Share

Chapter 02

"Jangan bercanda. Ini sungguh tidak lucu, Annisa!" Zidane memaksakan sebuah senyuman untuk terlukis di wajahnya. Dia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, niatnya yang hendak pulang dia urungkan. 'Sungguh ada masalah besar yang sedang dihadapinya,' batin Zidane. Ia merasa Annisa mendadak menjadi gila.

Dua pasang mata berwarna cokelat itu saling menatap satu sama lain, seolah sedang menyelami kedalaman pikiran masing-masing.

"Aku serius. Apa kamu mau menikah denganku?" tanya Annisa.

Pria tampan itu tertawa kecil. Kepalanya menggeleng pelan, menyangkal percakapan mengejutkan yang terlontar dari mulut majikannya.

Pria normal mana yang mampu menolak pesona seorang Annisa? Dilihat dari segi mana pun, dia nampak sempurna.

Cantik, berprestasi, walau berasal dari keluarga kaya, tetapi Annisa bukan tipe gadis yang suka berfoya-foya menghabiskan uang dan memanfaatkan jabatan orang tuanya untuk menindas orang lain.

“Aku hanya pria miskin yang kebetulan menyelamatkanmu malam itu,” ujar Zidane, merujuk kepada kejadian bulan lalu yang mana Annisa hampir diperkosa sejumlah preman. "Tak hanya itu, aku adalah pelayan di kafemu, pekerjamu,” tambah pria itu. “Bahkan dengan semua itu, kamu bisa-bisanya suka kepadaku?” Alis kanan Zidane meninggi dengan sebuah senyuman nakal terlukis di bibirnya, membuatnya terlihat sangat menggoda.

Annisa mendesah kasar dan mengerlingkan matanya, malas.

"Jangan ge-er! Aku terpaksa mengatakannya karena terdesak," sahut Annisa ketus. Iris cokelatnya melirik Zidane, sekilas. "Aku tidak mau dijodohkan dengan pria yang pernah menghianatiku. Itu sebabnya aku memintamu menikah. Aku pikir itu bukan ide yang buruk."

"Tapi kenapa aku?" tanya Zidane, penasaran. Dia seperti ingin mengetahui alasan Annisa lebih dalam lagi.

"Ya, karena hanya kamu yang terlintas dipikiranku. Setidaknya dengan pernikahan ini, kita sama-sama diuntungkan. Aku bebas dari perjodohan dan kamu ... aku bisa membayarkan semua utang-utangmu kepada rentenir. Bagaimana menurutmu?" ujar Annisa.

Ini benar-benar sangat mengejutkan dan diluar dugaan Zidane.

"Jadi, maksudmu kita akan menikah kontrak seperti cerita di film-film? Hei, bagaimana mungkin seorang gadis sepertimu berpikir seperti itu? Kamu yang lebih tahu pernikahan bukanlah sebuah permainan," kata Zidane.

Pria itu berjalan masuk kembali ke ruangan Annisa dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Jadi menurutmu, kita harus menikah sungguhan, begitu?" tanya Annisa sarkas.

"Bu-bukan begitu maksudku. Ah ... entahlah! Aku sungguh tidak mengerti pikiranmu," jawab Zidane.

Annisa mendesah kasar. Dia membenarkan posisi berdirinya, kemudian mengambil tas miliknya di atas meja.

"Aku akan pulang sekarang. Kamu bisa pikirkan baik-baik tawaranku tadi dan segera memberi jawabannya. Kita akan bicara lagi nanti," ujar Annisa.

Gadis itu pergi tanpa menunggu sahutan dari lawan bicaranya. Sementara Zidane masih geming menatap pantulan bayangan Annisa yang perlahan menghilang dari pandangannya.

*

"Apa katamu? Apa aku tidak salah mendengar? Kamu baru saja bilang kalau kamu melamar karyawan baru itu."

Nayra, sahabat dekat Annisa terkejut begitu mendengar pengakuan Annisa baru saja.

Selepas dari Kafe Buku, Annisa tidak pulang ke rumahnya. Gadis itu lebih memilih tinggal di rumah sahabatnya sebagai pelarian dan untuk menenangkan pikiran.

"Ya, kamu tidak salah mendengar," sahut Annisa bernada malas.

Nayra terbelalak, terkejut. "Apa kamu sudah gak waras, Nisa? Dari sekian banyak pria di muka bumi ini, kenapa harus dia yang kamu pilih?" tanyanya, tak percaya.

"Oh, jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta kepadanya dan menjadikan perjodohan sebagai alasan untuk mendapatkannya?" Nayra mulai menduga-duga isi pikiran Annisa.

"Ya, anggap saja begitu."

Di luar dugaan. Annisa sama sekali tak menyangkal tebakan Nayra. Gadis itu bahkan nampak tenang saat mengatakannya.

"Nis?" panggil Nayra dengan ekspresi yang masih terkejut.

Annisa yang sedang berbaring di kasur besar milik Nayra sambil memainkan ponselnya langsung menoleh, hanya sekilas.

"Apa?"

"Aku benar-benar nggak ngerti sama jalan pikiran kamu sekarang. Tolong jangan bertindak gegabah tentang pernikahan. Ini menyangkut hidup dan masa depanmu, Nis," ujar Nayra menasihati.

Annisa menghela napas panjang. "Kamu bahkan baru saja mengatakan kalimat yang sama dengannya."

Sejujurnya Annisa juga tak mengerti dengan apa yang ada dalam pikirannya. Dia memang ingin menghindari perjodohan. Terlepas dari semua itu, ajakannya menikah kepada Zidane bukanlah sekedar main-main.

Bila bicara tentang perasaan, memang ada sedikit rasa kagum dan nyaman yang dirasakannya saat bersama Zidane. Namun, Annisa belum bisa memastikan apakah itu cinta atau sebatas mengagumi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
abdul qahar
jejakkkkkk
goodnovel comment avatar
Irwan Susapto
makin menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status