Share

Bab 5

last update Last Updated: 2022-06-14 16:25:13

"Dari awal memang ibuk tidak setuju kamu menikahi Rasti tapi kamu ngeyel, ya ini, sekarang ibumu di fitnah tidak adil dengan menantu, ibu kurang apa selama ini sama kamu Ko? Walaupun ibu gak setuju tapi ibu tetap menikahkan kalian dengan pesta besar-besaran, masih ibu bantu rumah, ibu juga yang belikan kebun sawit, biar apa? Biar rumah tangga kalian bahagia."

Ucap mertua kepada mas Riko diruang tamu rumahku. Sudah tiga hari mas Riko tidak tidur di rumah, dia tidur di rumah ibunya. Pulang hanya mengambil baju ganti saja. Mas Riko sudah mengadu kepada ibunya. Dan hari ini mereka datang ke rumah mendudukkan ku. Mas Riko gegabah, seperti anak kecil apa-apa di adukan kepada ibunya.

Ucapan ibu memang terkesan memarahi anaknya sendiri, tapi semua ucapannya menyudutkanku. Aku harus bisa menahan air mata agar tidak terjatuh, supaya bisa menjawab dan menjelaskan semuanya.

"Kamu jelaskan sama ibuk dek, tentang ucapanmu kemarin."

Ucap mas Riko memandangku, begitu juga dengan mertua. Tatapan serigala yang akan memangsa musuhnya. 

"Rasti tau semuanya dari ibu, dan Rasti masih ingat semua pemberian dan kebaikan ibu, tapi bukan itu?"

Jawabku dengan nada bergetar, aku sendirian, tak ada yang bisa membantuku. Ku remas ujang bajuku untuk mengotrol emosiku.

"Lha terus apa? Ibuk lebih sayang sama Lika? Itu maksudmu?"

Sahut ibu dengan gayanya yang seakan lagi teraniaya dengan ucapan mantu, seketika aku menunduk, karena ibu dan mas Riko menatapku dengan tatapan yang mengerikan. Degupan jantungku semakin menjadi, karena pertama kalinya aku ribut dengan mertua.

"Ibuk selalu menyanjung Lika di depan teman-teman ibuk, di setiap acara yang ibuk adakan aku hanya bagian dapur tak ada bedanya dengan tetangga, tapi Lika? Dia menantu idaman ibuk, ibuk perkenalkan dengan bangga kesemua teman-teman ibuk."

Akhirnya uneg-uneg itu keluar juga. Walaupun dengan susah payah aku menyampaikannya. Menahan air mata, agar tidak terjatuh. Aku sudah siap jika harus mendengar jawaban pahit nantinya.

Mertua nampak tak suka dengan ucapanku. Raut sinisnya sudah terlihat. Mungkin kalau gak ada mas Riko aku sudah di maki-makinya.

"Kamu dengar sendiri Ko, istrimu ngomong apa? Setiap acara yang ibuk adakan, dia selalu pulang duluan, sudah datangnya telat lagi. Wajar kalau Lika yang kedepan nyuguh tamu. Tapi ibuk tidak mempermasalahkan, yang penting mantu-mantu ibuk ngumpul, kok malah ibuk di anggep mertua gak adil."

Pintar sekali mertua mempermainkan kata. Membuatku geram dan sakit hati. Ucapan yang terdengar seakan ibu lagi terpojok di telinga anaknya. Tapi terdengar memanaskan suasana di telingaku. Sebagai orang tua bukannya mendinginkan, tapi malah membuat suasana semakin panas.

Mas Riko menarik nafasnya dengan kuat dan melepaskannya dengan kasar. Mengacak rambutnya. Dia dilema.

"Cukup dek, jangan pojokkan ibuk terus, kalau di matamu, ibuk terkesan sayang sama Lika, harusnya kamu intropeksi diri."

Ucap mas Riko kesal kepadaku. Dia lebih mempercayai omongan ibunya. Membuat hatiku semakin terluka. Delapan tahun hidup bersama harusnya dia tau bagaimana sifat istrinya.

"Tapi mas, aku berkata jujur, bisa tanya kepada tetangga yang ikut bantu masak waktu itu, bagaimana ibuk memperlakukanku."

Jawabku yang masih mempertahankan bendungan air mata. Nafasku terdengar memburu. Hatiku semakin panas. Aku harus bisa membela diriku sendiri, karena mas Riko tak akan mungkin membelaku. 

"Lho lho lho kok malah bawa-bawa tetangga! Mau buat malu? Wes Ko istrimu memang gak bener."

Sahut mertua yang sudah nampak tak nyaman duduknya. Sebenernya wajahnya nampak panik ketika mendengar usulanku bertanya kepada tetangga.

"Kamu kenapa sih dek? Kamu berubah?"

Tanya mas Riko pelan seakan kecewa dengan ucapanku. 'Aku tidak berubah mas, tapi memang aku sudah tidak tahan'. Ucapku dalam hati. Mataku beradu pandang dengan mata mas Riko. Kuharap dia membaca kejujuran disana. Mertua nampak tak suka, mungkin dia takut anaknya akan mencari tau kebenarannya lewat tetangga karena ucapanku. 

"Sudah Ko, antar ibuk pulang bisa-bisa darah tinggi ibuk kumat ngadepin Rasti, mungkin dia kerasukan, nanti kita panggil kiayi untuk merukyahnya."

Ucap mertua kesal beranjak dari duduknya. Mas Riko masih terdiam memandangku. Kedua mata kami masih beradu pandang, nampak sekali kekecewaan disana.

"Dek minta maaflah sama ibuk, biar semuanya kelar, mas mohon!"

Perintah mas Riko memelas, membuat hatiku semakin sakit. Aku menggeleng. Bukannya aku tak mau meminta maaf tapi ini belum selesai. Aku tak mau dianggap memfitnah ibu.

"Kalau kamu gak mau minta maaf terus apa mau mu? Kamu senang kita berantem? Atau memang kamu ingin aku tanya-tanya ke tetangga biar semua orang tau tentang keributan kita? Ini aib keluarga dek."

Seketika air mataku luruh mendengar ucapan mas Riko. Dia memang tak mempercayai ucapanku. Terus bagaimana aku akan membuktikan kalau tanya ke tetangga yang menyaksikan perlakuan ibu kepadaku dibilang mengumbar aib?

Terasa lemas badanku. Aku bersandar, badanku bergetar. Tak tau lagi harus berkata apa. Seakan percuma, karena semua ucapanku dianggap adu domba, yang ingin membuat keributan.

"Sudah Ko, istri kayak gini masih kamu belain, ngapain juga kamu mohon-mohon nyuruh dia minta maaf sama ibuk, Rasti ini pengennya ibuk yang minta maaf sama dia, istrimu ini memang pengen membuat malu keluarga kita, ingin membuat malu ibumu."

Sahut ibuk geram dengan menuding-nuding ke arahku. Semakin deras air mataku bergulir. Aku sendirian. 

"Assalamualaikum."

Terdengar suara salam diambang pintu. Semua mata mengarah ke asal suara. Terlihat Lika dan Yuda anakku berdiri disana.

Akankah menantu pujaan akan membantu menantu yang selalu direndahkan? Atau malah sebaliknya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 115

    Pagi ini Lika berkemas. Menyusun baju-bajunya di koper. Di bantu oleh anak-anak panti yang sudah besar. “Mbak Lika enak ya? punya orang tua, aku juga pengen punya orang tua,” celetuk anak perempuan yang kira-kira umur 12 tahun. Bernama Putri. Membuat Lika tersentuh mendengar omongannya.“Iya,” sahut temannya lagi, yang juga ikut membantu Lika berkemas. Menyadarkan Lika, betapa beruntungnya dia. tapi, dia selama ini tidak mensyukuri itu. Selalu iri dengan kehidupan orang lain. Selalu iri dengan kehidupan Mbak Rasti dulu itu. “Kalian juga beruntung bisa tinggal di panti ini. Jangan merasa nggak punya orang tua. Bu Lexa itukan orang tua kalian,” sahut Lika menanggapi omongan anak-anak panti itu.“Owh, iya, Bu Lexa kan ibu kita,” sahut anak yang lainnya. Putri tersenyum.“Iya, Maksudnya, enak gitu jadi Mbak Lika, orang tuanya masih komplit,” jelas Putri. Membuat Lika sesak saja mendengarnya.“Udah, kalian juga sangat beruntung mempunya orang tua kayak Bu Lexa. Ini semua sudah takdir, ma

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 114

    “Dari mana,Le?” tanya ibunya saat melihat Malik masuk ke dalam kamarnya. Malik tersenyum memandang ibunya.“Main sama temen, Bu. Maaf, ya, seharian ini, Ibu Malik tinggal,” jawab Malik seraya meminta maaf, karena dia merasa nggak enak dengan ibunya.“Nggak apa-apa, Le, kamu juga butuh jalan-jalan. Nggak berkutat di rumah aja, nungguin Ibu,” sahut ibunya. Malik tersenyum lagi, karena hanya ibu dan Mahira yang dia punya. Saudara banyak, tapi jarang sekali komunikasi. Jadi terputus pelan-pelan. “Malik senang di rumah sama ibu,” sahut Malik, kemudian merebahkan badannya di sebelah ibunya. Kemudian tangan ibunya mengelus rambut Malik. Karena Malik sangat senang jika ibunya melakukan itu. Ke dua tangan ibu Malik masih berfungsi, itupun dengan gerakkan lambat. Kalau kakinya sudah tidak berfungsi lagi. “Kamu kok, sedih, Le?” tanya ibunya saat melihat wajah anak sulungnya itu murung. Tanpa bisa di tahan, beningan kristal meleleh dari sudut matanya.“Lah, kok, malah nangis? Cerita sama ibu a

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 113

    “Lika,” sapa Tante Lexa saat membukakan pintu untuk Lika. Lika cepat-cepat menyeka air atanya yang masih terus mengalir. “Tante,” sahut Lika masih terus menyeka air matanya, yang nggak bisa berhenti. Malik sudah pulang. Saat pintu rumah Tante Lexa di buka, Malik langsung memutar mobilnya dan keluar meninggalkan halaman rumah Tante Lexa. “Masuk dulu!” perintah Tante Lexa, seraya menarik tangan Lika menuju ke kursi. Lika nggak enak hati dengan Tante Lexa, karena menangis. ‘Pliis Lika jangan nangis, nanti membuat Tante Lexa bingung dan cemas,’ lirih Lika dalam hati. Dia pikir Tante Lexa nggak tahu sebab dia menangis.“Kenapa menangis?” tanya Tante Lexa memancing reaksi Lika. Lika memaksakan senyum dan masih terus meyeka air matanya.“Nggak apa-apa, Tante,” sahut Lika asal, dengan suara serak dan sesak. Tante Lexa mendesah, kemudian ikut membantu mengusap air mata Lika. Karena Lika sudah di anggap anak olehnya.“Cerita sama Tante! Siapa tahu Tante bisa membantumu,” ucap Tante Lexa. Mata

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 112

    “Hah? Juwariah hamil anak Tirta?” sahut Mas Riko saat aku memberi kabar tentang gosip ini. Ya, sepulang dari warung Mak Rida, aku langsung mencari-cari Mas Riko. Ternyata dia lagi membakar sampah di belakang rumah.“Jangan kenceng-kenceng, Mas, nanti di dengar tetangga,” jawabku sambil celingak celinguk. Dia juga ikutan celingak celinguk.“Paling juga semua orang sudah dengar, kita ini belakangan dengarnya,” sahut Mas Riko. Ah, mungkin seperti itu.“Mungkin, Mas. Tapi kenapa Mbak Juwariah ngenalin Tirta ke Lika? Sampai nginap-nginap di penginapan lagi,” tanyaku. Dia menghentikan pembakaran sampahnya. Beranjak dan mencari tempat teduh di bawah pohon sawit, yang sudah di siapkan kursi kayu, untuk tempat bersantai.“Iya, ya? Harusnya kan cemburu ya?” tanya Mas Riko balik. Sama-sama tak tahu jawaban pastinya. Yang tahu hanyalah Mbak Juwariah. Apa maksudnya?“Kalau menurutku, memang sengaja, mau menghancurkan rumah tangga Lika dan Toni. Dengan Tirta sebagai pancingan, agar Lika nurut denga

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 111

    [Owh jadi mereka kakak beradik, donatur panti Bu Lexa, orang-orang baik, ya] sahut mamanya Lika.[Alhamdulillah, Lika di sini berteman dengan orang-orang baik dan tulus, Bu. Nggak usah khawatir. Saya juga kenal betuk siapa Malik dan Mahira. Sekarang aja ini Lika lagi keluar sama Malik. Katanya untuk pertemuan yang terakhir. Mumpung Lika masih di sini. Dan ternyata benar, kalian sudah di Jogja dan besok akan menjemput Lika,] jelas Bu Lexa panjang.[Lagi keluar sama Malik?] tanya mamanya Likas seraya mengerutkan kening.[Santai, Bu. Saya percama sama Malik seratus persen. Dia anaknya baik, nggak akan neko-neko sama Lika. Lagian Lika sama Malik itu temenan dari SMP] Jelas Bu Lexa lagi, untuk menenangkan hati orang tua Lika.[Owh, saya percaya dengan Bu Lexa. Kalau Bu Lexa yakin kalau Malik itu baik, berarti dia memang baik,] jawab mamanya Lika. Bu Lexa tersenyum.[Yasudah, Bu. sampai sini dulu obrolannya. Insyaallah kami besok ke rumah Bu Lexa,] ucap mamanya Lika lagi, ingin pamit memati

  • Menantu Kaya Dipuja, Menantu Miskin Dihina   Bab 110

    “Lika nomornya, kok, aktif, ya?” tanya Pak Samsul kepada istrinya. “Paling ngedrop hapenya,” jawab istrinya santai. Pak Samsul kemudian duduk di kursi. Tak berselang lama, istrinya menghampiri seraya membawakan secangkir Kopi manis. “Ini kopinya, Pa!” ucap istrinya seraya meletakkan di atas meja.“Makasih, Ma,” jawab Pak Samsul. Istrinya tersenyum.“Sama-sama,” jawabnya kemudian duduk. “Nova kemana, Bu?” tanya Pak Samsul kepada ibunya. Kemudian Nenek Rumana juga ikut mendekat dan bergabung bersama anak dan menantunya.“Ke loundrynya,” jawab Nenek Rumana seraya duduk di kursi. Pak Samsul kemudian mengambil kopi yang di buatkan istrinya. Meniupnya pelan dan menyeruputnya.“Alhamdulillah senang melihat Nova sudah bisa mandiri. Udah punya usaha juga,” sahut Pak Samsul setelah meletakkan kopinya di meja.“Iya, Ibu juga senang melihat kemajuan Nova. Cuma dari segi asmara dia kurang beruntung,” jawab Nenek Rumana.“Biarkan, Bu. Nova perempuan baik, insyaallah kalau menikah lagi, juga akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status