Home / Urban / Menantu Tak Ternilai / Tidak Mau Membuat Bastian Cemburu

Share

Tidak Mau Membuat Bastian Cemburu

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-19 20:33:29

Pandangan mata Laura tidak lepas dari mata Bastian. Namun pikirannya membayangkan dirinya menjadi seorang istri Bastian.

Wanita itu pun kemudian tersenyum lebar hingga giginya terlihat.

"Oh iya, satu lagi. Untuk saham yang dimiliki olehku di TV 5 dan Jetivi, berikan kepada Deo. Tapi untuk saham yang dimiliki orang Austin di sana, aku akan memberikannya untukmu. Aku mempertimbangkan untuk memberikan nilai yang lebih besar kepada Deo karena itu adalah bisnisnya. Sedangkan kamu sudah memiliki bisnis pokok yang besar," ucap Bastian.

Charlie menganggukkan kepalanya.

"Apa kamu keberatan dengan pembagian yang kuberikan?" tanya Bastian.

"Aku bukan keberatan, Tuan, hanya saja aku mau bertanya," kata Charlie.

Bastian mengangkat kedua alisnya. Lalu dia bertanya, "Kamu mau bertanya apa?"

"Untuk perusahaan Jetivi, saham yang dimiliki oleh Austin adalah 70 persen. Dan Alby sudah membeli 30% saham yang dia berikan untukmu, sama seperti yang aku lakukan di TV 5. Lantas apakah aku yang akan mendapatka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Tak Ternilai   Bayang Di Balik Janji

    ‘Siapa yang Amber telepon malam-malam begini?’ Hans berdiri di balik tembok, hanya terpisah beberapa jengkal darinya. Suara Amber terdengar jelas, lembut tapi serius.“Jam berapa kamu luang? Aku jemput,” suara laki-laki di seberang terdengar antusias. Hans langsung mengenalinya, Patrick.“Aku selalu luang kalau kamu yang ajak,” jawab Amber manja. “Makan siang atau makan malam?”“Siang, kalau kamu bisa. Tapi kalau tidak—”“Bisa,” potong Amber cepat. “Kamu kabari saja kalau sudah berangkat.”Hans menatap dinding di depannya, rahangnya mengeras. Ia tahu Amber sedang menjalankan rencana mendekati Patrick, tapi nada suaranya… terlalu lembut untuk sekadar misi.Patrick meminta Amber mengenakan gaun navy dan berdandan cantik. Amber terkekeh pelan, “Baiklah, aku akan tampil sempurna.”Hans mendecak pelan. ‘Belum juga dekat, sudah menuruti semua keinginannya. Kalau benar-benar jatuh hati, bisa gawat.’Ia sempat ingin menegur Amber, tapi urung. Jika ia bicara sekarang, Amber pasti tahu ia mengu

  • Menantu Tak Ternilai   Jejak Yang Tersisa

    Kabar tentang keluarga Dominic mulai beredar di antara orang-orang yang pernah mengenal Nico. Hans, yang kembali ke klub untuk mencari petunjuk, hanya disambut tawa sinis.Salah satu teman Nico mendengus. “Kami tahu keluarga Dominic sedang di ambang kehancuran.”Hans menatap mereka datar. “Jangan menelan gosip sebelum terbukti. Semua baik-baik saja.”Namun semakin ia menegaskan, semakin besar penolakan di wajah mereka. Nama Nico, utangnya, dan kepergiannya menjadi alasan kuat untuk tak mempercayai apa pun dari mulut Hans.“Benarkah?” tantang seorang pria berjaket kulit. “Kau pikir kami bodoh?”Hans mendekat perlahan, berdiri di hadapan mereka. “Aku tak punya waktu untuk berbohong. Percayalah atau tidak, urusan kalian.”Ia berbalik, siap pergi. “Nikmati malam kalian. Dunia kalian kecil, jangan tersesat di dalam gosip.”Nada suaranya tajam tapi tenang, meninggalkan kesan tak terbantahkan. Setelah itu, ia melangkah pergi tanpa menoleh.Begitu Hans menghilang, meja itu pecah dalam tawa.“

  • Menantu Tak Ternilai   Mencari Keberadaan Nico

    Dukungan Martin bukan sekadar angka; itu tanda bahwa garis kekuasaan mulai berpindah, dan orang-orang yang dulu setia pada Sectio perlahan berkumpul di bawah panji barunya. Di mata Bastian, itu bukan kemenangan sia-sia, itu amanah yang harus dijaga.“Ayo, makan lagi,” ajaknya ringan. Suasana yang tegang disuburkan dengan tawa kecil dan piring yang bergeser. Brigit menghidangkan kue, dan Bastian mencicipinya sejenak, menikmati rasa manis itu seperti memetik sejenak ketenangan di tengah badai yang menjelang.“Kau sangat mirip Sectio,” ujar Martin akhirnya, suaranya dipenuhi kekaguman jujur. Ia melihat bayangan pemimpin lama pada sosok muda di hadapannya, sifat yang tak mudah dipalsukan.“Karena aku anaknya,” Bastian menjawab santai, tetapi matanya menyimpan tekad baja. Puji itu membuatnya tenang; pengakuan itu seperti meneguhkan jalannya.Percakapan bergeser pelan ke topik berat. Charlie masih menyisakan kerut di dahinya, suara sinisnya kadang menusuk. “Sudah banyak yang melindungiku,”

  • Menantu Tak Ternilai   Bayangan Di Balik Kesetiaan

    Suasana malam di markas Bastian dipenuhi ketegangan. Hujan baru saja berhenti, meninggalkan aroma tanah basah yang menusuk hidung. Dari kejauhan, konvoi kendaraan berhenti di depan gerbang utama. Martin turun lebih dulu, ditemani sepuluh anak buah yang mengawalnya dengan sikap siaga.‘Jadi ini markas Bastian selama ini,’ batin Martin. Bangunannya megah, berdiri dengan struktur yang menunjukkan kekuasaan dan kehati-hatian. Ia mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan singkat.Aku sudah di depan. Cepatlah ke sini.Tak lama kemudian, Brigit muncul dari balik pintu gerbang. Ia berlari kecil mendekati ayahnya. “Kenapa Papa membawa pasukan sebanyak ini? Ini bukan medan perang.”Martin menatap ke arah pengawal yang berjajar di belakangnya. “Hanya berjaga-jaga. Aku tidak tahu seperti apa sambutan di sini.”Brigit menghela napas. “Baik. Tapi jangan sampai salah paham. Kalau Papa datang ke sini atas perintah Bernard, Bastian tidak akan segan membunuhmu.”Martin menggeleng cepat. “Aku tidak lagi di

  • Menantu Tak Ternilai   Api Yang Tak Padam

    Alexa menunggu Ethan pulang ke villa dengan dada bergemuruh. Amarahnya sudah mencapai puncak begitu mendengar Ethan membuat keributan di perusahaan Arya. Terlebih, tanpa sepengetahuannya. Ia merasa dikhianati, dikontrol, dan dipermalukan di hadapan dunia luar.Begitu mobil Ethan berhenti di garasi, Alexa langsung menghampirinya. Dua pengawal yang ditugaskan menjaga pintu kamarnya tak berani menahan ketika ia mengancam akan melapor pada Bastian agar mereka dipecat."Ethan, apa yang kau pikirkan, hah?" bentak Alexa, menarik kerah kemeja Ethan hingga tubuhnya menegang. Tatapannya tajam, bergetar oleh emosi.Ethan terpaku sejenak melihat Alexa bisa sampai ke garasi. “Kamu harusnya di kamar. Di luar tidak aman,” ucapnya dingin, menahan diri agar tak terpancing.“Aku tak peduli! Jelaskan dulu, kenapa kau datang ke kantor Arya dan membuat keributan? Aku bukan tahananmu, Ethan. Aku hanya berteman dengan Arya!” seru Alexa. Wajahnya memerah, napasnya memburu.Ethan memicingkan mata. “Dari mana

  • Menantu Tak Ternilai   Jebakan Yang Manis

    “Kenapa aku tidak diberi tahu?!” bentak Arya. Suaranya menggema di ruangan, membuat resepsionis yang berdiri di depan meja menunduk ketakutan.“Maaf, Pak Arya. Bapak sendiri bilang tidak ingin diganggu. Saya hanya menjalankan perintah,” jawab resepsionis itu gugup.Arya memijat pelipisnya keras-keras. Sial. Saat bagus untuk berbicara langsung dengan Ethan malah hilang gara-gara salah paham sepele. Ia tahu Ethan datang bukan tanpa alasan.“Kenapa kamu usir dia?!” Arya menekan suaranya agar tetap tenang, tapi nada tajamnya tetap menusuk.Resepsionis menjelaskan dengan suara bergetar, tentang Ethan yang datang tiba-tiba, menolak diatur, memaksa masuk, hingga empat satpam harus turun tangan untuk menenangkannya. Arya mendengarkan tanpa menyela, hanya sesekali mengangguk kecil.Begitu telepon ditutup, suasana ruangan menjadi hening. Langkah lembut terdengar dari belakang. Anya, sekretaris pribadinya, mendekat dengan senyum manis yang menutupi rasa ingin tahunya.“Pak Arya kenapa? Wajahnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status