Share

Menantu Penguasa
Menantu Penguasa
Penulis: Rose Dreamers

Chapter 1

Pukul 21.00 di Ibu Kota.

Seorang wanita berhijab menepikan mobilnya di depan sebuah kafe buku. Beberapa karyawan yang terlihat sedang beres-beres untuk menutup kafe, langsung menyapa memberi salam hormat ketika melihat wanita itu. Karena sang wanita masuk ke dalam ruang kerja khusus, bisa diperkirakan kalau wanita tersebut adalah pemilik kafe.

Tanpa disuruh, salah satu dari para pelayan langsung membuatkan secangkir cokelat hangat kesukaan sang majikan. Kemudian, pelayan itu menghampiri ke ruang kerja wanita tersebut selagi yang lain berpamitan untuk pulang.

Tak lama, terdengar suara ketukan dari pintu ruang kerja. “Boleh aku masuk?” tanya seorang pria dengan suara rendahnya.

Tazkia Annisa—wanita pemilik kafe itu—langsung mengangkat pandangan ke arah pintu ruang kerjanya, menatap bayangan pria yang terkesan familier. Tahu siapa tamu tak diundangnya, Annisa menjatuhkan pandangan kembali ke meja dan bersenandung singkat, “Hm.”

Pintu ruang kerja Annisa pun terbuka, menampakkan sosok pria tampan bertubuh tinggi dengan karisma yang begitu menawan. Dia berjalan menghampiri meja kerja Annisa dan meletakkan cangkir di hadapan wanita itu.

"Kamu buatkan ini untukku?” tanya Annisa, merasa senang dengan perhatian yang diberikan. “Terima kasih," ucapnya lagi sambil tersenyum tipis dan mengangkat cangkir berisi cokelat hangat kesukaannya.

Meskipun Annisa nampak tersenyum, tetapi raut wajahnya terlihat muram, tak seperti biasanya.

Zidane membalas senyuman manis wanita itu, tetapi dia masih bergeming di depan meja kerja Annisa.

"Ada apa? Apa ada sesuatu hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Annisa acuh tak acuh.

"Tidak ada," sahut Zidane singkat.

Nampak jelas terlihat segurat kerutan terukir di kening Annisa, bingung dengan kelakuan Zidane.

"Lalu?"

Zidane menarik kursi yang ada di depan meja Annisa, lalu dia duduk di sana tanpa merasa sungkan.

"Kenapa kamu ke sini di jam pulang kerja?" tanya Zidane.

"Memangnya kenapa? Apa kamu lupa kalau aku pemilik kafe ini? Aku bebas mau datang kapan saja sesukaku," sahut Annisa ketus dan angkuh. Bola matanya berputar, menunjukkan kalau dia merasa pertanyaan Zidane cukup bodoh.

Zidane tidak tersinggung dengan sikap angkuh Annisa, dia malah tertawa kecil.

Annisa bukan hanya pemilik kafe tersebut, tetapi dia juga anak dari seorang pengusaha ternama di Ibu Kota. Oleh karena itu, sikap angkuh Annisa adalah suatu hal yang normal. Beruntung dia hanya sedikit angkuh dan bukan menyebalkan.

"Hei, kenapa kamu tertawa? Apa aku baru saja melucu?" Annisa mencebik kesal.

"Aku tahu kamu pemilik kafe ini. Tapi sekarang semua orang sudah pulang, dan aku pun juga akan pulang setelah ini. Apa kamu akan tinggal di sini sendiri? Kamu tidak takut?" ucap Zidane, menjelaskan maksud pertanyaannya tadi yang mungkin kurang jelas sehingga membuat Annisa salah paham.

Annisa diam dan menghela napas panjang. Dia meraih gagang cangkir dan menyesap minumannya perlahan.

Hari ini terasa melelahkan baginya. Perdebatan bersama dengan orang tuanya tadi saat makan malam membuat Annisa merasa muak, terlebih saat ibu tirinya sudah berani menampar wajahnya di hadapan banyak orang. Annisa menjadi semakin sangat kesal sehingga enggan untuk pulang ke rumah sekarang.

Perdebatan apa? Perdebatan mengenai sebuah perjodohan.

Orang tua Annisa bermaksud menjodohkannya dengan seorang pria … seorang pria yang pernah mengkhianatinya di masa lalu. Dengan permintaan konyol seperti itu, tentu saja gadis berhijab itu akan menolak!

Melihat Annisa terdiam, Zidane tak berniat membuka suara, terlebih karena dia tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu majikannya itu sedang memiliki masalah, kentara dari raut wajah Annisa. Namun, dia tidak mengerti permasalahan seperti apa lebih tepatnya yang sedang di hadapi majikannya itu.

Akhirnya, Zidane pun berdiri dari kursi dan berkata, "Baiklah kalau kamu masih ingin di sini. Nikmatilah kesendirianmu, Nona. Aku mau pulang sekarang, jam kerjaku sudah selesai.” Pria itu berjalan ke arah pintu. Namun, sebelum benar-benar pergi, dia tidak lupa berujar, "Jangan pulang terlalu malam. Aku khawatir kejadian sebulan yang lalu terulang lagi."

Sebelum Zidane menghilang ke balik pintu, sebuah pertanyaan yang mampu membuat pria itu membeku terlontar dari bibir sang bos, "Zidane ... apa kamu sudah memiliki kekasih?"

Pria itu berbalik. Kedua alis tebalnya saling berpaut hingga memperlihatkan kerutan di keningnya. Dia terdiam, mencoba mencerna maksud perkataan Annisa.

"Kamu sudah memiliki kekasih atau terikat hubungan dengan seseorang?" tanya Annisa lagi.

Gadis berhijab itu menghela napas panjang. Terdengar seperti sedang frustrasi.

Dia beranjak dari kursi dan berdiri bersandar di meja kerjanya. Sorot matanya yang sulit diartikan itu menatap dalam mata Zidane yang masih terdiam.

"Belum,” jawab Zidane dengan sedikit ragu. “Kenapa?”

Annisa tersenyum, entah apa arti dari senyum yang terukir di bibir gadis cantik itu. Yang pasti, tiba-tiba saja Zidane merasa canggung.

"Kalau begitu, maukah kamu menikah denganku?"

***

Hai semuanya, terima kasih sudah membaca Menantu Penguasa. Semoga kalian suka, ya. Tolong mampir juga ke novel Rose yang baru berjudul Topeng Si Suami Idaman. Selamat membaca

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Rohani Syg Keluargany
ceritanya sangat menarik lanjut
goodnovel comment avatar
edy susanto
wew, prolog narasi islami seorang muslimah tapi terlalu jantan... memang muslimah boleh tembak/ lamaran duluan, ini menariknya. wkwkwk. lanjutkan.
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Nyimak kk..next
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status