"Ethan Trovatelli, bersediakah saudara mengasihi dan menghormati istri saudara sepanjang hidup? Selalu setia padanya dalam suka dan duka, dalam kecukupan dan kekurangan, serta dalam sehat atau pun sakit?"
"Ya, saya bersedia,"jawab Ethan. Sebaliknya sang mempelai wanita di balik veil transparan yang menutupi kepalanya, ia memutar bola matanya dengan malas. Ini bukan pernikahan yang diinginkan olehnya, tentu saja. Namun pada akhirnya dia pun terpaksa mengucapkan janji yang sama. "Mulai saat ini kalian resmi menjadi pasangan suami istri. Apa yang dipersatukan oleh Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia". Sekarang tibalah giliran Ethan akan mencium Crystal, di depan para tamu undangan. Ethan menyingkap veil putih yang menutupi wajah istrinya itu, lalu ia pun mendekatkan wajahnya ke arah bibir Crystal. "Jangan berani-berani mencoba melakukannya," ancamnya dengan bisikan lirih pada pria yang baru saja resmi menikahinya itu. Ethan tersenyum. Dia tahu Crystal tidak menginginkannya, tetapi bukan berarti dia juga menginginkan wanita itu. Semua hanya karena keterpaksaan, karena kakaknya Alessandro mewasiatkan padanya untuk mengambil hak asuh putri kandung ia dan Crystal, yaitu Clarissa. Acara pernikahan itu berlanjut ke gedung resepsi hingga malam hari. Banyaknya undangan dari sang Ayah, Benigno Mensina, membuat Ethan dan Crystal tak habis-habisnya menyambut para tamu. Menjelang tengah malam, di pertengahan acara, Ethan tak menemukan istrinya itu ada di mana pun. Padahal beberapa menit yang lalu ia masih melihat Crystal masih ada dan berbincang dengan ayahnya di salah satu meja para undangan. Perlahan Ethan mendekati mertuanya itu, dan menanyakan apakah Benigno melihat Crystal. "Wow, lihat pengantin baru ini! Sepertinya dia sangat tergila-gila pada putrinya Papa Ben. Ngomong-ngomong Ethan, kau punya bisnis apa di kota Palermo?" tanya Juan, salah satu anak dari sahabatnya Benigno. "Saya seorang mekanik mobil." "Hah?" Semua yang di sana sontak melongo. Menantu seorang Benigno hanya seorang mekanik mobil? Mereka tentu saja tidak percaya. "Ah, hahaha! Jangan percaya padanya. Ethan hanya bercanda. Dia memang memiliki bengkel ternama di Palermo. Itu sebabnya dia mengatakan kalau dia adalah mekanik. Benar kan, Ethan?" tatap Benigno dengan pandangan mengancam pada Ethan. Tentu saja itu adalah kode agar Ethan mengiyakan kata-kata Benigno. The Godfather pastinya malu punya seorang menantu seorang mekanik mobil. Usai berbasa-basi beberapa menit dengan para tamu itu, Benigno pun membawa Ethan ke ruang lain yang berada di gedung itu. "Apa maksudmu mengatakan kalau kau hanya mekanik bengkel? Kau ingin membuatku malu?" cecar Benigno. "Maaf, Papa Ben. Saya memang hanya seorang mekanik." "Kau tak hanya seorang mekanik, tetapi kau juga sampah sama halnya dengan kakakmu yang tidak berguna itu!" maki Benigno. Ethan terdiam. "Kalau bukan karena lelaki sialan itu telah mewasiatkan cucuku untuk kau asuh dan surat itu dibuat dan ditandatangani oleh banyak saksi. Aku tak sudi menikahkan kau dengan putriku yang berharga! Dan sekarang kau ingin membuatku lebih malu lagi. Kau sama dengan kakakmu, tidak bisa di bawa ke pertemuaan orang-orang kelas atas. Oleh karena itu kuberi tahu kau! Mulai besok tinggallah di rumah! Jangan lakukan pekerjaan apa pun. Lakukan sesuai tugasmu, jadi pengasuh untuk Clarissa, cucuku! Kau mengerti?!" Ethan mengangguk. "Baik, Papa," jawabnya tanpa membantah. "Papa? Cuihh!" decih Benigno. Usai berbicara dengan menantu tak diharapkan itu, Benigno pun meninggalkan tempat itu dan bergegas kembali ke aula tempat dimana pesta masih berlangsung. Sebelum Ethan kembali ke aula pesta, pria itu pun menyempatkan diri ke toilet pria untuk buang air kecil. Mumpung dia ada di luar aula, begitu pikirnya. Saat dia keluar dan melewati toilet wanita, suara desahan terdengar dari dalam toilet. "Larry, kendalikan dirimu! Kalau ada yang mencariku bagaimana?" rengek suara wanita dari dalam kamar mandi. Ethan mengenali suara itu. Hatinya terasa berdenyut mengetahui pemilik suara itu adalah Crystal. Meski bukan menikah karena cinta bukankah sekarang Crystal adalah istrinya? "Biarkan saja jika ada yang mencarimu. Bagaimana ini, Crys? Aku sudah lama menunggu kau berpisah dari Alessandro, menunggu kalian kapan bercerai. Tetapi kukira Tuhan Maha Adil sehingga ia bahkan mencabut nyawa pria miskin itu, agar aku bisa menikahimu. Tetapi kenapa malah kau menikah dengan adiknya? Ketidakadilan macam apa ini, Crys?" sahut lelaki yang sepertinya bernama Larry itu. Setelah itu terdengar suara kecupan bagai mencumbu. "Larry .... ah, tolong mengerti, ini bukan mauku. Siapa juga yang mau menikah dengan orang yang bahkan lebih sampah dari Alessandro. Aku benar-benar terpaksa, sungguh!" kata Crystal di antara cumbuan-cumbuan Larry padanya. "Kalau kau terpaksa bagaimana kau akan melewati malam pengantinmu dengannya nanti?" kekeh Larry. "Malam pengantin apa? Tidak akan ada malam pertama untuk sampah itu!" umpat Crystal. "Kalau denganku saja bagaimana?" goda Larry. "Kau sungguh nakal, Larry!" Sedang mereka berdua masih asyik dengan kegiatannya, dan Ethan masih berada di luar toilet itu ada beberapa tamu hotel yang ingin masuk ke dalam toilet. Ethan berniat menghalangi. "Silahkan pakai toilet yang lain, Nyonya!" Ethan menunjuk toilet lain di sebelah toilet itu, mencegah pengunjung lain masuk ke toilet yang di dalamnya ada Crystal. Setelah itu ia pun mengetuk pintu toilet itu. "Sayang, apakah urusanmu di dalam sudah selesai? Mari kita kembali ke aula. Banyak yang menunggumu di sana!" seru Ethan dari luar sambil mengetuk pintu. Di dalam Crystal dan Larry menghentikan kegiatan panas mereka dan membelalakkan mata. Mereka tak menyangka ada Ethan di luar. "Ya Tuhan, bagaimana ini?" Tak urung wanita itu gelisah juga. Apakah Ethan mendengar apa yang dibicarakannya dengan Larry? Atau apakah Ethan tahu saat ini dia sedang berduaan dengan pria lain di kamar toilet? "Sayang!!" panggil Ethan lagi. Larry memberi kode dengan menggerakkan dagunya, menyuruh Crystal keluar. Ya, kalau dipikir-pikir buat apa Crystal takut? Dia bukanlah suami sungguhan, tak ada beda dengan kakaknya yang tak berguna itu. Maka berpikir seperti itu, Crystal pun keluar dari toilet. Dengan wajah tak suka, Crystal bertanya pada Ethan. "Apa yang kau lakukan di sini?" Di luar toilet itu masih ada pengunjung lain. "Aku ke sini untuk menjemputmu, istriku," jawab Ethan "Tidak perlu bersikap imut seperti itu! Aku tetap tidak akan tertarik padamu!" balas Crystal. "Kau tidak harus tertarik padaku, jika aku bukan type-mu. Tapi tetap saja aku ini adalah suamimu, kan?" jawab Ethan dengan sabar. "Suami? Dalam mimpimu! Kau tahu aku menikah denganmu terpaksa karena kau berniat ingin mengambil putriku dariku padahal kau tidak berhak sama sekali! Kita bahkan tidak saling mengenal sebelumnya!" "Kita bisa berkenalan pelan-pelan, Crys," balas Ethan dengan suara yang lembut. "Aku tidak tertarik berkenalan dengan sampah. Bahkan kau dan kakakmu hanya pembawa kesialan dalam hidupku!" maki Crystal. Di dalam toilet Larry tersenyum senang akan jawaban Crystal pada Ethan. Sudah seharusnya Crystal bersikap seperti itu. Lelaki itu memang tidak pantas untuk Crystal, begitu pikir Larry.n Usai mengatakan hal itu, Crystal pun akan segera beranjak kembali ke aula, namun Ethan menahannya. "Apa lagi?" bentak Crystal dengan kasar Ethan mengambil sapu tangan dari kantong jasnya, dan menyeka lipstik di bibir wanita itu yang sedikit belepotan karena percintaannya dengan Larry. Ia juga sedikit merapikan gaun Crystal yang sempat kusut dan talinya sudah melorot melewati bahu. Sungguh sangat ironis sekali atau harusnya malah menjijikkan? Di saat ia baru saja menikahi wanita ini, wanita ini malah sibuk dengan pacarnya. Ah, ataukah pria itu selingkuhannya saat Alessandro bahkan masih hidup? Sungguh kakaknya yang sangat bernasib malang. "Harusnya kau bisa menjaga sikapmu. Aku tahu kau tidak menginginkan pernikahan ini, tapi bukan berarti kau harus bersikap seperti ini, Crys," kata pria itu dengan lembut. "Tutup mulutmu itu! Kalau kau sudah tahu aku tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa kau tidak melepaskan hak asuh Clarissa saja? Dia putriku! Dia bahkan tidak mengenalmu. Sama seperti aku yang tidak mengenalmu! Kenapa harus berepot-repot melakukan pernikahan ini! Cih!" Crystal berdecih seolah ia sangat jijik pada Ethan. "Ini wasiat dari kakakku. Kalau kau memang keberatan menikah denganku, kenapa bukan kau saja yang melepaskan hak asuh atas Clarissa?" tantang Ethan. "Dia putriku, Bodoh! Mana mungkin aku melepaskan hak asuh atas putriku sendiri. Pikiranmu di mana, hum?" balas Crystal dengan nada marah. "Sepertinya kita sudah pernah membahas ini, Crys," kata Ethan. Crystal sampai mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Ia ingin membalas Ethan tapi ia kehilangan kata-kata. Apa yang dikatakan oleh Ethan adalah benar adanya. Mereka telah pernah membahas ini sebelumnya. Keluarganya adalah keluarga beresiko, berbahaya. Itu yang menjadi alasan Alessandro menyerahkan wasiat untuk Ethan agar mengambil hak asuh atas Clarissa. Tetapi dia dan ayahnya tentu tidak sebodoh itu sehingga tidak bisa melindungi putri dan cucu mereka sendiri. Namun jika mereka berebut hak asuh atas Clarissa hingga ke pengadilan, kemungkinan besar Ethan akan menang. Mereka mungkin bisa saja menyogok hakim tapi keluarga mereka akan disorot kembali oleh media, dan polisi akan punya alasan dan motif untuk menangkap ayahnya apalagi disaat ayahnya diserang isu sensitif yang membuat reputasinya jelek. Kesal tak dapat membalas kata-kata Ethan, Crystal mengepalkan tangannya dan berbalik meninggalkan pria itu lebih dulu untuk kembali ke aula. Ethan mengikutinya. Mereka tak mempedulikan lagi Larry yang masih ada di kamar mandi. Baru saja Crystal kembali ke dalam aula, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar. Sepertinya terjadi perkelahian. Perhatian semua orang langsung tertuju ke arah pintu masuk aula. Tidak lama masuklah beberapa orang yang sepertinya datang ingin mengacau di pesta ini. Tak lama terdengar suara sepatu pantofel yang berpadu dengan lantai semakin mendekat. Seorang pria paruh baya dengan memakai jas masuk ke dalam aula. Di belakangnya mengikuti dua orang lainnya membawa senjata api. "Wah, wah, wah!! Ada pesta pernikahan tapi aku tidak diundang di sini. Ini tidak adil, Ben!" serunya pada Benigno. Benigno tampak tidak senang. "Andrew Bosseli, pergilah! Jangan mencari gara-gara di sini!" "Ben, aku pikir kalian masih berkabung atas meninggalnya menantu kesayanganmu itu. Sekarang Crystal sudah akan menikah lagi? Big WOW!! Cepat sekali!" "Itu bukan urusanmu!" "Ah, ya! Itu pasti karena sebenarnya kalian menganggap pria itu adalah sampah yang tidak berguna, benar bukan?" kekeh pria itu. Benigno tersenyum tipis sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya. Melihat senyum Benigno, pria itu tertawa keras. "Sepertinya waktu itu kami salah sasaran. Harusnya kami langsung membunuh putrimu saja!" Andrew menggerakkan dagu ke arah Crystal untuk memberi kode pada anak buah di belakangnya yang sedang membawa senapan panjang. Ethan yang baru datang menyusul Crystal dari toilet terkejut saat melihat keributan yang sedang terjadi di aula. Sementara itu orang yang memegang senjata itu langsung mengokang senapannya dan mengarahkannya langsung ke arah Crystal. Ia siap membidik .... Sebelum pelatuknya benar-benar tertarik, Ethan dengan sigap meraih piring dari meja tamu dan melemparnya ke arah sniper itu. PRAANK!! Piring itu jatuh ke lantai tepat setelah menghantam kepala sang sniper. "Oh ..." pekik tertahan keluar dari mulut orang-orang yang berada di sana. Begitu pun dengan Benigno dan Crystal. Mereka sampai terperangah melihat aksi heroik Ethan itu. "Andrew Bosseli!! Berani sekali kau ingin menyerang istriku!" *****"Kalian ini ... benar-benar sialan!" umpat Julia.Melihat reaksi Julia yang begitu marah, anak buah The Monster yang ada disana bukannya menghentikan ejekan mereka yang ada mereka semakin gencar mengganggunya."Hei, Ju! Apa maksudmu mengatakan kalau kami sialan? Apa kau tidak ingin mencoba keberuntungan bagaimana bersenang-senang dengan salah seorang dari kami? Ju, ayolah! Jangan jual mahal," kekeh seseorang dari mereka.Julia menggeram mendengar olok-olokan para pria itu pada dirinya, namun dia sangat sadar diri kalau dia tidak sedang dalam posisi bisa melawan mereka semua. Bukan hanya karena kekuatan fisik para pria itu yang ditakuti oleh Julia, namun termasuk di dalamnya adalah nafsu birahi mereka juga. Dia sebagai satu-satunya wanita yang berada dalam Nido ini sangat tahu persis apa resikonya jika dia terus menantang para pria ini juga terus berdebat dengannya. Maka satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan oleh Julia untuk saat ini hanyalah diam.Pria yang tadi berdebat mulut deng
Julia terbangun dari tidurnya ketika mendengar ramai suara terbahak-bahak di lantai bawah Nido di Aquila Nera itu. Ah, salah! Sekarang tempat ini bukanlah Nido di Aquila Nera, melainkan Nido The Monsta. Mengingat hal itu, Julia pun tanpa dia sadari menghela napas berat. Entah apa yang dipikirkan saat ini. Ia merasa hampa di dalam hatinya. Lalu merasa tidak enak dengan pemikirannya itu, Julia pun kini bangun dari tidurnya dan duduk sejenak di ranjang dengan kaki yang berjuntai di lantai. Suara gelak tawa anak buah The Monster yang sedang berkumpul di lantai bawah masih saja mengusik pendengarannya."Oh, ya Tuhan! Apa mereka pikir tempat ini adalah kasino?" gerutu Julia setengah mengumpat.Dengan tak sabar, Julia pun segera berdiri dan berjalan ke arah tangga. Perlahan ia menuruni satu persatu anak tangga tersebut. Ketika ia telah sampai di anak tangga pertengahan, ia pun menatap ke bawah, menyapu seluruh ruangan dengan pandangan matanya. Dan Julia melihat tak hanya satu, dua, atau ti
"Jadi yang menculikmu adalah Diego Bosseli bukan Ethan?" tanya Sharon sambil membelai lakukan matanya mendengar keterangan dari saudara kembarnya itu.Marlon menjawab hanya dengan anggukkan saja."Diego menculikmu tapi anaknya ... siapa namanya tadi? emh, ... An ... drew Bosseli? Apa benar begitu?" Sharon yang masih tidak percaya lagi-lagi menanyakan hal itu pada Marlon."Ya, begitulah," kali ini Marlon menjawab lagi-lagi dengan anggukan.Sharon terhenyak sehingga dia terduduk dengan masih banyak pertanyaan di kepalanya."Tapi kenapa? Untuk apa Diego menculikmu? Lalu kenapa putranya yang menyelamatkanmu? Apa ada masalah di antara mereka? Lalu kenapa mereka melibatkanmu?" Sharon memberondong Marlon dengan banyak pertanyaan yang sekiranya bisa melampiaskan rasa ingin tahunya."Kau ingat pengakuan Diego di pesta pernikahan Benigno Mensina?" Marlon malah balik bertanya pada Sharon.Sharon berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk."Tentang Ethan yang adalah putra kandungnya?" Sharo
"Marlon?!" pekik Crystal terkejut.Orang yang diserukan namanya oleh Crystal itu, lagi-lagi hanya melempar senyum menyeringai."Ya, ini aku. Kenapa kau terkejut melihatku? Apa itu karena kau merindukanku?" tanya pria itu dengan nada menyebalkan.Crystal menyipitkan matanya dan memasang ekspresi wajah jijik."Apa kau selalu seperti ini? Tidak tahu malu?" balas Crystal dengan sengit.Itu membuat Marlon menjadi tertawa."Tidak tahu malu? Tidak tahu malu seperti apa maksudmu, hmm? Bukannya kau yang tidak tahu malu? Aku sudah menolongmu dari pria yang menciba ingin menabrakmu itu, dan tadi kau dengan lantangnya mengucapkan terima kasih padaku dan ingin memberikan hadiah padaku sebagai imbalan atas pertolongan yang kuberikan karena telah menyelamatkan nyawa kamu. Tetapi lihat sekarang? Setelah kau tahu siapa dewa penolongmu, kau bukannya jadi memberikan hadiah padaku, tapi kini malah memakiku tidak tahu malu? Ckckck! Crystal Mensina memang luar biasa! Entah apa jadinya kalau aku benar-ben
Crystal masih terpaku melihat kedua orang yang tidak ia kenal siapa itu sedang berkelahi di hadapannya. Berbeda dengan Bertha yang segera cepat tanggap terhadap situasi tak menguntungkan itu. Ia segera buru-buru mendudukkan Clarissa di kursi, tepat di sebelah Crystal. Lalu iya pun mendorong kursi roda itu menjauh dari area itu."Ayo, Nyonya! Kita pergi saja dari sini. Di sini sangat berbahaya!" kata Bertha mencoba memperingatkan wanita yang dia lihat sembuh kembangnya dari sejak kecil itu."Si-siapa mereka, Bertha?" tanya Crystal dengan menggumam."Emm ... entahlah, aku tidak tahu, Nyonya Crystal. Kalau aku berpendapat sebaiknya kita pergi saja dari sini. Di sini terlalu berbahaya," kata Bertha.Wanita itu tanpa berpikir panjang lagi segera memutar balik kursi roda Crystal yang diduduki oleh sepasang ibu dan anak itu menuju ke arah rumah mereka yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat itu."Tapi Bertha ... bagaimana dengan mereka?" tunjuk Crystal ke arah kedua orang asing yang sedan
"Mamaaaa!!!" seru Clarissa dari sisi jalan yang berseberangan dengan di mana Crystal sedang berada di kursi rodanya seperti saat ini.Crystal melambaikan tangannya untuk membalas seruan Clarissa dari samping mobil penjual es krim ituSebenarnya jalanan komplek itu tidak terlalu lebar. Seperti halnya jalanan komplek di perumahan-perumahan lain. Hanya saja Crystal memang lebih memilih untuk tidak ikut menyeberang dengan Bertha dan Clarissa yang sedang ingin membeli es krim di penjual es krim dengan mobil khusus itu. Crystal untuk menunggu di seberang jalan sambil tetap sibuk dengan ponselnya untuk mencari tahu apakah Ethan sudah aktif atau tidak.Beberapa kali Crystal menempelkan ponsel itu di telinganya dan beberapa kali pula dia harus memasang raut kecewa karena hingga saat itu pun, Ethan tetaplah tidak bisa dihubungi. Sangat menyebalkan![Nomor yang anda tuju sed ....]Crystal melepas ponsel yang menempel di telinganya dan merengut kesal."Ah, Ethan sialaaaaan! Sebenarnya apa maumu s