membeku. Dylan terkejut dengan perkataan wanita itu.DEGApa yang membuat Kiara bisa tiba-tiba saja ingin mereka pergi berdua? Terlebih di hari weekend, bukan masalah pekerjaan pastinya. Ini lebih terkesan seperti kencan.Namun tiba-tiba saja handphone Dylan berdering keras menandakan panggilan masuk. Dylan mengeceknya dan melihat nama Mira tertera di layar handphonenya.“Halo, Mira.”Dylan melihat ekspresi Kiara yang terkejut ketika Dylan mengatakan nama itu tetapi dia cepat-cepat menutupi keterkejutannya dan bersikap seperti biasa saja. Tetapi Dylan tau, Kiara dan Mira memang rival sejak dulu.“Baiklah, nanti aku kabari.” jawab Dylan menutup pembicaaran ia dan Mira.“Mira ya tadi? Kenapa dia menelfon?”Kiara langsung mencerca Dylan dengan cepat. Terlihat sekali Kiara sangat ingin tahu pembicaraan mereka tadi. Tapi untuk apa?“Dia mengajakku ke acara launching investasi sabtu nanti-““Oh Mira juga d
“Satu kosong. Senang sekali melihatmu kalah lagi.”Kiara meninggalkan Mira yang terdiam memandang Kiara marah.Kiara tersenyum puas melihat ekpresi itu. Karna hal inilah yang memang dia ingingkan.Terbesit rasa senang luar biasa jika dia bisa mengalahkan Mira dengan mudah.“Kau tidak papa jika aku tinggal? Aku harus presentasi sebentar lagi.” Kiara mengangguk mendengar perkataan Dylan. Rasanya ia bukan anak kecil yang harus dipantau oleh Dylan setiap saat.“Good Luck.” Kiara coba menyemangati Dylan. Dan dibalas dengan Dylan dengan mengelus kepala Kiara lembut.“Terima kasih.” jawab Dylan sambil tersenyum.DEGHati Kiara berdetak kembali. Perlakuan kecil Dylan membuat Kiara hati Kiara kembali bergetar.Kiara memandang laki-laki itu berjalan kedepan dan memaparkan materi yang telah ia siapkan sedari tadi.Dylan terlihat begitu bersinar malam ini. Laki-laki berkacamata itu terlihat berkali-kali lipat meningkat ketampanannya, countur wajah tegas, hidung mancung, alis yang terukir sempur
“Dia mengatakan bahwa kau kembali bukan untukku.”Perkataan Kiara tersebut sukses membuat Dylan dengan refleks menekan pedal gas dengan cepat membuat mobil terhenti mendadak.Dylan dengan sigap langsung menahan tubuh Kiara yang terdorong kedepan dengan tangannya.“Maaf. Tapi ini benar-benar membuat aku terkejut.”Dylan dengan buru-buru memarkirkan mobilnya pelan kepinggir jalan raya agar tidak menyebabkan kekacauan. Cukup dengan hal tadi saja, karna itu bisa membahayakan nyawa mereka berdua.Dylan mengambil tangan Kiara pelan dan menggenggamnya.“Aku akan menjelaskan semuanya, Kiara. Beri aku waktu ya?”Kiara mengangguk dan hal itu membuat Dylan lega.Dylan memutar setir mobilnya dan melajukan pelan.Kiara menghabiskan suapan terakhir steak didepannya dengan lahap. Ia benar-benar merasa lapar. Energinya ternyata terkuras habis karna Mira.“Sepertinya kita harus menambah porsinya.” kekeh Dylan yang langsung disambut dengan cemberut oleh Kiara.Astaga imut sekali, batin Dylan tidak taha
Kiara terdiam dan hanya bisa memandang tidak percaya dengan apa yang ada di depannya.Sosok yang paling tidak ingin dia lihat sekarang malah berdiri angkuh menatapnya.“Mira?” Perkataan Kiara membuat mama dan teman laki-lakinya itu menoleh melihat Kiara dan Mira saling bergantian.“Kalian saling kenal?” tanya Mama Kiara senang tanpa tahu bahwa Kiara mati-matian menahan emosinya.“Aku pulang ma.” lirih Kiara pelan.Kiara memutar badannya hendak berbalik tapi langkahnya terhenti ketika tangan mamanya menggapai tangan Kiara dengan cepat.“Hei kenapa sayang? Ada yang salah?” tanyanya khawatir.“Ternyata kita akan menjadi saudara ya? Haha lucu sekali!” suara tawa Mira menggema sekeliling ruangan.Kiara menatap Mira dengan tajam. Ia benar-benar mungkin akan kehilangan kontrolnya jika Mira terus bersikap seperti ini.“Kiara, kalian saling kenal? Kenapa ini, Nak?” Terlihat raut khawatir dari mamanya membuat hati Kiara semakin miris.“Tante-ups apakah aku harus memanggilmu mama?” sindir Mira
Dylan terus menatap Kiara yang masih tertidur pulas dibahunya.Wanita itu tertidur karna lelah menangis. Dan Dylan tidak tega untuk membangunkannya, alhasil ia hanya menunggu Kiara tertidur sambil bersandar dibahunya di dalam mobil.Ia ingin mengantarkan gadis itu pulang tapi ia belum tau alamat Kiara. Ia rela menunggu sampai semalaman pun jika memang Kiara tidak terbangun juga.Ia memandang wajah Kiara dengan jarak yang sangat dekat. Ia melihat setiap inchi dari wajah favoritenya ini. Dan Dylan perlahan mengelus pelan wajah itu dengan lembut.Ia merasa gagal untuk menghibur Kiara. Gadis itu menangis tanpa henti seakan-akan hatinya benar-benar hancur.Terbesit rasa bersalah di diri Dylan jika mengingat apakah pada saat perpisahan mereka kemarin juga membuat Kiara menangis seperti ini?Jika tepat 5 tahun orang tua Kiara telah berpisah maka hal itu juga waktu yang sama dengan perpisahan mereka.Membayangkan gadis ini menghadapi semua luka ini sendiri membuat Dylan benar-benar merasa bah
“Papa!” Kiara berlari menghampiri laki-laki bertopi hitam yang baru saja keluar dari arrival gate dan langsung memeluknya erat.Kiara begitu rindu dengan papanya karna sudah 6 bulan kurang lebih mereka belum bertemu.“Papa tampak lebih gendut.” kekeh Kiara sambil memukul pelan perut papanya yang disambut dengan gelak tawa dari papanya.“Putri papa semakin cantik saja. Papa hampir tidak mengenalinya tadi.” godanya.Kiara tersenyum penuh bangga dan langsung saja menggandeng lengan papanya untuk keluar dari bandara.“Papa saja yang menyetir. Hari ini kita quality time sepuasanya, oke?”Kiara mengacungkan jempolnya sambil tersenyum senang.“Papa memang yang terbaik!”Mereka berdua masuk kedalam mobil Kiara dan melaju meninggalkan bandara.“Papa disini berapa hari?” tanya Kiara memulai obrolan.“Maaf sayang papa tidak bisa lama. Tapi papa usahakan untuk izin lebih lama jika-““Nope. Tidak perlu papa, aku baik-baik saja.” jawab Kiara langsung dengan lantang.Kiara tau papanya pasti sibuk,
Kiara terdiam mendengar jawaban dari Dylan. Kenapa laki-laki di hadapannya ini selalu suskes membuat ia terkejut dengan kata-kata spontannya.“Memangnya kenapa jika aku terluka?” tanya Kiara penasaran akan respon Dylan.Laki-laki itu malah sekarang berbalik dan menatapnya intens.“Aku juga pasti akan merasakan rasa perihnya, Kiara.” jawab Dylan serius dan sukses membuat Kiara gelagapan.“Kau terlalu berlebihan.” Kiara berusaha mengatur detak jantungnya setelah mengatakan hal itu. Ia mencari jawaban teraman agar tidak terlihat bahwa ia sangat senang mendengar perkataan Dylan barusan.“Langitnya sedang bagus sekali, banyak bintang. Coba lihat.” Kiara mendongak menatap langit malam sembari matanya mengikuti arah tunjuk jari Dylan.“Sepertinya tarikan sudut bintang itu menyerupai wajahmu kan?”Kiara memicingkan matanya mencoba mencari pola yang Dylan maksud. Tetapi tidak berhasil. Ia terlihat olehnya hanya pola sudut berbentuk segi empat, itupun jika ia tidak salah menarik garis pola.“